"Ra sebenernya gue mau ngomong sesuatu ke elo" kata Gaga berhasil membuat gadis itu terdiam seribu bahasa.
Gaga berdehem melanjutkan ucapannya "Ra makasih karena lo selalu ada buat gue. Lo selalu ada saat gue sakit, saat gue butuh, saat gue lelah dengan dunia, saat gue terjatuh, saat gue butuh teman cerita lo selalu ada untuk gue terima kasih Ra gue gak tau gimana hidup gue tanpa elo" ucap Gaga dengan tulus. Ia masih saja menatap mata Rara lekat.
Sedangkan Rara ia sibuk menahan air matanya agar tidak mengalir di depan Gaga. Rara sangat terharu mendengar kata-kata yang baru saja Gaga ucapkan. Ia tersenyum hangat lalu memeluk Gaga untuk kesekian kalinya
"Sama-sama! Lo itu orang yang selalu bikin gue khawatir dan gak ada orang lain selain elo!!!"
Rara lalu melepaskan pelukannya. Sekelebat ingatan tentang hal yang ia pikirkan tadi siang datang dipikirannya. Pikiran tentang Gaga hanya kembali pada Rara hanya saat Gaga membutuhkannya.
"Kalau gue suka sama lo gimana?" tanya Rara tiba-tiba ia sudah membuang semua ego dan gengsinya untuk mengatakan ini.
Gaga tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Rara yang menurutnya lucu. Rara menautkan alisnya bingung
"Pertanyaan receh macem apa itu" jawab Gaga yang masih dengan tawanya.
"Kok lo malah ketawa sih!!" Rara membuang muka ke arah lain sambil mencebikkan bibirnya.
"Yah lucu aja pertanyaan lo. Kitakan temennan tapi lo malah suka gue" jawab Gaga santai, ia mengambil ponselnya yang berada di meja.
Rara menghembuskan nafasnya kasar, apa salah ia menyukai seseorang yang selama ini menemaninya? Bukankah rasa nyaman datang karena terbiasa?
Gaga tersenyum secara misterius sembari memainkan ponselnya. Rara yang kebetulan menoleh tiba tiba menjadi kepo. ia mengintip layar ponsel Gaga.
Rara menahan napasnya saat melihat nama Ifi yang tertera di roomchat. Membutuhkan waktu 5 menit Gaga membuatnya melayang melalui kata katanya, tapi ia sudah bisa menjatuhkan Rara hanya dengan sesingkat itu. Raut muka Rara tiba-tiba berubah menjadi datar tanpa ekspresi.
"Ga gue pulang dulu" pamit Rara dengan nada sebal, ia tidak bisa lebih lama lagi berada di sini, malah makan hati ini mah.
"Loh jam berapa sih Ra? tapi kalau lo maksa sih yaudah" ucap Gaga tanpa mengalihkan pandangannya.
Rara berdecak mana ada ia memaksa?, Ia berjalan dengan menghentakan kakinya sembari mendumel "Mending gak usah putus kalo masih sayang dan gak usah terlalu deket kalo udah putus! Dasar gue cuma dibuat pelarian untung gue sabar!"
I'm not Bitch
Teriakan heboh dari anak kelas sebelah menghancurkan keheningan yang baru saja tercipta di kelas Rara "Woi ada yang jatuh di mushola!!!"
Sabrin menyenggol lengan Rara pelan "Siapa ya yang jatuh?"
"Gak tau dan gak penting" jawab Rara cuek padahal didalam hatinya seperti tersimpan kegelisaan yang tak ia tau sebabnya.
Rara melipat mukenahnya dan memasukkan dalam tas, lalu kembali duduk di bangkunya ia memandang keluar kelas dengan perasaan yang tidak enak.
Entahlah Rara juga tak tau kenapa ia merasa tidak enak sepertinya akan terjadi hal buruk. Tidak lama Gaga memasuki kelas dengan wajah yang terluka.
Sabrin menyenggol lengan Rara lagi "Ra liat tuh Galen, jangan-jangan dia yang jatuh" kata Sabrin.
"Mungkin" jawab Rara Rara pura-pura tidak perduli padahal dalam hatinya ia benar-benar khawatir Gaga itu memang bisa saja membuat ia khawatir.
Rara melihat Ifi berlari ke bangkunya mengambil tisu untuk mengobati luka Gaga. Ifi dengan telatennya mengobati luka Gaga yang terlihat masih mengeluarkan darah.
"Ra apa yang lo rasain?" tanya Sabrin
"Biasa aja Rin" jawab Rara bohong tanpa menoleh kearah Sabrin ia takut Sabrin akan mengetahui apa yang ia rasakan sekarang.
"Gaada rasa sakit gitu?" tanya Sabrin lagi.
Rara tersenyum sambil menatap miris Ifi dan Gaga "Sakit sih tapi gimana lagi. Ifi udah duluan ngobatin"
Rara memalingkan wajahnya tak mau menatap mereka lebih lama. Apa mungkin ia bisa mendapatkan hati Gaga? tanya dirinya sendiri.
I'm not bitch
"Man itu bulpoin mahal! Aduh kembaliin gak!" Rara berusaha mengambil bulpoinnya yang dibawa oleh Firman.
"Bulpoin mahal apanya 2000 juga udah dapet!" kata Delpa meremehkan
"Uang 100.000 tanpa 2000 itu kurang lengkap!" omel Rara tak terima.
"Bawa pulang aja Man bulpoinnya dia banyak" ucap Gaga.
"Diem lo sayur lodeh!!!" olok Rara lalu melanjutkan merebut bulpoinnya.
"Apa? Gue sayur lodeh. Lo apa? Sambel balado?" Gaga menghampiri Firman lalu mengambil bulpoin Rara.
"Kurang ajar lo tempe! Sini kembaliin bulpoin kesayangan gue!" Rara mencubit lengan Gaga lalu tanpa sengaja menyenggol lukanya.
"Aduh Ra!" rintih Gaga menjatuhkan bulpoinnya ke lantai.
"Aduh sorry ya. Bentar gue ambil obat dulu ke UKS" ucap pamit Rara lalu berlari, ia merasa bersalah karena mencubit lengan Gaga.
Gaga menahan tangan Rara agar tak pergi "Gak usah udah gak sakit kok"
Ucapan Gaga terlihat sangat meyakinkan membuat Rara menghentikan larinya dan kembali.
"Lo yakin?" tanya Rara yang diangguki oleh Gaga.
"Iya...," ucapan Gaga terhenti saat melihat Ifi memasuki ruangan "... Biar Ifi aja yang ngobatin" lanjutnya.
Hati Rara seolah ditusuk oleh pisau apalagi saat ia melihat senyuman malu-malu Ifi rasanya ia ingin menjambak rambut Gaga saat ini juga.
Rara menyesal, Rara sangat menyesal karena mengenal dan mencintai Gaga.
Hai semua jangan lupa vote dan comment ya. Saran kalian sangat membantu maaf jika ada kesalahan penulisan.
Jangan bosen bosen ya nunggu kelanjutan ceritanya bye see you :*
Zhafirahila:*
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Destroyer
RomanceMencintai sahabat sendiri? Mungkin sudah biasa, namun siapa sangka jika mencintai sahabat sendiri membuat rasa sakit yang teramat, apalagi saat kau tau jika ia sudah mempunyai pacar. Jika sudah seperti itu, kau hanya mempunyai 2 pilihan, tetap berta...