Stupid Man, Ever - 26

22.7K 1.1K 146
                                    

Happy Reading.

Pandangan mata menatap lurus ke arah laut lepas yang begitu luas terbentang. Sang raja siang yang mulai merangkak naik ke atas itu menjadi saksi di mana wanita ini melamun lama.

Salsha tahu, hari ini akan terjadi. Cepat ataupun lambat ia akan menyaksikan proses sakral itu. Ia benci mengakui bila perasaan menyesal itu hinggap di hatinya. Namun apalah daya, kertas yang di bakarnya telah menjadi abu dan mustahil untuk dikembalikan ke dalam wujud semula.

Begitupun dengan pernikahan ini. Rasanya sangat amat terlambat untuk mengatakan tidak rela. Tepatnya, beberapa jam lagi ia harus mendapatkan kenyataan bila dia akan dimadu. Kenyataan itu menyakitinya, ketika kita berharap menjadi yang satu-satunya. Namun takdir tak menghendaki.

Takdirnya menentang. Rupanya, ia telah digariskan oleh Sang Kuasa sejak dulu tidak untuk menjadi satu-satunya pemilik hati Iqbaal.

Ia menyandarkan beban tubuhnya pada tumpuan tangan di pagar besi balkon hotel. Semilir angin di Kota Bali pada pagi hari menyambut kegundahannya. Dia menikmati suguhannya, mengabaikan fakta yang akan menjadi tombak penghancur moodnya.

"Aku pikir kamu masih tidur," suara itu mengejutkannya. Dia berbalik, memandang Iqbaal yang menyandarkan tubuhnya pada jendela kaca di belakangnya. Lelaki berkaos putih dan celana khakinya itu tampak baru saja mandi, terlihat dari tetesan rambut basahnya.

"Udah bangun dari tadi."

Salsha berbalik membuang pandangannya dari Iqbaal. Entah mengapa, hatinya tak menghendaki untuk melihat mata lelaki itu terlalu lama. Sinyal air mata yang akan keluar membuat dia langsung mengalihkan pandangannya. Ingat, dia adalah satu dari beberapa tipe perempuan yang berjiwa sok tegar.

Namun kemudian, sebuah pelukan hangat dari belakang membuat napasnya tercekat. Udara segar itu seolah langsung berubah menjadi gas beracun yang menyesakkan. Dia tidak tahu mengapa pertahanannya bisa terpecah begitu mudahnya. Salsha benci mengaku, jika tetesan itu mulai mengalir di pipinya.

Iqbaal pun juga tidak mengatakan apapun, yang jelas saat ini dirinya begitu memeluk Salsha dengan erat. Seolah takut bila perempuan itu pergi menjauh darinya. Ia mengaitkan jemari Salsha agar menaut dengannya.

Dan mereka pun menghabiskan sisa waktu sebelum acara itu dimulai dengan pelukan penuh kebisuan. Hati dan pikiran masing-masing melampau jauh memikirkan kiranya apa yang akan terjadi di detik akan datang?

***

Jika ada audisi untuk lomba pencarian bakat akting maka kiranya Salsha perlu untuk mendaftar. Setelah kejadian pelukan di balkon yang berlangsung hampir 45 menit itu, ia langsung dihadapkan pada kenyataan ini.

Wajahnya bahkan tak menampakkan rautan sedih, malah ia bertingkah seolah ia pun ikut bahagia dengan pernikahan ini. Disampingnya, Jeha tiada henti menatap ke arah dia. Seolah tak ingin melewatkan satupun rautan yang akan ia tunjukkan.

Ketika alunan musik mulai mengalun, tamu yang diundang pun ikut berdiri menyambut sang pengantin wanita yang akan datang dari pintu masuk. Salsha ikut berdiri mengikuti hadirin yang lain, kemudian maniknya menatap sosok Caitlin yang begitu anggun dengan kebaya modernnya.

Perempuan itu mengulum senyuman manis, menatap ke arah Iqbaal yang sudah terlebih dahulu duduk di depan penghulu. Perlahan namun pasti langkahnya membawa mendekat ke Iqbaal kemudian duduk berdampingan di sana.

Kejadian itu tak luput dari pandangan Salsha. Meski ia berusaha untuk tidak terlihat kecewa, namun Jeha menangkap semua perasaan Salsha. Perempuan itu dengan sigap memegang tangannya, kemudian mengusapnya dengan belaian menenangkan.

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang