Pertemuan Tak Terlupakan - PART 1

2.8K 39 0
                                    

       

"Anto!" sapa Austin dengan memukul ubun-ubun temannya itu.

Louis Antonio, biasa dipanggil Anto, ia sedang berjalan dengan lesu menyebrangi lapangan luas di sekolah. Hari pertama di kelas sebelas. Ia berjalan berdampingan dengan Austin menuju kelas mereka di pojok lorong lantai dua.

Suasana kelas mereka sudah gaduh. Apalagi para wanita dengan rok abu-abu di atas lutut dan kemeja putih tembus pandang yang sedang duduk di atas meja. Mereka tertawa riang sekali. Namun, sesaat setelah Anto masuk ke dalam kelas, suasana menjadi hening. Semuanya menatap Anto dan berusaha tersenyum padanya. Pria itu menaruh tas punggungnya di meja paling depan, disusul Austin di sampingnya.

"Lihatlah, pesonamu sudah menarik perhatian perempuan sekelas," bisik Austin pada Anto seraya mendecak kagum.

Mereka sejujurnya bukanlah sahabat seutuhnya. Tetapi, tetangga. Rumahnya hanya beda beberapa meter, alhasil, mereka mulai bertegur sapa saat bertemu.

Anto tidak menghiraukan perkataan Austin yang menusuk gendang telinganya. Ia segera berdiri, merapikan kemeja putihnya yang keluar dari celananya. Ia menatap Austin, "Aku harus mengurus para murid baru," jawabnya dengan singkat dan segera berjalan keluar kelas.

Anto keluar, keadaan pun gaduh kembali. Semua membicarakannya. Betapa mempesonanya pria berbadan ideal, bertubuh tinggi, dan berambut rapi itu. Matanya seolah mampu membius wanita manapun.

Anto adalah anggota OSIS, organisasi siswa intra sekolah. Karena prestasinya gemilang, ia direkomendasikan seluruh guru untuk menjadi anggota OSIS, bahkan ketuanya. Namun, ia tidak terpilih menjadi ketua OSIS karena wanita cantik bernama Bianca Aurel. Wanita bertubuh sempurna, berambut kecoklatan, dan pipi merona ini berhasil menarik perhatian banyak pria. Sehingga, saat pemilihan berlangsung, Bianca unggul sedikit. Ini tidak terdengar seperti pemilihan OSIS, tapi memilih siapa yang paling memesona di sekolah.

"Anto! Kukira kau akan datang terlambat," sapanya hangat dengan melambaikan tangannya kearah pria yang berjalan memasukkan tangan ke saku celananya.

Anto tidak menjawabnya, tetapi ia berjalan mendekati Bianca.

"Rokmu pendek sekali," jawabnya ketus, namun disertai nada bercanda.

Bianca tertawa dan memegangi lututnya, "Lihatlah, anak-anak baru pun memiliki rok sependek ini," jawabnya.

"Apa acara kami hari ini?" tanya Anto karena melihat Bianca membawa papan dada dan terselip kertas acara di sana.

Ia melihatnya dengan saksama, "Mendengarkan pengenalan kepala sekolah, guru kurikulum, dan bertemu wali kelas," jelas Bianca.

Anto mengangguk-angguk dan matanya terus berputar ke sekeliling. Ia melihat anak-anak baru yang terlihat begitu sombong. Terselip wanita-wanita cantik berambut kecoklatan. Namun, pandangannya terhenti saat melihat wanita yang rambutnya sengaja dicatok, wajah putih berseri, dan tatapan paling misterius.

"Lihatlah, putri sudah datang," terdengar Bianca mengatakannya dengan sinis pada Anto.

"Putri?" Anto mengalihkan perhatian dan kembali menatap Bianca.

"Anastacia Charlotte Sanjaya, tentu kamu tahu dia," jelas Bianca menjelaskan dan menatap Anto untuk melihat ekspresinya.

Datar-datar saja. Namun, Anto hanya tidak bisa berhenti menatapnya, "Ia bersekolah di sini?" gumamnya.

"Apakah ia begitu cantik?" Bianca menyilangkan tangannya dan berusaha menarik perhatian Anto dengan mengibaskan rambut panjangnya yang begitu harum.

"Tidak. Banyak murid lain yang juga cantik. Ia lebih cantik di televisi rupanya," jelas Anto saat mendapati tatapan sinis Bianca kearahnya.

Bermasalah dengan Bianca sama dengan akhir dunia. Ia mendapatkan julukan, 'wanita terpopuler' karena wajah cantiknya. Temannya tidak terhitung jumlahnya. Selama melewati satu lorong sekolah, semua murid mampu menyapanya karena jika kau tidak bermasalah dengannya, ia sangat baik. Tetapi, sekali kita bertingkah sok' cantik di hadapannya, ia akan menyindir dengan kasar dan menyebarkan rumor ke seluruh sudut sekolah.

PAINFUL LIES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang