Beginning - 6

23.5K 1.4K 78
                                    

Karena yang kutau tidak hanya aku yang ada dihatimu.

Happy Reading.

Iqbaal masuk ke dalam kamarnya hampir tengah malam. Pekerjaan yang menumpuk membuat dirinya terpaksa melemburkan diri secara dadakan. Dasi abu-abunya telah melonggar sejak tadi, begitupun dengan jas yang sudah terlepas. Langkah kakinya mantap menaiki satu per satu anak tangga rumahnya.

Ini pukul sebelas malam dan ia yakin semua assisten rumah tangga telah terlelap dalam mimpi masing masing. Seperti kebiasaan hari hari yang lalu, dia akan selalu mengunjungi kamar Aqila ketika pulang bekerja.

Nuansa pink serta gambar tokoh princess yang menempel di dinding kamar bocah kecil itu menyapa kedatangan Iqbaal. Kamar bocah itu memang nyaman dan semua ini adalah dekorasi dari Steffi.

Wanita itu mengusulkan agar langit langit kamar Aqila bewarna biru gelap dengan hiasan bintang bintang kecil bewarna kuning bercahaya seolah olah menyerupai keadaan langit malam yang cerah. Dindingnya diberi wallpaper tokoh princess membuat siapapun tau jika Aqila adalah penggemar cerita gadis-gadis cantik itu.

Iqbaal tersenyum masam mengingat dulu ia pernah berdebat ringan dengan Steffi ketika memilih warna kamar untuk satu satunya buah hati mereka. Dan pada akhirnya, dia harus mengalah kepada wanita yang begitu ia cintai itu. Wanita yang dengan tega meninggalkan dia dan Aqila untuk selamanya.

"Princess udah tidur ya" ujarnya sembari mengusap dengan lembut rambut halus bocah cantik itu.

Iqbaal menatap seksama wajah Aqila yang mengingatkan dirinya akan sosok wanita yang dicintainya, Steffi. Semua orang juga tau jika Aqila memang benar benar replika dari Steffi yang nyata. Hal itu membuat ia meringis, dia bahkan tak menyadari jika buah hatinya telah tumbuh menjadi sosok Steffi kedua.

"Kamu tau sayang? Dia benar benar memiliki hidung yang sama sepertimu" lagi, Iqbaal bermonolog sembari memegang hidung mungil namun mancung milik Aqila.

"Bukankah kamu sendiri yang berjanji akan menjadi pendamping Aqila kelak saat ia akan meraih gelar sarjananya?"

Iqbaal tau, hal yang ia ucapkan memang terlampau jauh masanya. Namun bukankah Steffi sendiri yang mengatakan hal tersebut bahkan ketika Aqila masih berumur kurang dari satu tahun.

"Aku merindukanmu, sangat merindukanmu hingga rasanya ingin mati" ujarnya dengan suara yang begitu parau menahan sesak.

Lelaki itu memeluk tubuh kecil Aqila menenggelamkan wajahnya dibahu mungil malaikat kecilnya hingga tanpa ia sadari seorang gadis dibalik pintu menatapnya dengan pandangan nanar dan iba.

Nanar karena hatinya yang sakit karena nyatanya Iqbaal masih belum bisa menerimanya hingga detik ini dan Iba karena sosok lelaki yang biasanya kuat dan tegar kini tampak rapuh mengenang masa lalunya.

"Kamu beruntung Steff bisa dicintai oleh lelaki seperti Iqbaal" bisiknya dengan pelan kemudian memilih untuk kembali ke kamar dan melupakan tujuan awalnya yang hendak mengambil air minum.

Iqbaal dengan perasaannya memang hal tersulit yang taakan pernah Salsha tau.

Gadis itu terduduk dipinggiran ranjang lalu tanpa ditahan tahan pandangannya jatuh ke arah pajangan foto besar pernikahan Iqbaal dan Steffi lima tahun yang lalu. Gadis itu tersenyum pahit menatap senyuman Iqbaal difoto tersebut yang begitu lebar seolah mewakilkan jika dirinya begitu bahagia bisa bersanding dengan saudari cantiknya.

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang