"Senang rasanya menghukumnya seperti ini. Dengan begitu ia akan tahu bagaimana cara bertanggungjawab atas kesalahannya."
-Oliver Leinster-
❤️❤️❤️
Tak henti-hentinya Joanna menggigit bibir menahan rasa gugup yang menyiksanya. Kepalanya sedari tadi terus menunduk tak berani menatap pria yang sekarang sedang memandangnya tajam dalam duduknya yang sangat elegan – menunjukkan bahwa ia pria yang sangat berkuasa. Hmm… tentu saja!
“Ekhemm!” Deheman Oliver membuat Joanna sedikit tersentak. “Kenapa kau diam saja? Saya memanggilmu kemari bukan untuk menjadi patung dihadapanku!”
Joanna mengernyit tidak suka atas ucapan atasannya itu.
“Lagian jika kau jadi patung sekalipun, saya tidak akan tertarik membeli patung menunduk sepertimu!”
Cukup sudah pertahanan Joanna kali ini. Atasannya itu benar-benar membuat darahnya naik hingga ke ubun-ubun. Berani sekali pria itu menganggapnya patung! Joanna tahu pria yang sedang duduk dengan angkuhnya itu memiliki kekuasaan yang sangat besar dalam perusahaan ini. Ia juga tahu Oliver pemilik perusahaan yang diwariskan oleh ayahnya ini. Tetapi harus seperti itukah sikapnya terhadap bawahan seperti Joanna?
Sepertinya Oliver menyadari tatapan tidak suka yang Joanna lemparkan padanya setelah acara menundukkan kepalanya itu. “Kenapa? Kau tidak suka dengan ucapanku?”
Joanna menahan rasa kesalnya. Ia menetralkan nafasnya yang memburu akibat ingin merobek bibir seksi atasannya itu. Ehh??! Apa yang dibilangnya tadi?? Seksi? Nooo…!!!
“Maaf, Sir. Apa ada hal penting yang ingin Anda sampaikan kepada saya, sehingga Anda memanggil saya kemari?” tanya Joanna seramah dan sesopan mungkin. Mengingat yang dihadapannya sekarang adalah atasannya.
“Hmm… kau tahu kenapa saya memanggilmu kemari?”
Atasannya ini bodoh atau apa?! Sudah jelas Joanna menanyakan hal itu. Kenapa Oliver menjawabnya dengan pertanyaan itu lagi?! Benar-benar sulit dipahami! Pikirnya.
Menyadari Joanna tidak akan menjawabnya, Oliver bersuara, “Kau memiliki kesalahan yang harus dibayar!"
Joanna mengernyit. “Maksud Tuan?”
Oliver tersenyum sinis. Lalu mendekati Joanna yang masih berdiri dengan setia.
Sedangkan Joanna berjalan mundur ketika atasannya itu mendekat. Sedikit gugup ia menatap horor Oliver.Setelah berada tepat didepan tubuh Joanna, Oliver menghentikan langkahnya karena gadis itu juga berhenti. Kemudian, wajahnya mendekati wajah Joanna. Membuat jantung gadis itu berdegup lebih dari normal.
Gila! Nih orang mau ngapain gue sebenarnya? Kenapa juga jantung gue jadi marathon gini? Sial!!! Batin Joanna.
Ketika jarak wajahnya hanya beberapa senti dengan wajah tampan sialan Oliver, seketika Joanna memejamkan mata kuat-kuat.
Oliver tersenyum penuh kemenangan saat melihat itu. Sempat matanya melirik bibir ranum yang seksi milik Joanna sebelum ia mendekatkan mulutnya ke telinga merah gadis itu.
“Kopi panasss…!” bisik Oliver dengan sengaja mengembuskan nafasnya perlahan ke daerah telinga dan leher jenjang Joanna.
Joanna merinding mendengar bisikan itu. Seketika matanya melotot sempurna menyadari sesuatu. Dengan cepat ia mendorong bahu Oliver dengan sedikit kasar.
Oliver tersentak marah karena perlakuan itu. Matanya memandang manik takut Joanna tajam. Nafasnya memburu menahan amarah yang sudah memuncak. Tetapi melihat tatapan takut Joanna, membuat dirinya mengurungkan diri untuk memarahi gadis itu.
“Ya! Kopi panasmu yang membuatku merasa terbakar hingga puncaknya. Apa kau melupakan satu kesalahanmu itu?” ujar Oliver masih dengan nada dinginnya.
Joanna meneguk salivanya dengan susah payah. “Ka-kalau karena itu, saya sudah minta maaf kepada Tuan. Apa itu belum cukup?”
“Maaf?” Oliver memandang intens Joanna. “Kata maaf saja tidak cukup untuk saya!”
“Lalu… lalu apa yang harus saya lakukan agar Tuan bisa memaafkan saya?” Joanna menunduk lagi tidak tahan dengan tatapan Oliver.
“Kau…” Oliver sengaja menghentikan ucapannya. Ia ingin tahu reaksi Joanna yang terlihat sangat gugup menunggu kalimatnya. “kau saya pecat dari perusahaan ini!”
Joanna mendelik tidak percaya pada Oliver.
APA??!! GUE DIPECAT???!! Dipecat hanya karena secangkir kopi?? NO!!! Jerit Joanna dalam hati.
“Tuan, Tuan bercanda, kan? Tuan mana mungkin memecat saya dari sini!” Joanna menggeleng tidak percaya.
Oliver menaikan satu alisnya. “Mengapa saya tidak mungkin memecatmu? Jelas kau tahu posisi saya di sini. Dan saya sedang tidak bercanda.”
Oh my!
“Tapi Tuan… masa hanya karena kopi saya dipecat?! Ini tidak adil! Saya tidak mau dipecat, Tuan!” Joanna berusaha memberanikan diri memprotes Oliver.
“Hey! Siapa kau berani-beraninya menentang perkataanku? Kalau kau mau, saya bukan hanya menghilangkan pekerjaanmu, menghancurkan hidupmu juga saya bisa!” Oliver berkata tajam.
"Dan asal kau tahu, Saya hampir gagal menjalani kerjasama dengan client Saya gara-gara kau!"
Joanna membelalakan matanya tak percaya. Separah itukah?
Joanna tidak tahan lagi. Ia benar-benar takut kehilangan pekerjaan yang sangat dicintainya ini. Tanpa sadar, ia sudah menitikkan air mata memohon pada Oliver. Terserah pria itu akan memandangnya seperti apa.
"Saya mohon, Tuan… beri saya kesempatan. Sa-saya tidak tahu harus mencari pekerjaan kemana lagi. Saya hanya bisa bekerja di sini. Saya janji akan melakukan apa saja untuk menebus semua kesalahan saya itu. Asalkan saya tidak dipecat dari sini. Saya mohon…” Joanna berkata panjang lebar sambil mengatupkan kedua tangannya memohon kepada Oliver.
Melihat itu, Oliver jadi tidak tega. Sejenak ia berpikir. Ada yang menarik diperkataan gadis itu. Joanna akan melakukan apa saja yang ia inginkan. Hmm… Oliver ada ide cemerlang untuk keuntungan dirinya sendiri.
“Baik.”
Joanna menatap Oliver harap-harap cemas.
“Saya tetap akan memecatmu dari perusahaan ini, tapi…” Oliver berhenti sejenak. “kau akan bekerja untukku dengan gaji yang lebih besar dua kali lipat dari pekerjaanmu sekarang.” Oliver memandang mata besar Joanna dengan seringaian yang misterius.
“Apa? Bekerja untuk Tuan? Bekerja apa?” tanyanya dengan sedikit ragu.
“Melayaniku…” ucapnya dengan santai.
Joanna kembali membesarkan matanya. "WHATT??!!"
❤️❤️❤️
19 Januari 2018
Jika pengin di lanjut, please vote and comment nya ya...
![](https://img.wattpad.com/cover/135088092-288-k747068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Love Me!
Romance"Kupeluk tubuh rapuhmu erat. Tak akan kubiarkan kau lari dariku. Aku selalu berada disampingmu. Walau kau tak akan membalas perasaanku, aku akan selalu mencintaimu. Please, love me!" -Joanna Carey- "Pelukanmu menghangatkan hatiku yang dingin. Mengh...