First Rain - 15

18.6K 1.2K 96
                                    



Happy Reading

Untuk pertama kalinya, hujan datang membasahi tanah membuat aromanya yang khas menarik semua orang untuk ikut larut dalam euforia first rain. Rupanya, hal itu berlaku pula bagi Aqila. Gadis itu menghampiri Salsha yang saat ini tengah berkutat dengan kue kering buatannya. Ia menarik apron merah muda Salsha, kemudian menatapnya dengan tatapan mengiba.

"Aqila mau hujan-hujan, boleh kan Tante?" pintanya dengan bola mata yang membinar hingga membuat Salsha tak sampai hati untuk menolaknya.

"Tapi kamu bisa sakit, Qil" ia berjongkok menyamai tingga Aqila, berusaha memberikan pengertian akan gadis itu. Redupan binaran itu menghilang, Salsha menghela nafas. Baru saja beberapa jam yang lalu suasana tak sekaku ini, perempuan itu dibuat dilema. Satu sisi ia tak ingin menyakiti Aqila dengan menolak permintaannya namun di sisi lain, ia pun tak ingin sesuatu lain terjadi pada Aqila.

"Aqila janji gaakan kenapa-napa. Boleh ya?" ujarnya sembari mengerjapkan mata bulatnya. Salsha mengangguk dan pekikan bahagia itu langsung menyeru dari Aqila membuat ia menghela nafas berat.

"Semoga tidak terjadi apa apa" ujarnya sendiri.

Tanpa sadar, senyumannya tersungging melihat gadis itu berlarian di bawah air hujan. Meski masih berada di areal rumah, tampaknya ia begitu menikmati acara larinya di halaman luas rumah ini. Tiba tiba hawa dingin membuat Salsha mengusap lengannya yang hanya terbalut kaus lengan pendek. Ia masuk ke dalam rumah, berkutat lagi dengan peralatan masaknya.

"Uuh senangnya!" ia menengadahkan wajah mungilnya ke arah langit membuat air hujan menabrak kulit wajahnya.

Sekali lagi, ia memekik bahagia kemudian berputar putar mengelilingi halaman rumahnya. Lama, hingga tanpa dia sadar daya tahan tubuhnya mulai tidak bisa berkompromi dengannya.

---

"Apa? Aqila pingsan?" Lelaki itu langsung bangkit dari kursi kebesarannya, mengabaikan berkas yang tadi diurusnya. "Kenapa bisa, Salsha?" ia menahan amarah yang hendak memuncak. Mendengar pernyataan bahwa puteri kecil kesayangannya jatuh pingsan sukses membuat Iqbaal kehilangan seluruh akalnya.

"Tadi..Aqila hujan-hujan kak" Iqbaal memijat pangkal hidungnya kemudian memejamkan matanya sejenak.

"Ganti pakaian dia, aku akan hubungi dokter dan segera pulang" ujarnya dingin kemudian mematikan sambungan telepon. Tanpa basa basi, ia langsung menelfon dokter kepercayaan keluarganya sembari berjalan menenteng kunci mobil dan berjalan keluar ruangan.

Sedang dilain keadaan, Salsha nampak cemas dengan suhu tinggi si bocah. Perempuan itu mengusap air matanya, Iqbaal pasti marah padanya. Jarinya menaut seiring dengan perasaan cemasnya kemudian tak lama ia mendengar suara deruan mobil.

Ia kira, itu adalah milik dari Iqbaal. Nyatanya, seorang lelaki dengan jas putih berlambangkan salah satu rumah sakit ternama menghampiri dengan senyuman manisnya. Salsha mengangguk kemudian keluar membiarkan lelaki yang lebih tua darinya itu memeriksa kondisi Aqila.

"Dokter Kyungsoo belum selesai?" ujar Iqbaal dengan tiba tiba. Salsha menoleh ke arah Iqbaal yang basah kuyup. Ia menggeleng.

"Mending kamu ganti baju dulu, kamu tenang bia--"

"Gimana caranya aku bisa tenang disaat anakku baru aja pingsan" Iqbaal memotongnya dengan nada sarkastik membuat Salsha menelan ludahnya. Perempuan itu ingin menangis rasanya, Iqbaal seolah tak memperdulikannya membuat dadanya bergemuruh sakit.

Seharusnya ia tak perlu membiarkan Aqila bermain air hujan lebih dari tiga puluh menit, atau mungkin tak membiarkannya sama sekali. Salsha benar benar merasa bersalah dan gagal disisi yang sama. Ia merasa dirinya tak bisa menjaga bocah itu dengan baik.

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang