Happy Reading.
"Tante Salsha kemana, tante Katya?" ujarnya menyuarakan pikirannya. Ia menatap ke arah sekeliling. Biasanya, Salsha lah yang menyiapkan makanan serta pakaian dan juga perlengkapan sekolahnya. Namun pagi ini sosoknya tidak terlihat berkeliaran mengundang pertanyaan dibenak Aqila.
"Mama Salshanya lagi sakit," jawab Katya sembari meletakkan segelas susu hangat Aqila. Sedikit menekankan kata mama untuk Aqila. Sengaja memang, untuk membuat gadis itu terbiasa dengan panggilan yang wajar.
"Tante Salsha sakit?" gumamnya sembari menyendokkan nasi goreng ke mulutnya. Katya hanya diam mengotak-atik ponselnya mencoba menghubungi Iqbaal, tetapi sayang ponselnya kembali diluar jangkauan hingga membuat Katya meremas ponsel berlogonya itu.
Suara tapakan sepatu Karel membuat ia mendongak dan langsung berdiri dari duduknya, menatap lelaki tampan berlesung pipi itu.
"Salsha udah siuman, Rel?" tanyanya. Karel menoleh, kemudian mengangguk.
"Bisa bicara sebentar? Ada yang perlu aku omongin," ujar Karel. Katya mengangguk kemudian mengikuti langkah Karel mengundang kernyitan dahi dari bocah yang sejak tadi menatap keduanya dengan bingung.
"Kenapa urusan orang dewasa selalu membingungkan?" ia mengusap poni tebalnya kemudian menyeruput pelan susu hangatnya.
Karel berjalan hingga sampai ditepian kolam renang. Lelaki itu berdiri membelakangi Katya membuat perempuan itu menatap bahu lebar lelaki yang ada di depannya. Hanya ada keheningan diantara keduanya, membuat Katya dibuat jengah karena sikap Karel yang terkesan mengulur waktu.
"Apa yang mau kamu omongin?" ujar Katya.
Lelaki itu berbalik, membuat ia dengan jelas melihat kantung hitam dibawah matanya. Karel tidak tidur semalam---hanya untuk menjaga Salsha. Bahkan hal yang dilakukan tidak bisa disepelekan karena Katya pun tahu jika lelaki itu baru saja mendarat di Jakarta tadi dini hari. Sebesar itukah rasa Karel terhadap Salsha? Katya menghela nafas prihatin. Tidakkah Salsha menyadari itu? Menyadari akan tatapan Karel yang jelas berbeda ditunjukkan kepadanya.
"Lelaki brengsek itu, kamu belum tahu dia dimana?" ujarnya sarkastik. Nada yang diucapkan begitu kentara menunjukkan kebencian yang mendalam dari diri Karel.
"Belum," cicit Katya sembari menundukkan kepalanya. Tindaknya takut akan tatapan menghunus Karel.
"Bajingan," lelaki itu mengumpat kasar kemudian berjalan meninggalkan Katya dengan kepalan tangan yang siap dijotoskan kepada siapapun.
---
Sinar matahari pagi perlahan masuk menerobos kain kelambu putih itu, membuat cahayanya menerangi ruangan gelap yang dihuni oleh dua anak manusia berbeda kelamin itu. Sinar yang menyengat tepat dibagian wajahnya, membuat ia bangun dari tidur panjang nan melelahkannya.
Satu hal yang Iqbaal sadari adalah ia tidak sedang berada di kamarnya. Kemudian matanya mengerjap dengan mengumpulkan kepingan-kepingan nyawa yang masih tercecer.
Kemudian, pandangannya jatuh kearah kanannya. Tepat disebelah kanannya, wajah cantik itu menyapanya--meski matanya masih terpejam.
"Caitlin?" bisiknya hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Terkejut? Ya, jelas saja. Pemandangan Caitlin disampingnya ketika bangun tidur adalah hal yang tak biasa. Ia bangun kemudian menyadari jika satu kesalahan besar telah dia lakukan.
Dia telanjang dan pakaiannya tercecer dimana-mana, bercampur dengan milik Caitlin. Keadaan ranjang tak berbentuk dan jangan lupakan keadaan Caitlin yang tak jauh beda dengannya. Iqbaal sadar apa yang telah terjadi semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tante Salsha
Romance[ REVISI] Ini tentang jatuh cinta dan kesakitannya. Salsha pikir hidup dengan lelaki yang dicinta hanya akan mendatangkan senyum dan tawa, bahagia dan cinta. Rupanya, dawat yang ditulis tak demikian. Lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa lar...