Semilir angin berhembus menyibakkan rambut Rara kebelakang, ia terus menundukkan kepalanya seolah kehilangan kepercayaan diri, tangannya menggenggam tangan Ali sembari melangkahkan kaki.
"Kamu kenapa?" tanya Ali khawatir, pasalnya dari tadi Rara menunduk dan diam.
"Aku malu diliatin banyak orang," jawab Rara.
Ali mengangkat dagu Rara agar Rara menatapnya, "Buat apa malu, orang kamu cantik banget, udah ya gak usah nunduk lagi," ujar Ali, ia tersenyum tipis berniat menenangkan.
Rara hanya mengangguk, kemudian Ali membawa Rara menuju segerombolan temannya. Rara hanya menampilkan muka datarnya, jujur saja Rara tak terlalu menyukai teman baru Ali itu. Bukannya apa, mereka itu terkenal karena kenakalan dan ke-playboy annya, ya meskipun dapat diakui ketampanan mereka semua diatas rata-rata.
"Woi broo! Ngajak doi nih!" ucap salah satu orang disitu.
Ali melakukan jabat tangan khas dengan teman temannya sembari berkata, "Iya nih, sekalian gue mau kenalin ke kalian,"
"Kenalin gue Bryan, semua cewek di sini tau siapa gue," ucapnya percaya diri sembari mengulurkan tangan.
Rara tersenyum kaku lalu menerima jabatan tangan itu, "Nama gue Rara,"
"Oh jadi elo yang pernah berantem sama Alea itu?" tanya Bryan.
"I-iya," jawab Rara rada terbata bata.
"Ogitu," ucap Bryan sembari mengangguk dan melirik Rara dari bawah keatas.
Rara menghela nafasnya kasar, berniat mengode Ali agar membawanya pergi. "Oiya Ra, kenalin ini namanya Jefri...," Ali menunjuk laki-laki yang berada paling ujung. Laki yang bernama Jefri ini itu melambaikan tangannya.
"... Sebelahnya itu Roy..." Rara tersenyum tipis menyapa mereka berdua, "dan yang di sebelah Bryan itu Dimas," ujar Ali. Dimas tersenyum manis menyapa, membuat Rara mau tidak mau harus membalasnya.
"Aku haus," bisik Rara yang hanya beralasan agar ia bisa pergi dari mereka.
"Yaudah ayo aku anter," ucap Ali namun, sebelum pergi Ali berpamitan pada teman temannya,"gue mau nganterin dia ngambil minum,"
"Ets... Tunggu, lo disini aja biar dia ambil sendiri," ucap Bryan menghentikan, ia melangkahkan kakinya dan berhenti di samping Rara, "Lo udah gede kan? Jadi gak usah manja!" ucap Bryan pelan, tepat di telinga Rara.
Buku-buku jari Rara memutih, ia mengepalkan tangannya di bawah, ia melepaskan genggaman tangan Ali. "Aku ambil sendiri aja," putus Rara.
"Enggak, sama aku aja," tolak Ali, ia beralih melihat Bryan, "Gue cuma nganterin dia bentar,"
"Kita mau ngomong penting sama lo!" putus Bryan yang nampak tak bisa diganggu gugat.
"Udahlah, gue bisa sendiri," Rara berjalan menjauh dengan muka masam dan menyumpah serapah i Bryan, sedangkan Ali menatap punggung Rara yang mulai menjauh dengan tidak enak.
Rara mengambil satu gelas sirup yang ada di meja, ia menatap Ali yang berbincang bincang dengan teman temannya itu dari kejauhan.
"Sendirian aja lo?" tanya Gaga yang tiba-tiba ada di sebelahnya.
"Enggak," jawab Rara yang tak mengalihkan pandangannya.
"Terus?"
"Sama bayangan," jawab Rara yang mencoba mereceh namun garing.
"Gak usah ngadi ngadi lu," celetuk Gaga. Ia mengikuti arah pandangan Rara, "Kenapa gak disamperin itu babangnya?"
"Terasingkan gue di sana, nyebelin banget masa yang namanya Bryan itu!" ujar Rara yang masih mengingat kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Destroyer
Roman d'amourMencintai sahabat sendiri? Mungkin sudah biasa, namun siapa sangka jika mencintai sahabat sendiri membuat rasa sakit yang teramat, apalagi saat kau tau jika ia sudah mempunyai pacar. Jika sudah seperti itu, kau hanya mempunyai 2 pilihan, tetap berta...