Karena ketika perempuan baik-baik telah mencinta, rasa itu akan ditunjukkan hanya pada satu lelaki.
Happy Reading.
Ia pernah mempunyai impian, ketika dirinya terbangun maka sosok yang paling awal ia temui adalah lelaki tercintanya. Dan ya, impian itu benar benar terwujud. Iqbaal---lelaki yang sungguh ia cintai dengan sepenuh raga dan jiwanya adalah lelaki pertama yang ia lihat ketika membuka mata.
Salsha tak bisa untuk menahan diri menyentuh wajah tampan yang tengah terlelap damai di depannya. Dia tahu, tindakannya bisa saja membuat Iqbaal terganggu. Tetapi sikap ego dan inginnya terlalu kuat tuk ditampik membuat dirinya melakukan hal itu.
Ia mengusap lembut helaian rambut hitam nan harum milik Iqbaal kemudian turun tuk menyentuh kening dan hidungnya yang mancung. Tangan lancangnya berhenti tuk sekedar menyusuri bentuk tulang hidungnya, hingga sampai pada di bibir merah alami milik lelakinya.
Tiba-tiba saja ia memerah tanpa diduga. Well, ingatan erotis tentang bibir lelaki itu yang pernah menjelajah keseluruhan tubuhnya membuat ia memerah malu. Salsha tersenyum samar dengan ruam merah yang menyebar di penjuru wajahnya.
"Kenapa wajahmu memerah?" Salsha melonjak kaget, entah sejak kapan Iqbaal membuka matanya dan yang jelas sekarang perempuan ini dibuat melongo lebar. Sadar akan jemarinya yang masih berada di permukaan bibir lelaki ini, membuat ia segera melepasnya. Akan tetapi, lelaki itu malah menarik tangannya kembali kemudian mengecupnya dengan lembut.
"Selamat pagi," ujarnya setelah melepas ciuman di punggung tangan Salsha. Senyuman menghiasi wajahnya, membuat tubuh perempuan itu menggigil di pelukannya. He's so damn sweet. Kiranya itulah lontaran yang dibatinnya.
"Jam berapa?" tanya Iqbaal.
"Eum, jam lima."
Iqbaal mengangguk kemudian melepaskan pelukannya pada pinggang Salsha tuk berbalik mencari ponselnya. Salsha bangun, menata bantal serta spreinya. Diliriknya Iqbaal yang tengah bersandar sembari menghidupkan ponsel, ia tampak tersenyum menatap layar ponselnya membuat Salsha penasaran dibuatnya.
"Ada apa?" Iqbaal menatapnya sepersekian detik kemudian tersenyum menjawab pertanyaannya.
"Tidak ada apa-apa," jawabnya sembari menggeleng. Meski rasa penasaran itu menguar akan tetapi ia memilih untuk mengabaikan dan bertindak seolah itu adalah hal biasa.
"Yaudah. Aku bantu masak dulu yah," ujarnya dan Iqbaal hanya berdehem menanggapi. Salsha menatap lelaki itu, tampak sedang mengetik sesuatu di layar ponselnya. Ia menghela nafas kemudian memilih untuk keluar dari kamar melaksanakan tugasnya seperti biasa.
Iqbaal meletakkan ponselnya, bersandar pada kepala ranjang dan menengadahkan kepalanya ke atas. Ia memijat kepalanya yang terasa pening, juga dengan hatinya yang tiba-tiba merasa ganjil. Ada sesuatu hal yang menyesakkan dan tak ia ketahui apa penyebabnya.
Bunyi notifikasi pesan membuatnya terlonjak. Ia membuka kunci layar, menatap balasan dari Caitlin.
From : sekertaris.
Aku baru bangun. Yeah, good morning too and yeah tonight i've dream about you❤Lelaki itu mengetikkan balasannya sembari tersenyum ceria bak remaja kasmaran. Entahlah, ia pun tak bisa menamai apa hubungannya dengan Caitlin sekarang. Perselingkuhan? Dia sadar, tindakannya akan membawa sebuah kesakitan apabila Salsha sampai tahu kebenarannya. Tetapi Iqbaal pun tak bisa berhenti dan meninggalkan Caitlin begitu saja.
Sebagian hati dan pikirannya masih menetapkan dia sebagai pemiliknya. Meski nama Steffipun masih mengisi sebagian hatinya.
Ia tahu, apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Bukankah seharusnya ia membuang dan membersihkan pikirannya tentang wanita lain ketika dirinya telah beristri? Namun, sebuah kesalahan besar dan juga keegoisannya yang tinggi membuat ia terjebak dalan situasi menyulitkan ini. Dimana ada dua hati yang tengah bergantung padanya. Dimana ada dua hati yang menjadi korban dari sikap egoismenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tante Salsha
Любовные романы[ REVISI] Ini tentang jatuh cinta dan kesakitannya. Salsha pikir hidup dengan lelaki yang dicinta hanya akan mendatangkan senyum dan tawa, bahagia dan cinta. Rupanya, dawat yang ditulis tak demikian. Lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa lar...