PLM 11 ~ Lies for Good

1.2K 66 1
                                    

"Aku rela berbohong kepada orangtuanya hanya untuk kebaikan dan menghindari rasa sedih di hati gadis itu. Maafkan aku telah melibatkan orangtuamu dalam masalah ini."

-Oliver Leinster-

❤️❤️❤️

Dua hari setelah persetujuan itu, Joanna mengajak Oliver berkunjung ke rumah orangtuanya yang berada di Bogor. Ia ingin mengenalkan Oliver sebagai calon suaminya kepada mereka. Karena Oliver sudah janji bahwa orangtua Joanna boleh mengetahui pernikahan keduanya.

“Ini rumahku,” Joanna membuka percakapan setelah mereka sampai di halaman rumahnya. “Sederhana, tapi nyaman.”

“Hmm.” Oliver hanya bergumam.

Joanna mengetuk pintu bercat cokelat itu pelan. Tak lama kemudian, seseorang membukanya dan tersenyum lebar melihat Joanna yang ada di depannya. “Joan??”

“Ibu…” Joanna memeluk ibunya erat. Tak terasa air matanya mengalir tanda ia sangat merindukan orang yang telah melahirkannya itu. “Joan sangat rindu Ibu.”

“Ya… Ibu juga sangat rindu kamu, Sayang.”

Joanna melepaskan pelukannya, lalu menghapus air matanya pilu. “Oh ya, Bu… perkenalkan, ini Oliver.” Joanna menoleh Oliver. “Emm… Oliver ini ibuku.”

Tidak heran jika Joanna memanggil Oliver dengan nama. Karena mereka sudah menyepakatinya sebelum bertemu orangtua Joanna. Itu juga atas saran Oliver.

“Oliver Leinster...,” Oliver menjabat tangannya sopan, dan tersenyum tipis. Tipis sekali!

Rina – ibu Joanna – menatap Oliver dengan pandangan terkejut dan kagum. Sebelumnya ia tidak sadar jika Joanna membawa seorang pria yang sangat tampan itu. Setelah Joanna mengenalkannya, barulah Rina sadar jika anaknya pulang bersama seseorang.

Belum sempat Rina menjawab, Oliver melanjutkan. “Calon suami Joanna Carey.”

Kedua perempuan itu terkejut mendengar kalimat Oliver. Bagi Joanna itu terlalu to the point. Sedangkan Rina, ia sangat terkejut Joanna memiliki calon suami yang sangat tampan dan penampilannya bisa dibilang berkelas. Terutama anaknya itu tidak memberitahunya, padahal itu sangat penting bagi kedua orangtua jika masalahnya pernikahan.

❤️❤️

Sekarang mereka berada di ruang tamu setelah berdiri cukup lama di depan pintu. Rina menatap Joanna dengan penuh tanda tanya yang bersarang di kepalanya. Menanti perjelasan dari gadis itu.

Ayahnya sudah berada diantara mereka. Dengan tatapan penuh tanda tanya pula.

Sejenak Joanna memandang kedua orangtuanya. Namun, ia langsung menunduk takut setelah tatapannya bertemu sang ayah. “Emm… jadi ceritanya panjang Bu, Yah… maaf Joanna nggak sempat cerita sama Ibu dan Ayah. Kami memang belum siap memberitahu kalian jika kami akan menikah.”

“Lalu kau anggap kami ini apa, Joanna?!” tegur ayah Joanna yang bernama Johan Carey itu.

Joanna menggeleng takut. “Tentu saja aku menganggap kalian orangtuaku.”

“Lalu kenapa kau baru memberitahu kami di saat seminggu lagi kalian menikah? Kau seperti menganggap kami ini sudah tidak ada, Joanna!” tutur Rina kecewa.

“Nggak! Ibu nggak boleh berkata seperti itu!” Joanna mengembuskan nafas frustasi. Ia tak tahu lagi harus menjelaskannya seperti apa. Memang ini bukan keinginannya. Ia juga tidak tahu akan menikah dengan cara seperti ini. Demi apapun ia tidak ingin orangtuanya kecewa.

“Kau bilang, ke Jakarta untuk bekerja di perusahaan yang terkenal itu! Tapi belum mendapat satu tahun di sana, kau sudah pulang membawa calon suami! Sebenarnya kau ke sana ingin bekerja, atau ingin mencari calon suami?!” telak Johan.

Oliver melihat sudut mata Joanna yang ingin menangis. “Ekhem! Maaf, boleh saya berbicara?”

Semua orang menoleh padanya, tak terkecuali Joanna yang sudah mati kutu.

Akhirnya nih batu ngomong juga!

“Sebenarnya apa yang dikatakan Joanna adalah benar adanya. Ia memang bekerja, yaitu di perusahaan saya. Saya CEO di sana. Dan saya mengetahui Joanna bekerja di sana. Sehingga kami bertemu, dan mencintai satu sama lain. Untuk itu, tak butuh waktu lama karena sudah mantap sama perasaan masing-masing, akhirnya kami memutuskan untuk ke jenjang yang lebih serius. Singkatnya, Joanna tidak sepenuhnya salah di sini. Bukankah cinta itu datang kapan saja dan dimana saja?”

Setelah pidato panjang lebar Oliver, Rina dan Johan selaku orangtua Joanna hanya mengangguk kecil tanda mengerti apa yang Oliver sampaikan. Mereka menatap Joanna meminta maaf. Secara tak langsung mereka telah menyakiti perasaan anaknya itu.

“Maafkan Ayah ya, Joan? Ayah seharusnya mendengar perkataanmu.”

Joanna mengangguk senang. Ia mencoba menghapus air matanya yang telah mengalir.

“Ibu juga minta maaf. Kalau begitu kami sebagai orangtuamu merestui pernikahan kalian. Asalkan kau bahagia dan tidak pernah berbohong sama perasaan masing-masing. Karena sebuah rumah tangga yang di dasari dengan kebohongan akan berdampak buruk pada kebahagiaan. Artinya kalian tidak akan menemukan kebahagiaan itu walau hanya karena sebuah kebohongan kecil atas perasaan kalian.”

Joanna mencerna setiap kata yang diucapkan ibunya. Itu artinya, aku tidak akan bahagia karena berbohong dengan perasaanku sendiri... batin Joanna pilu.

“Terima kasih, Bu, Ayah… kalian memang orangtuaku yang terbaik.” Joanna memeluk kedua orangtuanya erat.

❤️❤️❤️

13 Februari 2018

Vote and comment ya... readers!

Please, Love Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang