Happy Reading.
Salsha berjalan menapaki lantai bandara dengan langkah cepat. Kacamata hitam membingkai paras ayunya, menutupi mata lelah akibat perjalanan panjangnya melintasi benua. Dia bergerak menyeret koper sebelum sembari mengecek ponselnya. Ada dua notif pesan. Satu dari Iqbaal dan Jessie.
Dia mendesahkan napas tanpa sadar. Jujur saja Salsha agak mengharapkan kalimat tanya dari sahabatnya, Karel. Apa sekiranya Karel marah karna dia meninggalkannya begitu saja? Salsha mengeluarkan ponsel dari jaket berbulunya. Ia mengecek pesan yang dikirim Iqbaal semalam. Lokasi rumah sakit dimana ibunya dirawat. Meski awalnya Iqbaal curiga, namun lelaki itu luluh pada akhirnya dan memilih tuk membungkam kalimat tanyanya.
Sepatu bootsnya berjalan mendekati deretan taksi, memasuki salah satunya dan melenggang menjauhi area bandar udara.
Salsha menyandarkan punggungnya di kursi penumpang. Perjalanan yang lama membuat punggungnya seakan-akan ingin patah.
"Maaf, mbak, tujuannya ke mana ya?" tanya sopir taksi ketika melewati jalanan tol yang lenggang.
Buru-buru Salsha mengeluarkan ponselnya, "Ke rumah sakit ini, Pak," katanya sembari menunjukkan layar ponselnya pada sang sopir.
***
"Kamu kenapa nyuruh aku ke sini?" Jessie berdiri di samping laki-laki yang saat ini menyesap mocca sembari menatap kaca.
Karel menoleh, kemudian meletakkan gelas kopinya hati-hati. "Duduk dulu," jawabnya yang dibalas guliran mata dari Jessie.
"Memang ada apa?" Meski sebenarnya dia malas, namun ia menurut saja. Duduk di depan Karel yang masih saja setia akan kebungkamannya.
"Ada ap---"
"Pesen sana dulu!" kata Karel memerintah. Kemudian satu pelayan datang memberi buku menu yang hanya ditatap oleh Jessie. "Udah cepet pesen!" kata Karel menyerahkan buku menu pada gadis yang hanya diam mematung.
Geram karna tak kunjung direspon, Karel menarik tangan gadis itu. "Pesen!"
Jessie mengerucut sebal. Tingkah lelaki itu benar-benar selalu sukses membuat jantung dan darahnya bergerak jauh dari kata normal. Akhirnya, dia memesan choco frapucino dan membuat pelayan itu pergi dari hadapan keduanya.
"Kenapa cuma minum?"
"Gak boleh?"
Karel menarik napasnya. "Salsha kembali ke Indonesia," ujarnya yang membuat Jessie langsung menoleh ke arahnya. Ketika gadis itu hendak menyela, Karel kembali berbicara. "Dan aku juga akan kembali ke sana juga. Jadi kamu gak perlu kabur ke apartemen," lanjut Karel.
"Kata siapa aku kabur ke apartemen!"
"Kamu lupa kalau aku ini salah satu karyawan di perusahaanmu? Berhenti bertindak seolah kamu adalah gadis bodoh."
Jessie terhenyak. Dia menatap Karel dengan sorot tak menyangka. Dia bahkan menyembunyikan statusnya dan Karel dengan mudah mengetahuinya?
"Bilang sama Mama kalau aku akan pulang. Aku bakal pulang dan setuju tentang rencana perjodohan konyolnya. Itukan yang kamu mau?" ujar Karel dengan nada ketus yang kentara.
Jessie menatap ke arah Karel dengan pandangan nanar. "Jadi... kamu mikir aku gitu?"
Karel membalas tatapan Jessie. Lelaki itu dapat melihat dengan jelas bola mata cokelatnya berkaca. Entah mengapa melihatnya membuat lelaki itu diam membisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tante Salsha
Romance[ REVISI] Ini tentang jatuh cinta dan kesakitannya. Salsha pikir hidup dengan lelaki yang dicinta hanya akan mendatangkan senyum dan tawa, bahagia dan cinta. Rupanya, dawat yang ditulis tak demikian. Lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa lar...