When She's 'Ngidam'- 29

20.7K 1.1K 175
                                    

Dia yang dekat namun terasa jauh tuk digapai.

Happy Reading.

Salsha mengerjapkan matanya disaat ia merasa tak lagi berada di ranjang yang nyaman. Dan satu hal yang membuatnya bingung adalah jalanan yang ada di hadapannya. Tidak secara langsung memang, ia masih berada di kendaraan Karel rupanya.

"Rel, kit----a," ia tak lagi bisa melanjutkan kata-katanya ketika bukan sosok Karel yang tengah mengendarai mobil.

Salsha mengucek matanya. Ia kita penglihatannya mulai melantur dan ternyata memang benar adanya jika sosok di sampingnya itu bukanlah Karel. Tapi...bagaimana bisa? Oh ayolah, dia masih ingat jika tadi tak sengaja tertidur di mobil Karel dan sekarang?

"Sudah bangun? Kenapa bengong gitu? Kamu kecewa karena bukan Karel yang kamu lihat?" tanyanya memberondong yang membuat Salsha cengo seketika.

Siapapun yang mendengar nada ucapan lelaki itu pasti mengerti akan sarat kemarahannya. Pun dengan kata tuduhan yang membuat Salsha merasa tersinggung.

"Maksudnya apasih?" ujar Salsha kesal sendiri. Dia baru saja bangun dari tidurnya dan Iqbaal melontarkan sebuah pertanyaan aneh---menuduh padanya!

"Kamu habis jalan kan sama dia? Kamu pikir aku gak tahu?"

Salsha memilih diam. Toh, Iqbaal suga sudah mengetahui faktanya. Mengapa harus bertanya lagi? Dia yakin 100% jika pembicaraan itu dilanjutkan akan berujung pada pertengkaran. Salsha jauh lebih alternatif teraman yakni diam seribu bahasa. Karena Salsha pun masih mau bernapas dan melahirkan keturunan.

Salsha kira Iqbaal akan berhenti mengeluarkan opini ketika ia memilih untuk diam. Nyatanya, salah! Dugaannya benar-benar salah.

Lelaki itu masih menyuarakan opini menyudutkannya bahkan ketika menaiki tangga sekalipun! Salsha juga bingung apa yang sebenernya membuat Iqbaal begitu cerewet.

"Kamu dengerin aku gak sih!" sentaknya ketika Salsha membuka pintu kamar mandi. Dia mengurungkan niat, berbalik menatap Iqbaal yang berdiri di balik pintu dengan wajah garangnya.

Salsha mengembuskan napas, kesal dengan pernyataan tak bermutu Iqbaal. Jelas-jelas lelaki itu menyerocos panjang kali lebar di sampingnya!

"Aku denger."

"Harusnya kamu ke rumah sakit jenguk Caitlin! Lihat keadaan dia! Bukan malah keluyuran sama lelaki lain! Kamu pikir hal seperti itu pantas dilihat orang lain?"

"Kak---"

"Kamu sadar siapa yang udah buat dia masuk rumah sakit?"

Salsha menatap Iqbaal tak percaya. Sepicik itukah sosok Salsha di mata Iqbaal hingga dengan teganya menyakiti Caitlin sampai masuk rumah sakit?

Iqbaal pikir dirinya tak bersimpati? Jelas saja! Meski ia tahu perempuan itu telah merebut suaminya, Salsha masih sehat untuk tidak berbuat kriminal pada Caitlin.

"Untuk apa aku kesana! Toh percuma, kamu akan tetep nyalahin aku dengan presepsi yang ada dipikiranmu."

Salsha tidak pernah mengira akan mampu berkata sedemikian tegas pada Iqbaal. Mungkin, hormon kehamilan yang ia rasakan membuat dia kehilangan kontrol emosi. Ia terlanjur menjatuhkan dirinya dihadapan Iqbaal dengan berkata bak seseorang antipati. Tetapi biarlah, lelaki itu memang sudah menilainya demikian di awal pembicaraan ini.

"Aku berpendapat seperti itu karena memang semuanya nyata! Apa yang aku pikirkan itu adalah sebuah hal yang nyata. Bukan asal opini saja," jawab Iqbaal.

Salsha menarik napas. Percuma. Lelaki itu terlanjur menilai dirinya buruk dan dia tak mungkin bisa mematahkan apa yang telah menjadi patenan pikirannya.

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang