Joseph, dengan ransel Adidas di punggungnya berdiri menatap Anto yang masih terbaring lemas di rumah sakit. Sudah dua bulan Anto koma dan tidak sadarkan diri sama sekali. Hari ini, di hari pertamanya kelas dua belas, ia membawakan seluruh penghargaan yang berhasil ia bawa dalam nama adiknya itu.
Joseph berhasil menjadi peringkat pertama di angkatannya dan memperoleh medali emas untuk olimpiade biologi dan medali perunggu untuk olimpiade matematika.
"Kau tidak akan bangun?" Joseph bertanya dengan wajah yang begitu miris.
Joseph, dengan seragam sekolah lengkap masih menyempatkan diri terduduk di samping Anto yang tak berdaya, "Aku tahu kau pasti menyukai Bianca," Joseph memulai kalimatnya.
"Bianca anak yang baik dan juga tergila-gila padamu. Tetapi, aku harus bagaimana, Anto?" Joseph menatap keluar jendela dan melihat cahaya matahari pagi menyoroti kamar itu.
"Aku tidak menyukai Bianca. Tetapi aku sangat menghargainya karena kurasa wanita itu penting untukmu," Joseph kembali berdiri dan membuka tirai jendela dan membiarkan matanya begitu silau karena sorotan cahaya matahari.
"Pak Yonathan mengatakan kau akan segera menjadikan Bianca pacarmu. Hanya saja, aku rasa aku tidak berhak menggantikanmu untuk itu," Joseph memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
"Kau harus segera sembuh. Jika tidak, aku yang akan menjadi gila untuk bersandiwara," Joseph membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju pintu.
"Oh ya, tetapi aku menggantikanmu memilih calon gubernur kemarin. Maafkan aku menggunakan hak pilihmu," Joseph membuka pintu dan berjalan keluar.
Saat sampai di sekolah, Joseph mendapati seorang murid seangkatannya. Ia adalah Diondy Stuart yang berjalan menghampirinya.
"Kau sudah berpacaran dengan Bianca?" tanyanya dengan wajah yang menantang.
"Apa maumu?" Joseph berusaha menghindarinya. Namun, pria itu menatap Joseph dengan wajah meledek. Dengan rambut dirancungkan dan seragam dibuka kancingnya, ia terus menuturi Joseph.
"Boleh aku pinjam? Berapa kau menyewakan Bianca per jam?" Diondy berteriak lantang dan itu menghentikan langkah Joseph.
Joseph berbalik dan berjalan mendekati Diondy, "Ulangi perkataanmu."
Diondy dengan wajah santai, "Apakah Bianca cukup berpengalaman? Dia sudah pernah melakukannya denganmu?"
Joseph mencengkram kedua sisi kerah seragamnya, "Jaga ucapanmu, dasar bodoh."
"Santai, teman. Aku hanya bertanya siapa tahu aku sanggup menyewanya satu malam penuh," ia tertawa dan menatap Joseph tanpa rasa bersalah.
Satu tonjokan kencang pun berhasil membuat Diondy terjatuh ke lantai. Diondy memegangi pipinya dan ia membalasnya dengan menonjok pipi Joseph. Joseph mendorongnya ke lantai, namun Diondy memukul perutnya sangat kencang. Setelah itu, Diondy memukul kepala Joseph dengan puas. Akhirnya, Joseph menarik kerah Diondy sampai ia terseret dan membantingnya di depan seluruh murid. Diondy pun terjatuh di kaki seorang perempuan yang familiar dengannya.
Ia tidak sempat mengatakan apapun dan Bianca menarik tangannya.
"Apa yang kamu lakukan?" Bianca berusaha mengobati luka di pelipisnya.
Joseph masih dengan wajah penuh emosi segera berdiri, "Kau tidak perlu melakukannya."
"Itu terluka. Aku harus memastikan kau baik-baik saja," Bianca segera berdiri dengan kapas yang sudah ditetesi antiseptik di tangannya.
Joseph menarik napasnya, "Aku bisa mengobatinya sendiri."
...
Saat jam istirahat tiba, Anaz berpapasan dengan 'Louis'. Anaz dengan sangat bersemangat segera berlari menghampiri 'Louis' itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL LIES (COMPLETE)
Romansa#1 Kisah SMA "Do you love me?" always be the same question "No. I don't." always be the same lie ... Kisah ini menceritakan seorang gadis yang tujuh belas tahun hidupnya dihabiskan dalam rumah. Tahun ini, tahun pertama gadis itu bersekolah di seko...