Perubahan Tak Masuk Akal - Part 10

646 19 0
                                    

Bar itu memang sepi sekali. Hanya ada dua pasangan yang terduduk di pojok dan seorang 'Louis' yang terduduk di tengah bar. Ia sedang meneguk minuman berwarna kecoklatan dalam sebuah gelas yang terlihat mahal. Di samping gelasnya, berdiri tegak satu botol Whisky yang sudah habis setengahnya. Ia terlihat memegangi kepalanya seolah ia kesakitan dan ponselnya tergeletak di atas meja. Lampunya begitu remang-remang dan ia terduduk sendirian, nampak begitu kesepian.

Anaz duduk di hadapannya dan ia menyadari bahwa 'Louis' benar-benar sudah mabuk. Wajahnya memerah dan matanya menjadi tak fokus.

"Step aside, kid!" pria itu mengibaskan tangannya dengan wajah tersenyum-senyum tak karuan.

"Kau bodoh atau bagaimana?" Anaz menggerutu demikian seraya mengamati botol whisky itu. Ia baru pertama kali melihatnya.

"Oh it's the princess Anaz!" pria itu bersorak dengan wajah yang benar-benar mabuk.

Itu membuat Anaz sedikit memundurkan kursinya. Pria itu sangat berbeda dan sangat menyeramkan dalam keadaan seperti ini.

"Louis, kau sudah gila? Karena Bianca mencampakkanmu?" Anaz meninggikan nada bicaranya tanpa mempedulikan sekelilingnya yang begitu sunyi.

"Could you leave?" dengan nada yang tak jelas, pria itu berusaha mengatakannya.

"Louis, apa masalahmu?" Anaz memukul meja kayu itu untuk menyadarkan pria itu.

"I'm not your Louis, idiot," bantahnya dengan mata setengah menutup.

Anaz menggelengkan kepalanya, "Jadi kalau kau mabuk, kau pakai bahasa Inggris."

"Woman in Paris...," Joseph mengucapkannya dengan nada yang terdengar seperti orang kumur-kumur. Joseph menatap Anaz dengan saksama.

Anaz mendecakkan lidahnya. Ia berusaha tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Joseph. Ia yakin pria itu benar-benar tak sadarkan diri.

"Kau seperti ini setiap hari? Masalah apa...?" Anaz menunjukkan wajah kesalnya dan menatap pria itu sepenuh hatinya.

Pria itu terlihat menelungkupkan wajahnya di atas meja kayu yang agak basah karena whisky. Pria itu diam untuk sejenak.

"Setidaknya, ajaklah seseorang untuk minum bersamamu. Kau adalah orang terjenius di sekolah? Aku tak percaya!" Anaz mengucapkannya dengan nada kesal.

Anaz segera menutup botol whisky milik Joseph. Ia menatap pria yang masih menelungkupkan kepalanya dengan hening.

"Kau baik-baik saja, Louis?" mata Anaz sudah menahan air mata karena cemas melihat kondisinya yang kacau seperti itu.

Tidak ada jawaban sama sekali. Anaz kemudian berdiri dan menghampiri pria penjaga bar yang sedang menghitung uang di kasir.

"Permisi," Anaz mengetuk meja satu kali untuk menyadarkan pria itu.

Pria itu menengadah dan menatap Anaz dengan terkejut. Ia membuka matanya lebih lebar lagi.

"Kau mirip dengan...," pria itu tersenyum lebar.

"Banyak orang bilang begitu. Karena lampu di sini remang, pastilah matamu mengalami gangguan," Anaz cepat-cepat membantahnya.

"Baiklah. Ada apa?" ia mengurangi kadar antusiasmenya.

"Apakah pria berjaket hitam itu sering kesini?" Anaz menunjuk Joseph yang masih terdiam.

"Ya. Seperti itu setiap hari. Kau pacarnya?" tanyanya dengan cepat.

Anaz menggaruk dagunya, "Ya, begitulah."

PAINFUL LIES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang