Pertemuan

73 1 0
                                    

10 tahun kemudian

"Inget ya Dimas jangan lupa ganti baju dulu sebelum pulang, Ayah gak mau ngebantuin kamu kalau sampai kamu lupa lagi!" peringat Gaga yang diangguki oleh anak pertamanya itu.

"Iya yah siap, yaudah Dimas berangkat dulu ya," pamit Dimas ia mencium punggung tangan Ayahnya lalu pergi dengan cepat agar tak ketahuan oleh bundanya.

Rara menaruh sepiring cookies yang baru saja matang di meja, ia duduk di sebelah Gaga. "Mau kemana tuh Dimas?"

Gaga mengerjapkan matanya, jangan sampai ia keceplosan bilang jika Dimas pergi untuk latihan sepakbola bisa-bisa istrinya mengamuk. "Main katanya," jawab Gaga

"Oalah gitu," Rara menyenderkan kepalanya di pundak Gaga sembari memakan cookies.

"Seandainya Dimas punya bakat di sepakbola masa kamu mau ngelarang?" tanya Gaga tiba-tiba.

"Iya, aku gak suka anakku berhubungan dengan itu," jawab Rara tanpa menolehkan wajahnya. Entahlah saat ia mendengar atau melihat sesuatu yang berkaitan dengan sepak bola ia akan teringat dengan masa lalunya yang kelam. Rara masih ingat jelas rasa sakit hati yang ia terima pada saat itu.

"Tapi, kalau Dimasnya mau kenapa engga?"

Rara menegakkan badannya, ia menatap suaminya itu dengan tatapan yang tidak bisa didefinisikan. "Aku bakalan suruh Dimas milih," ucap Rara yang membuat Gaga terdiam, sepertinya keputusan Rara sudah bulat.

I'm not Destroyer

"Hari ini kita kedatangan pemain timnas andalan, kalian harus berperilaku baik," ucap Ridwan selaku pelatih dari klub sepakbola.

"Woah Ali tendangan angin," takjub salah satu anak di situ.

Laki-laki itu berjalan dengan gagahnya, matanya terpaku pada satu anak yang wajahnya begitu familiar di ingatannya. Ia berhenti melangkah saat sudah berada di samping Ridwan.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Ali dengan nada ramah.

"Pagi!" balas mereka dengan penuh semangat.

"Hari ini saya mendapat kesempatan untuk menemani kalian latihan, jadi kalian harus latihan dengan sungguh-sungguh, bisa?!" ucap Ali.

"Siap bisa!" ucap anak-anak.

"Ayo kita mulai!" seru Ali yang membuat mereka bubar ke posisi masing masing.

Ali berjalan menghampiri Dimas yang sedang mengambil bola, "Siapa namamu?" tanya Ali saat sudah sampai di sebelahnya.

"Dimas," jawab Dimas dengan matanya yang berbinar, ya Ali adalah salah satu idolanya, bagaimana tidak tendangannya selalu melesat seperti angin menuju gawang lawan, membuatnya takjub.

Ali tersenyum tipis, "yasudah Dimas berlatih dengan sungguh-sungguh ya," ucapnya sembari menepuk pundak Dimas.

I'm not Destroyer

Dimas menatap jamnya yang sudah menunjukkan waktu pukul 3. Ia melihat kanan kirinya mengapa tak ada angkot yang lewat batinnya.

Tin tin...

Bunyi klakson itu sukses membuat Dimas menoleh, terlihat Ali di dalam mobil itu, ia tersenyum sembari berkata, "Ayo masuk!" ajaknya.

I'm not DestroyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang