PLM 16 ~ Unexpected Meeting

1.2K 67 0
                                    

"Pertemuan tak terduga antara aku dengan Kenneth membuatku berpikir, apakah ia menyimpan rasa terhadapku?"

-Joanna Carey-

❤️❤️❤️

Joanna membuka matanya perlahan setelah merasa ada cahaya terang yang berhasil mengusiknya. Ia mengernyit merasakan sakit di kepalanya. Setelah kesadarannya telah sempurna, ia menyusuri pemandangan di sekitarnya. Bau obat-obatan menyeruak, masuk ke dalam hidung mancungnya.

Aku dimana? Begitulah kira-kira pertanyaan Joanna dalam hati. Namun, setelah melihat tangannya di infus, ia baru sadar bahwa ia berada di rumah sakit.

Seingatnya, ia di dorong Oliver ke kolam renang dan merasakan dadanya sesak luar biasa membutuhkan nafas yang tak kunjung menghampirinya. Lalu, ia tenggelam dan tidak merasakan apa-apa lagi setelah itu.

"Nyonya!"

Seseorang berhasil menyadarkan Joanna dari lamunannya.

"Bi Nency?"

"Ya, Nyonya... ini saya," jawab Nency lega ketika melihat Joanna telah sadar. "Nyonya butuh apa? Apa Nyonya masih merasakan sesak atau sakit?"

Joanna merasa terharu atas perlakuan Nency yang begitu mencemaskannya. Seandainya orang itu adalah Oliver. Pasti ia akan merasa bahagia sekali.

"Saya tidak apa-apa, Bi. Terima kasih karena telah merawat saya." Joanna tidak mau membuat wanita paruh baya itu merasa bersalah atau khawatir atas keadaannya saat ini. Ia berusaha meyakinkan Nency dan dirinya sendiri. "Oliver?"

Seakan mengerti pertanyaan Joanna, Nency menjawab, "Tuan sedang di kantor, Nyonya. Ia pasti akan kemari setelah pulang dari pekerjaannya." Ia mencoba menghibur istri majikannya itu.

Joanna menghela nafas sedih. "Apa pekerjaannya lebih penting daripada saya, Bi?"

"Nyonya jangan berkata seperti itu! Justru Tuan merasa bersalah ketika mengetahui Nyonya tidak bisa berenang waktu ia mendorong Nyonya tadi malam."

Joanna menggeleng tidak percaya. "Dia tidak percaya padaku. Dan tidak akan pernah percaya. Dia sendiri yang bilang begitu padaku. Jadi, mana mungkin dia merasa bersalah atas perlakuannya itu."
Tanpa diperintah, air matanya seketika membanjiri pipinya. Joanna segera menghapusnya dengan sedikit kasar. Ia benci dengan keadaannya sekarang. Ia benci jika harus menangisi orang yang ia cintai, tetapi tidak mencintainya!

"Nyonya..." Nency mengelus rambut Joanna lembut. Mencoba menenangkannya. "Saya tahu yang sebenarnya. Maaf kalau saya lancang. Apa benar Nyonya dan Tuan menikah karena keterpaksaan?"

Joanna bertambah sedih dan mengeluarkan air matanya lagi dan lagi. "Ya... awalnya saya merasa terpaksa menikah dengan Oliver. Tetapi, sekarang keadaannya berbeda. Saya mencintainya, Bi..." Joanna berhenti sejenak untuk menarik nafasnya yang semakin sesak. "Saya hanya ingin dia membalas perasaan saya. Saya ingin dia juga mencintai saya. Tapi... tapi rasanya itu tidak mungkin. Oliver mencintai perempuan lain. Dan itu bukan saya!"

Nency ikut sedih mendengar penuturan Joanna yang menyayat hati itu. Ia tidak sanggup melihat perempuan secantik Joanna terpuruk karena cinta. Seketika ingatannya melayang pada hari dimana ia baru bertemu dengan Joanna.

"Nyonya, apa Nyonya mau tahu apa makna bunga mawar bagi saya?"

Joanna menatap Nency dengan air matanya yang terus mengalir.

"Bukankah saya sudah mengatakannya pada Nyonya waktu perjumpaan pertama kita? Dan waktu itu Nyonya ingin mengetahui makna bunga mawar. Sekarang, saya akan mengatakannya..."

Please, Love Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang