Keinginan Untuk Bertemu - Part 9

851 19 0
                                    

"Jadi, kau mengikuti seluruh perlombaan hanya untuk bersama Louis?" tanya Hazel yang sedang merapikan tempat tidur Anaz karena wanita itu belajar berpindah-pindah dan mengacak tempat itu setelah ia bosan belajar.

Anaz mengangguk. Ia terus menerus mempelajari seluruh rumus matematika. Ia bertekad akan les rutin dengan guru khusus agar bisa mengikuti materi olimpiade.

"Kau masih bersikeras menginginkannya?" tanya Hazel lagi.

Anaz mengangkat kedua bahunya, "Tidak. Hanya mengujinya. Apakah ia masih terpesona padaku. Tentu saja masih. Tetapi aku ingin tahu apakah ia bisa menutupinya lagi atau tidak."

Hazel tertawa mendengarnya.

"Biar kujelaskan. Bianca mungkin cantik, tetapi ia tidak secantik dan sehebat untuk mengalahkanku, Anastacia Charlotte. Aku akan membuktikan itu," jawab Anaz ringan.

"Bukan karena kau menyukai Louis?" tanya Hazel penuh maksud.

"Awalnya seperti itu. Siapa yang tidak akan menyukainya? Pria tinggi, tampan, wajah memesona yang mengajakku bicara dan menjadi teman pertamaku. Tetapi aku rasa Bianca memengaruhinya sehingga ia hanya membenciku saja," jelas Anaz.

"Ia membencimu? Tidak mungkin, apa salahmu terhadapnya?" Hazel berusaha meyakinkannya.

"Karena aku pergi?" Anaz menebak-nebaknya.

"Karena ia cemburu. Tidak ada yang membuat pria lebih marah daripada rasa cemburunya. Mungkin karena Steve," Hazel selesai merapikan tempat tidur Anaz.

Anaz tersenyum, "Mungkin itu cemburu secara nasional. Baiklah, semua cemburu karena Steve yang tampan mau mengantar-jemput-ku dan Anaz yang fenomenal setiap hari bertemu dengan pria semacam Steve."

Hazel menggelengkan kepalanya, "Apa rasanya ketika kalian menjadi pasangan terkenal? Saat seluruh remaja bermimpi memiliki hubungan seperti kalian?"

"Bagaimana jika aku serius berhubungan dengan Steve? Dengan demikian, Louis akan semakin dan semakin cemburu. Itu membuatku lega," Anaz berpikir sejenak.

"Itu artinya kau masih suka pada Louis," Hazel dengan ringan mengatakannya.

Anaz belum sempat menjawabnya. Ponselnya bergetar, tanda satu pesan masuk. Jarang sekali ia menerima pesan.

Diondy – 20.30

Tidak ke bar malam ini?

Anaz tersenyum. Mengapa ia dan Diondy menjadi cukup dekat?

Anastacia Charlotte – 20.30

Belajar. Murid terpilih olimpiade, kau mengerti?

Anaz tertawa lalu mengirim pesan itu.

Diondy – 20.31

Benarkah? Tetapi ketuanya saja nampaknya tidak belajar.

"Maksudnya, Louis berada di bar?" Anaz spontan mengucapkannya di hadapan Hazel dan wanita yang berada dekat dengannya itu segera tersenyum puas.

"Kau khawatir padanya," jelas Hazel.

Anastacia Charlotte – 20.31

Maksudmu Louis di bar? Bersamamu saat ini?

Diondy – 20.32

Ya. Denganku, Bianca, Vivianne, dan Isaac. Mau bergabung? Mereka tidak tahu aku diam-diam menghubungi anak gubernur!

Anaz diam membacanya. Bagaimana bisa seketika Louis menjadi bagian dari grup tersebut? Anaz menepuk dahinya.

"Hazel, aku tidak peduli padanya. Biarkan saja ia mabuk di bar. Aku akan belajar matematika semalaman," Anaz berusaha mengatakannya.

PAINFUL LIES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang