"Tubuhnya... apa yang membuat tubuhnya begitu sempurna? Saat terjatuh diatas tubuhnya, aku merasa... seperti... jatuh dihamparan bintang. Begitu indah."
-Joanna Carey-
❤️❤️❤️
“Sejak kapan Tuan berada di sini?” tanya Joanna kaget setelah mematikan sambungan teleponnya dengan Selina. Ia yakin Selina sedang memaki dirinya karena hal itu.
Oliver mendekat ke arah Joanna setelah lama berada diambang pintu. “Sejak kau menyebut nama Ken. Siapa itu Ken?”
Joanna memalingkan tatapannya agar tidak bertemu pandang dengan mata yang mampu menghipnotisnya itu.
“Ken itu siapa, Joanna?” Oliver menekankan setiap katanya.
Joanna memandang Oliver sejenak. “Bukan siapa-siapa. Hanya mantan atasanku di kantormu.”
Terlihat alis Oliver bertautan. “Atasanmu?”
“Ya! Harusnya Tuan mengenalnya. Kalau ingin tahu, namanya Kenneth Alexio.”
“Oh!” singkatnya.
“Memangnya kenapa Tuan menanyakan hal itu?” tanya Joanna penuh curiga.
“Saya hanya nggak mau pelayanku asyik pacaran, sedangkan dia harus melayani majikannya!” ucap Oliver sarkastis.
Joanna mendelik tak suka. “Saya sudah bilang. Ken mantan atasan, bukan pacar saya!”
“Terserah! Sekarang, cepat buatkan makan malam! Nency sedang pulang kampung.”
Oliver meninggalkan Joanna yang sedang menatapnya tidak percaya.
Iiiiggghh...!!! Dasar manusia batu! Hidupnya di zaman apa sih? Zaman pra aksara??!! Kaku banget jadi orang! Maki Joanna dalam hati.
❤️❤️
“Masakanmu lumayan,” ungkap Oliver memecahkan keheningan.
Joanna mendongak memandang pria di depannya dengan senyum yang mengembang. Jujur ia sangat senang atas pujian tak langsung itu. Namun, itu tak berlangsung lama setelah Oliver menambahkan kalimatnya.
“Lumayan dalam artian bisa di makan saja sudah cukup. Biasanya kebanyakan dari perempuan sepertimu itu tak ada yang bisa masak. Hampir semuanya nol besar!” ucap Oliver tenang tanpa mengalihkan pandangannya dari makanannya.
Ungkapan itu berhasil membuat Joanna naik darah. “Except me!”
Yang benar saja?!! Segini enaknya masakan gue, masih saja gengsi mengakuinya! Udah untung dimasakin. Kalau nggak, mungkin lo akan mati kelaparan! Geram Joanna dalam hati.
Kembali suasana menjadi hening. Hanya terdengar dentingan piring dan sendok yang beradu. Rupanya mereka tidak mau mempermasalahkan perdebatan yang tidak ada gunanya itu.
Oliver meneguk air putihnya tatkala dering ponselnya berbunyi. Sambil menaruh gelas berkaki itu, ia melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. Sempat dahinya mengernyit bingung. Tidak butuh waktu lama, ia mengangkat telepon itu. Lalu, terdengarlah suara seorang wanita di sana…
❤️❤️
Joanna terus bertanya-tanya, siapa seseorang yang menelpon Oliver waktu makan malam tadi? Kalau dilihat dari raut wajah pria itu, tidak mungkin lawan bicaranya adalah orang yang spesial. Oliver terlihat… entahlah! Mungkin kesal?
Seketika Joanna tersadar dengan apa yang dipikirkannya. Ngapain gue mikirin pria sombong itu? Mau dia nelpon sama siapa ya terserah dia! Kenapa gue yang repot? Arrghh!!
Pintu kamarnya terketuk ketika Joanna hendak meninggalkan balkon kamarnya. Ia menatap pintu putih itu sejenak. Lalu, berjalan mendekati pintu itu hendak membukanya.
Terlihat wajah malaikat jahat yang sialnya sangat tampan berdiri tepat di depannya sekarang. Sempat Joanna tersentak melihat wajahnya yang kelewat tampan itu.
Tak hanya di situ. Kekaguman Joanna karena ada seorang malaikat di depan kamarnya, berubah menjadi wajah keheranan. Bagaimana tidak heran? Pria yang baru beberapa menit lalu makan malam bersamanya dengan wajah angkuhnya, sekarang berubah menjadi pria yang menyedihkan.
“Tuan?” Joanna memanggil untuk menyadarkan Oliver dari lamunannya.
“Bisa minta tolong?” tanyanya to the point.
“Tolong ap…” Joanna belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika tangannya diseret Oliver menuju kamarnya.
Setelah berada di kamar Oliver yang sangat luas, pria itu melepaskan cekalannya dari tangan Joanna, dan menyuruh gadis itu mengikutinya menuju ranjangnya.
Joanna melotot marah. Hendak ia mengomel tatkala Oliver berbaring terkurap di ranjangnya.
“Tolong pijitin saya. Badan saya benar-benar remuk saat ini. Ayo!” katanya teredam bantal.
“Tapi, Tuan…”
“Jangan membantah! Ingat posisimu di sini!” bentak Oliver tanpa ampun. Membuat Joanna mati kutu.
Joanna mulai memijat pundak Oliver secara perlahan. Dalam hati ia mengukuti dirinya sendiri. Karena secara tidak langsung ia sudah berani bunuh diri. Dengan membiarkan jantungnya berpacu lebih dari normal ketika tangannya bersentuhan dengan tubuh indah Oliver. Namun, ia berusaha mengabaikan degupan itu.
Ketika sedang enaknya memijat, tiba-tiba Oliver berbalik badan menghadap Joanna tanpa ada aba-aba terlebih dahulu. Membuat gadis itu terkejut dan tangannya terpeleset serta tubuhnya yang ambruk ke dada bidang pria itu.
Posisi mereka sangat tidak enak di pandang. Jika ada orang yang melihatnya, sudah pasti akan berpikiran buruk menyadari posisinya saat ini.
Tanpa sadar keduanya terdiam saling pandang disertai degup jantung yang sama-sama cepatnya. Selain itu, entah siapa yang memulai, wajah keduanya sudah sangat dekat dan bibir mereka hampir menempel tatkala pintu kamarnya terbuka menampakkan sesosok pria paruh baya dan seorang gadis cantik yang melotot melihat pemandangan di depannya.
“OLIVER!!!” teriak Marco pada anaknya.
Serentak Oliver dan Joanna menoleh ke arah sumber suara. Keduanya membesarkan mata tak percaya, ditambah rasa takut yang menghinggap keduanya. Tanpa sadar Oliver mendorong tubuh Joanna agar menjauh dari tubuhnya. Membuat gadis itu tersungkur ke lantai dengan benturan yang cukup keras.
“Papa??” Oliver berkata tanpa memedulikan keadaan Joanna saat ini.
❤️❤️❤️
4 Februari 2018
Hay... hay... hay... long time no update. Don't forget vote and comment, guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Love Me!
Romansa"Kupeluk tubuh rapuhmu erat. Tak akan kubiarkan kau lari dariku. Aku selalu berada disampingmu. Walau kau tak akan membalas perasaanku, aku akan selalu mencintaimu. Please, love me!" -Joanna Carey- "Pelukanmu menghangatkan hatiku yang dingin. Mengh...