Something - 5

25.8K 1.5K 86
                                    

Happy Reading.

"Kak Iqbaal?"

Salsha menatap ke arah lelaki yang saat ini memandangnya dengan dalam. Tiga lelaki disampingnya juga memberikan pandangan yang sama membuat Salsha merasa bersalah. Gadis itu berjalan mendekat ke arah Iqbaal.

"Kak aku bisa jelasin" Katanya merasa tidak enak. Hal yang tidak Salsha duga adalah ketika lelaki itu malah tersenyum padanya.

"Enggak perlu, gapapa. Itu juga hak kamu untuk punya seseorang yang kamu sayangi"

Perkataan dari Iqbaal membuat gadis itu merenung. Iqbaal berjalan meninggalkan semuanya menaiki tangga menuju kamarnya. Salsha hanya mampu diam dalam kegetirannya. Perkataan Iqbaal barusan seolah menunjukkan jika lelaki itu tidak memiliki rasa apapun pada dirinya.

Hal itu membuat Salsha kembali berkecil hati lagi. Bukankah sikap Iqbaal baru saja menujukkan jika ia acuh terhadap segala hal yang Salsha buat? Padahal, ia sangat berharap lelaki itu marah padanya karena cemburu.

"Lo yang sabar ya, Iqbaal pasti ngelunak kok nanti" Kiki menepuk pundak Salsha. Gadis itu mendongak dan mengulas senyuman manisnya.

"Duh manis banget sih kamu, kalau Iqbaalnya enggak ngelunak sama abang juga boleh" Celetuk Bastian yang mengundang jitakan kepala dari saudaranya, Aldi.

"Jangan ngebuat runyam ya Bas!"
"Apaan sih Ald, sakit tau!" Bastian mengaduh sembari mengusap keningnya yang pasri memerah karena jitakan dari Aldi.

"Eh, ayo duduk biar aku buatin minuman" Gadis itu memecahkan keterdiaman Kiki, Karel dan Jeha atau mungkin juya dengan kerewelan Bastian Aldi.

Ia memasang topengnya seolah membiarkan semua orang tau jika dia tak ada beban sama sekali walau pada kenyataannya Salsha menanggung rasa sakit yang luar biasa dihatinya.

Selama dua hari ini, ada yang berbeda dengan sikap Iqbaal. Hal tersebut jelas saja terasa pada diri Salsha. Lelaki itu terkesan dingin dan acuh padanya.

Walaupun mereka masih tidur diranjang yang sama tetapi selama dua hari ini sama sekali tidak ada satu komunikasi yang terjalin diantara keduanya.

Malam ini, ia ingin menyelesaikan semuanya. Permasalahannya dengan Iqbaal yang menurut Salsha ada kaitannya dengan insiden pelukan itu.

Suara deruan mobil terdengar dari lantai atas kamarnya, ia beranjak dari tempat tidur untuk mengintip di jendela. Ya, benar saja! Iqbaal keluar dari mobil putih mewah itu dengan tas kerjanya. Lelaki itu berjalan keluar dari area garasi kemudian menyerahkan kunci mobilnya pada Mang Ujang.

Salsha kembali ke ranjangnya, tangannya bertautan diatas paha dan ia benar benar nervous saat ini. Bayangkan saja, selama dua hari ini Iqbaal bersikap mendiamkannya dan ia yang harus mengalah untuk berbicara pada lelaki itu.

Suara pintu terbuka membuat ia menoleh dan pandangannya langsung tertabrak dengan pandangan Iqbaal yang saat ini masih memegang gagang pintu. Lelaki itu masuk setelah melepas pandangannya kemudian menutup pintu kembali tanpa mengucapkan satu katapun.

Pandangan Salsha masih tertuju pada Iqbaal yang bergerak menaruh tas kerjanya kemudian melepas jas dan menarik dasi yang mengikat di lehernya. Iqbaal tidak bodoh untuk tak menyadari pandangan Salsha padanya. Lelaki itu memilih mengacuhkan dan berjalan ke arah kamar mandi sebelum akhirnya Salsha membuntu jalannya dengan berdiri di tengah tengah pintu kamar mandi.

"Kakak marah sama aku?" Tatapan melas yang terpancar dari bola mata cokelat Salsha membuat Iqbaal sekejap terhipnotis.

"Enggak"

"Kak, please" Entah keberanian darimana Salsha mengangkat tangan Iqbaal untuk digenggamnya.

"Karel cuma sahabat aku yang baru kembali setelah beberapa tahun menetap di Aussie. Aku gak bisa didiemin kayak gini terus. Aku juga ngerasa bersalah karena menurut aku setelah insiden itu kakak seolah enggak nyaman dirumah sendiri"

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang