Missing You - 36

27.6K 1.3K 93
                                    

Happy Reading.

Bastian mengerucut sebal. Semuanya berada di luar ekspetasi. Lelaki berhidung mancung itu menopang kepalanya, sesekali menyuapi Nicole.

Jalan-jalan keliling kota NYC. Menghabiskan sisa tabungan bulan kemarin dengan berbelanja. Mendatangi tempat-tempat yang telah ia data. Berkelana dari satu club ke club lain mencari cucian mata. Kini hanya sebuah angan semata.

Nyatanya, ia malah berdiam diri di dalam kamar hotel bersama Aqila dan Nicole. Mengurusi kedua bocah itu. Sial! Jikalau ia tahu tujuan Iqbaal mengajaknya kemari untuk dijadikan babysitter ia lebih memilih untuk tak ikut saja. Harusnya dia tahu tingkah kecerdikan sahabatnya itu. Dan malangnya Bastian harus menjadi korban tuk kesekian kali.

"Om Bastian kenapa cemberut gitu?" Nicole yang sejak tadi memperhatikan bibir monyong sahabat papanya itu mulai menyuarakan risihannya.

"Gak apa-apa. Nicole mau ice creamnya lagi?" tawar Bastian sembari mengangkat sesendok ice cream strawberry.

"Buat Om Bastian aja deh. Nicole kasian."

Lah si bocah! Gue dikasih sisa iler dia, batinnya menyuara. Bastian hanya tersenyum tipis, setipis kue leker anak SD. Lelaki itu berdiri, menaruh mangkuk kotor itu ke wastafel.

Bastian mencucinya. Meski ia tergolong lelaki pemalas namun melihat keadaan disekitar kotor dan berserakan dia akan membersihkannya. Lelaki itu terbiasa dengan lingkungan bersih dan rapi. Seperti saat ini contohnya, ia mencuci beberapa alat makan yang tergeletak di atas wastafel. Setelahnya ia menata bantal sofa yang berada dimana-mana.

Ketika ia hendak menyusul Nicole yang tengah asyik menonton film Frozen, Bastian mengurungkannya. Pemandangan Aqila yang sedang duduk menyandar dekat jendela hotel menarik perhatiannya. Gadis berkuncir satu itu nampak serius memainkan pensil di atas kertas gambarnya. Bastian mendekat karena penasaran. Dia tahu jika si sulung ini pandai menggambar dan sering mendapat prestasi dari hobinya.

"Hai Qil," sapanya yang membuat Aqila mendongak.

Gadis kecil itu membalas senyuman lebar Bastian. "Hai juga Om Babas."

"Kamu gambar apa?"

"Mama."

Bastian berdehem menanggapi. Dia memilih untuk duduk di samping Aqila, mengamati jemari mungil yang tampak lincah.

"Kenapa gambarnya beda sama Steffi?" ucap Bastian jujur.

"Memang bukan gambar mama Steffi."

"Eh?" Bastian kaget. Tentu saja! Bukankah dari dulu gadis kecil ini menentang Iqbaal berhubungan dengan siapapun? Dia juga menjadi dalang utama dari kesendirian Iqbaal sampai saat ini. Aqila dengan sifat kerasnya yang membuat Iqbaal mau tak mau harus menuruti kehendaknya.

"Kenapa? Bukannya kamu gak suka kalau papamu sama perempuan lain?" tanya Bastian sembari mengamati gambar yang semakin lama mirip dengan sketsa wajah Salsha.

"Iya memang."

"Tapi kenapa gambar wajah Salsha?"

"Mama Salsha kan mama aku."

Bastian mengernyit. Benar ternyata cerita yang diucapkan Iqbaal selama ini. Meski aneh, ia mencoba untuk berpikiran positif. Siapa tahu Aqila sempat terpentok sesuatu hingga beberapa ingatannya hilang.

"Bukannya kamu dulu gak suka? Nentang hubungan papa kamu sama Salsha kan?"

"Itukan dulu," ucapan singkat dari Aqila membuat Bastian mengernyitkan dahi.

Aqila benar-benar berubah rupanya. Dia bukan lagi gadis kecil cerewet yang merepotkan semua orang.

"Kalau Iqbaal nikah sama perempuan lagi kamu setuju?"

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang