PLM 14 ~ Happiness for a While

1.2K 70 1
                                    

"Kebahagiaan yang hanya sebentar itu sungguh membuatku tidak bisa melupakannya. Menghampiri tanpa diduga, berlari tanpa bisa di kejar."

-Joanna Carey-

❤️❤️❤️

Joanna menoleh ke sumber suara. Alahkah terkejutnya ia saat menerima pelukan mendadak dari sahabatnya itu. Ya! Siapa lagi kalau bukan Selina?

“Joanna! Lo kemana saja selama ini! Kayak di telan bumi aja lo!” sungut Selina masih memeluk Joanna erat.

Joanna yang mendapat pelukan itu merasa sesak karena Selina yang memeluknya begitu kencang. “Sel… lo… lo nggak mau ngebunuh gue, kan?”

Mengetahui Joanna mulai kehilangan nafas, Selina terkekeh sambil melepaskan pelukannya. “Hehehe… lo sih! Gue kan kangen sama lo. Sumpah ya, gue nggak bohong. Gue kira lo itu udah mati deh, Joan.”

Joanna melolot. “Selina… lo kalau ngomong…”

“Lagian lo gue hubungi nggak nyambung terus! Gue message juga sama. Lo itu sebenarnya kemana sih?" Selina memotong kalimat Joanna yang hendak mengomelinya.

Joanna menghela nafas merasa bersalah kepada sahabat baiknya sekaligus satu-satunya di dunia ini. Lalu, ia menatap Selina meminta maaf. “Sorry, Sel. Ada banyak hal yang harus gue kasih tahu ke lo. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menceritakannya.”

“Ya kalau itu sudah jelas! Lo tahu, terakhir kita nelpon waktu itu, lo udah janji kalau lo akan menceritakan semuanya. Dan sekarang gue nagih janji lo itu!” tegas Selina.

“Sekarang keadaannya berbeda, Sel. Sekarang gue sudah menjadi milik seseorang.”

Selina mengernyit dalam duduknya. “Milik seseorang?”

Dan mengalirlah semuanya. Joanna menceritakan segalanya kepada Selina. Mulai dari ia di pecat dan suruh bekerja di rumah Oliver, sampai ia harus menikah dengan pria itu.

Selina jangan ditanya. Setiap kata yang terucap di bibir indah Joanna, ia simak dengan seksama. Alisnya pun naik turun menampakkan ekspresi yang berubah-ubah. Seperti ketika Joanna mengatakan bahwa ia harus menikah dengan Oliver, Selina sangat marah mendengarnya. Lalu, ketika kalimat terakhir Joanna terucap, ia tahu betul sahabatnya itu merasakan sakit yang luar biasa di hatinya.

“GILA TUH COWOK!!! Gue kira dia punya adab sopan santun mengingat dia adalah seorang CEO pemilik perusahaan. Ternyata…” Selina geleng-geleng tidak percaya sekaligus marah. “Jo! Kenapa lo mau aja sih nikah sama dia?! Sumpah ya, mulai saat ini, tak tahu kenapa yang tadinya gue hormati dia, puji-puji dia, sampai harus menjadi penggemarnya. Hilang seketika! Sekarang tidak lagi! Gue benci sama suami lo itu. Gue saranin lo sekarang minta cerai sama dia. Daripada lo sakit terus seperti ini. Ingat Joan! Cowok seperti dia, tidak akan pernah tersentuh!”

Selina memandang serius Joanna yang sedang melongo mendengarkan kalimat panjang lebarnya. Lalu Joanna tersadar akan lamunannya.

I can't…” gumamnya frustasi.

Why? Mumpung lo belum terjebak sama perasaan lo sendiri!”

Joanna beranjak dari duduknya. “Sudahlah, Sel! Lebih baik gue pergi. Kasihan Dani sudah menunggu terlalu lama.”

Who's Dani?”

“Supir Oliver,” jawabnya singkat sebelum hilang dibalik pintu café yang terbuat dari kaca itu.

Please, Love Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang