Tetap bertahan disampingku bukan meninggalkanku bersama dengan berjuta kenangan.
Happy Reading.
Sinar matahari bergerak menembus celah celah gorden tebal bewarna putih itu, membuat kamar bernuansa ungu pastel diterangi olehnya. Salsha bergerak tak nyaman ketika tanpa sengaja sinarnya mengenai permukaan wajah, akhirnya bulu mata indah miliknya mulai bergerak seiring dengan terkumpulnya serpihan jiwanya.
Ada yang berbeda ketika dia bangun pagi ini, ia menoleh ke arah kiri dan yaa.. tak ada Iqbaal disampingnya. Salsha mendesah, menyenderkan punggungnya dikepala ranjang. Ia turun dari ranjang, sekedar untuk mencuci muka lalu membuat sarapan. Berharap lelaki itu masih di bawah.
Ketika cermin kamar mandi menunjukkan rupanya, dia hampir memekik kaget. Wajahnya bak monster sekarang, dengan bekas luka di dahi dan sudut bibir yang lebam. Jangan lupakan dengan mata berkantung tebal akibat menangisnya semalaman. Dia terlihat begitu menyeramkan sekarang.
Setelah mencuci mukanya, ia langsung turun ke lantai bawah mencari beberapa peralatan obat yang sekiranya bisa mengobati lukanya.
Namun, ketika dia hendak bertanya pada salah satu pelayan dirinya terpaku dengan kehadiran Aqila di meja makan tanpa Iqbaal.
Kemana dia?, pikirnya. Pertanyaan itu menyeruak di kepalanya. Apakah lelaki itu tidak pulang ke rumah setelah kejadian itu? Lalu, dimana dia sekarang.
"Astaga! Non Salsha kenapa?" ujar Bi Sri dengan nada khawatir, tatapan keibuan tercuat jelas dari raut wajahnya. Salsha membalas dengan sebuah senyuman tipis kemudian menggeleng sebagai isyarat jika ia sedang baik-baik saja.
"Lukanya belum diobatin ya non? Mari bibi bantu obatin" wanita paruh baya itu langsung berbondong bodong mencari kotak obat. Disurunya Salsha duduk dikursi makan, tepat dua kursi di sebelah Aqila.
Dia meringis ketika cairan yang terasa perih itu mengenai sudut bibirnya, Salsha memejamkan matanya berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
"Duh non, kenapa bisa sampai seperti ini?" tanya dengan nada khawatir-----atau mungkin prihatin.
Salsha enggan menjawab, karena bagaimanapun juga yang terjadi adalah aib baginya, begitupula dengan Iqbaal. Ini memang kesalahannya yang tidak meminta ijin untuk keluar dengan temannya, sekalipun itu Karel. Bukankah setiap orang memiliki persepsi yang berbeda beda? dan sepertinya Iqbaal salah mengartikan jika ia menganggap hubungannya dengan Karel lebih dari sekedar teman. Karena yang terjadi adalah ia dan Karel hanyalah teman semata.
Ketika dirasa cukup, Salsha membuka matanya tak lupa dengan mengucap terimakasih kepada Bi Sri yang telah mengobatinya. Lalu tanpa sengaja pandangannya tertuju pada Aqila yang saat ini menatapnya dengan intens.
Tatapan yang dimiliki oleh Aqila sama tajamnya dengan Iqbaal hingga ia merasa terkuliti oleh tatapan yang terlalu intimidasi itu.
"Non Aqila mau berangkat sekarang?" Pak Ujang datang dengan seragam hitam khasnya. Aqila melepas pandangannya dari Salsha kemudian mengangguk.
"Pak Ujang tunggu di depan aja" katanya sembari menghabiskan sisa susunya. Lelaki sunda itu mengangguk kemudian berpamitan keluar.
"Itu dari papa kan?" ujarnya to the poin. Salsha diam, tak menjawab pertanyaan atau memang pernyataan dari Aqila. Gadis kecil itu mendekat ke arahnya dengan langkah anggun.
"Iyakan tante?" tanyanya lagi.Salsha mendongak mendapati tatapan remeh dari Aqila, sepertinya ia memang benar benar tau akan kejadian kemarin sore.
"Tidak, tante cuma kepeleset waktu di kama--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tante Salsha
Romance[ REVISI] Ini tentang jatuh cinta dan kesakitannya. Salsha pikir hidup dengan lelaki yang dicinta hanya akan mendatangkan senyum dan tawa, bahagia dan cinta. Rupanya, dawat yang ditulis tak demikian. Lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa lar...