Jika aku dilahirkan dengan umur yang panjang dan ia juga demikian
Jika kami terbukti saling mencintai
Jika kami terbukti ditakdirkan untuk bersama
Melewati segala badai, pertengkaran, dan kecemburuan yang ada
Melewati masa sulit dan senang bersama
Hanya jika kami berhasil dan berakhir masih saling mencintai
Aku akan habiskan seluruh hidupku bersamanya
Aku akan membahagiakannya, memeluknya setiap malam sebelum kami sama-sama merangkai cerita indah dalam mimpi
Aku akan hidup seratus tahun bersamanya
Di hari ke seratus tahun aku bersamanya, aku akan mengatakan bahwa ia adalah cinta pertamaku
Aku akan mengatakan betapa saat ini aku begitu takut kehilangannya
Betapa aku malu memegang tangannya
Betapa aku menangis merindukannya
Betapa saat ini aku gemetar menuliskan semuanya
Tanpa kepastian akan takdir kami
Maka, kami akan membaca ini seratus tahun kemudian
Kami akan tertawa, mengingat betapa kekanak-kanakannya semua ini
Betapa kami melupakan hal kecil yang dulu membuat kami menangis
Juga, betapa cinta ini tak pernah memudar dari dulu sampai saat yang akan datang
Seratus tahun dari hari ini, aku menemukan seseorang yang bisa aku cintai untuk sepanjang hidupku
...
"Anaz! Puisimu dipajang di mading sekolah!" Jane tergopoh-gopoh menghampiri Anaz di Senin pagi yang cerah.
Anaz nampak sangat bersemangat, "Benarkah?"
Ada tugas bahasa Indonesia yang mengharuskan setiap murid mengarang puisi tema bebas. Anaz hanya menuliskan apa yang saat itu ada dalam benaknya. Yang terbaik akan dipajang di mading sekolah. Anaz tak percaya ia benar-benar melakukannya.
Mereka berdua berlari dan menatap tulisan sambung Anaz yang rapi dan terbingkai rapi.
"Aku sudah membacanya," ujar Jane dengan nada bersemangat.
"Bagaimana?" Anaz menatapnya dengan wajah tertarik.
"Sangat romantis dan menyedihkan. Aku juga tidak tahu mengapa aku cukup sedih membacanya," Jane merangkulku dengan hangat.
"Terimakasih sudah memberitahuku, Jane," Anaz tersenyum.
Anaz baru saja akan kembali ke kelasnya saat ia berpapasan dengan Tatiana. Wanita itu berjalan menghampirinya. Anaz berusaha bersikap biasa saja. Tati menyapanya. Anaz membalasnya dengan cukup ramah.
"Selamat karena puisimu," Tati mengucapkannya dengan nada riang.
Anaz tersenyum, lalu merasa tidak enak dengan Tati, "Maafkan aku karena pestamu...," Anaz menahan kalimatnya.
"Tak apa, Anaz," Tati segera menenangkannya.
"Aku tidak seharusnya membuat RSVP saat itu. Aku tidak menyangka ada urusan mendadak," Anaz mengatakannya secara spontan.
Tati menepuk pundak Anaz dengan ramah, "Sungguh tak apa. Aku bawakanmu ini."
Tati mengacungkan satu kantong plastik yang berisi permen, sepertinya, "Semua orang mendapat bingkisan ini. Aku pisahkan satu untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL LIES (COMPLETE)
Romance#1 Kisah SMA "Do you love me?" always be the same question "No. I don't." always be the same lie ... Kisah ini menceritakan seorang gadis yang tujuh belas tahun hidupnya dihabiskan dalam rumah. Tahun ini, tahun pertama gadis itu bersekolah di seko...