PLM 12 ~ My Heart is Broken

1.2K 69 0
                                    

"Hatiku terluka saat dia berkata seperti itu. Entah mengapa, mungkin aku mulai mencintainya. Tapi... akankah dia mencintaiku?

-Joanna Carey-

❤️❤️❤️

Alunan melodi romantis menghiasi setiap gerakan lembut kedua insan di tengah lantai dansa itu. Setiap lirik lagu yang mengalun dengan begitu indahnya, berhasil membuat orang disekitarnya seolah terpana akan keserasiannya. Hanya dapat memandang tanpa ingin menghancurkan situasi yang sangat romantis itu.

Joanna tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria. Bahkan hanya bertatap mata begitu lama pun belum sama sekali. Saat ini, dengan berhasilnya ia menyihir para tamu undangan melihat mereka yang begitu dekat, bahkan hampir bisa dikatakan tak ada jarak.

Perasaan Joanna campur aduk. Ada rasa gugup, malu, dan marah beradu menjadi satu. Terlebih rasa gugup yang melandanya dari pagi ketika ia sedang melangsungkan janji suci dengan Oliver. Ya! Mereka memang sudah menikah. Dan malam ini adalah acara resepsi pernikahan mereka yang diadakan di hotel berbintang lima.

“Kau gugup, hm?” bisik Oliver di depan wajah Joanna.

No!” Joanna memberanikan diri menatap mata elang suaminya itu.

Oliver menyeringai jahat. “Tenang saja, saya tidak akan tertarik pada wanita sepertimu!”

Joanna memandang Oliver datar. Kemudian menjawab, “saya tahu…” dan saya tidak akan berharap banyak, Mr. Leinster. Lanjutnya dalam hati sebelum ia menunduk dalam.

❤️❤️

Setelah mengikuti berbagai macam rangkaian pernikahan, mulai dari janji suci sampai resepsi – Joanna merasakan tubuhnya seperti hancur tak berbekas. Ingin rasanya ia berbaring di kasur yang sangat empuk, dan menciptakan mimpi indah di sana. Pasti beban hidupnya akan hilang seketika.

Joanna mengembuskan nafas lelah. Pikirannya masih tertuju pada nasibnya saat ini. Nasib yang ia sendiri tak tahu akan dibawa kemana. Apakah menuju kebahagiaan, atau malah sebaliknya?

Ketika matanya tak sengaja menangkap Oliver bersama seorang wanita yang bisa dikatakan lebih cantik darinya, entah mengapa hatinya merasa seperti ada yang memukulnya. Lalu setelahnya merasakan denyutan yang tak bisa di artikan oleh dirinya sendiri. Perasaan apa ini? Tanyanya dalam hati sembari memegang dadanya.

Joanna terkejut merasakan pundaknya ditepuk seseorang. Ia menoleh dan melihat Olivia di sana. “Olivia?”

Olivia melipat tangannya angkuh. “Lihat!”

Joanna mengikuti arah pandang Olivia yang tertuju pada dua orang yang sedang asyik mengobrol. Dari jarak yang lumayan jauh, Joanna masih bisa melihat keakraban mereka. Itu membuat diri Joanna merasa bukan siapa-siapa jika dibandingkan wanita seksi itu.

“Wanita itu tentunya lebih cantik dan berkelas dibandingkan kau! Harusnya dia yang menikah dengan kakakku,” lanjut Olivia sarkastis.

Joanna menoleh, “You should talk like that with your brother. Karena bukan saya yang ingin menikah dengannya. Tapi dia!”

Olivia mendengus tak suka. “Kau berkata seperti itu seolah kau-lah yang paling istimewa. Jangan pikir Oliver mencintaimu, dan dia menginginkanmu! Dia menikah denganmu, hanya karena perintah dari Papa, bukan karena hal lain. Ingat itu!”

Setelah berkata seperti itu, Olivia pergi meninggalkan Joanna yang termenung akibat perkataannya. 

Tak berselang lama, Oliver menghampirinya dan berkata, “Kau duluan saja ke kamar, saya masih ada urusan. Jangan menunggu saya! Langsung tidur saja. Saya tahu kau lelah.”

Ingin rasanya Joanna menghentikan langkah Oliver yang mulai menjauh. Tetapi lidahnya seakan kelu barang memanggil namanya. Hingga pria itu hilang di telan tembok yang menghubungkannya dengan ballroom hotel itu.

❤️❤️

Joanna menatap dirinya di cermin. Pikirannya masih tertuju pada pria yang sekarang sudah menjadi suaminya. Oliver... apa aku kurang cantik dimatamu?  Mengapa kau lebih memilih pergi dengan wanita itu dibandingkan tetap bersamaku di sini? Batin Joanna.

Sudah satu jam yang lalu Oliver meninggalkannya dengan wanita itu, namun pria itu tak kunjung kembali. Sebenarnya kemana Oliver pergi? Tak tahukah bahwa istrinya sedang menantinya di sini. Di malam pertama mereka.

Terdengar suara pintu terbuka. Terlihat Oliver berdiri di sana dengan penampilan yang sangat kacau. Entah pria itu habis melakukan apa hingga membuatnya seperti itu. Namun, jika di lihat dari raut mukanya, sepertinya Oliver sedang dalam masalah.

Apakah karena wanita itu? hatinya bertanya-tanya.

“Kenapa belum tidur?” Suara Oliver begitu menakutkan di telinga Joanna. “Sudah saya bilang jangan menunggu saya!”

Joanna menatap datar Oliver dari cermin yang artinya pria itu ada dibelakangnya. “Maaf. Saya hanya menunggu suami saya yang sedang pergi dengan wanita cantik yang saya sendiri tidak tahu dia siapa.”

Oliver menggeram. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Kau ingin berkenalan dengannya agar kau tahu siapa dia?!"

Joanna sudah mengerti perasaan Oliver saat mendengar nada bicaranya. “Tidak. Saya hanya ingin tahu dia siapanya Tuan?”

Oliver terlihat sangat marah dengan perkataan Joanna yang sangat datar namun terlihat menuntut itu. Lalu, ia mendekati Joanna dan menarik perempuan itu agar menghadapnya. Nafasnya memburu menahan amarah yang seakan membakarnya. Matanya menatap manik Joanna tajam. “Dengar! Kau tak perlu tahu siapa wanita itu bagiku. Karena itu tak penting untukmu!”

Joanna menghela nafas menahan sesak di dadanya. “Justru itu penting untukku. Saya istri Tuan, begitu pula sebaliknya.”

“Oke!” ucap Oliver tajam. “Wanita itu adalah Cynthia, satu-satunya wanita yang aku cintai di dunia ini!”

Seperti ada petir yang menyambar jantung Joanna saat ini. Hatinya seperti di remas keras begitu sakit. Kalimat terakhir yang Oliver ucapkan, membuatnya ingin menumpahkan segala amarahnya saat ini.

“Oh…” jawabnya lirih. Matanya sudah memanas, begitu perih.

“Jangan berharap yang tidak akan terjadi! Saya menikahimu, atas perintah dari Papa. Bukan karena keinginan saya sendiri, dan kau tahu itu.” Suara Oliver mulai terdengar pelan namun mengancam. “Do not love me! Because I will never love you!" Lalu, ia meninggalkan Joanna.

Joanna membelalakan mata atas kalimat itu. Air matanya sudah menggenang ingin tumpah ke pipi mulusnya. Hatinya begitu sakit saat Oliver  mengucapkan kalimat yang begitu kejam dan tak berperasaan itu.

Memang benar... aku tak akan bahagia dengan pernikahan ini. Ibu... maafkan aku... Joanna mencoba tegar walau hatinya terluka.

❤️❤️❤️

19 Februari 2018

Vote and comment nya ya... agar author semangat lagi nulisnya...
Author lagi pusing UPK nih... tapi diusahain update...

Please, Love Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang