"Gimana, lo setuju?" tanya perempuan itu sembari mengetuk meja di depannya berkali kali menunggu jawaban laki laki di hadapannya.
"Enggak, gue gak akan tinggalin dia" tolak laki laki itu dengan tegas.
Alea berdiri, ia memajukan wajahnya hingga hanya berjarak 5cm dari muka Ali. "Lo yakin?" tanyanya memastikan.
Alea menatap tajam manik mata Ali. Ia menyentuh pipi Ali, "Lo yakin sama keputusan yang udah lo buat?"
Ali menelan salivanya susah payah saat Alea lebih mendekatkan wajahnya, kini tangan Alea mulai menyentuh kedua pipinya. "Gue yakin, jangan sentuh gue!" Ali mendorong tubuh Alea kebelakang.
"Gue gak segampang itu lo goda bitch!" ucap Ali.
"Gue pergi dulu semua pesanan lo bakal gue bayar!" ujar Ali lalu berjalan pergi meninggalkan Alea dengan perasaan kesalnya.
Alea mengepal kan tangannya kuat-kuat, "Tenang Alea, ini hanya permulaan, lo pasti bisa hancurin hubungan mereka berdua" Alea kembali duduk di kursinya kemudian meminum jus jambu yang tadi ia pesan.
"Liat aja, apa yang bisa Jesica Alea lakuin"
I'm not destroyer
"Darimana? Lama banget?" tanya Rara sinis, ia mencebikkan bibirnya sebal, sudah setengah jam ia menunggu tapi Ali tak kunjung datang juga.
"Maaf tadi macet" jawab Ali berbohong.
"Yaudah ayo, kita udah ditungguin soalnya dan bahan kerja kelompok nya juga ada di aku,"
"Siap bos" ucap Ali, ia membukakan pintu mobil untuk Rara kemudian berjalan memutar menuju kursi kemudi.
Ali membuka pintu mobil kemudian memasukinya, ia menatap Rara sebentar sebelum akhirnya menutup pintu.
Ali mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, tidak ada percakapan antara mereka berdua hanya ada suara pengisi radio yang mendominasi.
Rara sibuk berkutat dengan bukunya sedang-kan Ali entahlah pikirannya melayang kemana-mana.
20menit kemudian, Ali memarkirkan mobilnya di halaman rumah Sabrin. Mereka berdua turun kemudian berjalan memasuki rumah Sabrin
"Maaf ya baru datang, aku nungguin Ali tadi," ujar Rara tidak enak saat sudah berada di dalam.
"Yaudah Gak papa tapi, ini udah lo garis bawahi semua intinya kan?" tanya Sabrin sembari membolak-balik kan buku tebal yang tadi di pegang Rara.
"Udah kok tenang aja," jawab Rara, ia duduk di sofa ruang tamu Sabrin diikuti oleh Ali.
"Lo kenapa Li, kok diem aja, sakit?" tanya Delpa yang diacuhkan oleh Ali.
Rara menoleh ke samping melihat Ali, ia menyenggol lengan Ali menyandarkan dari lamunan. "Kamu kenapa sih? Kamu sakit?"
"Enggak kok Ra"
"Oke" kata Rara, sebenarnya ia tidak sebegitu yakin dengan jawaban Ali, menurutnya ada yang janggal dengan sikap Ali.
I'm not destroyer
Rara melingkarkan tangannya di lengan Ali, sembari bergelayut manja. "Duduk situ yok Li" ajak Rara menunjuk bangku taman yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Destroyer
RomanceMencintai sahabat sendiri? Mungkin sudah biasa, namun siapa sangka jika mencintai sahabat sendiri membuat rasa sakit yang teramat, apalagi saat kau tau jika ia sudah mempunyai pacar. Jika sudah seperti itu, kau hanya mempunyai 2 pilihan, tetap berta...