Masa-masa sulit

59 2 0
                                    

"Maafin Rara ya Bu, Rara tau Rara salah tapi jangan diemin Rara kayak gini dong Bu," ucap Rara.

Rara menatap ibunya dengan tatapan sendu, sudah sekitar 1 mingguan ini Nia mendiamkannya, bahkan Nia tidak mau menatap mata putrinya tersebut.

"Bu maafin Rara," Rara mencoba meraih tangan Nia namun dengan cepat ditepis oleh Nia.

"Apa Rara harus ngegugurin anak ini? Biar ibu mau bicara lagi sama Rara? Biar ibu mau  natap mata Rara lagi? Iya? Rara dengan senang hati akan menggugurkan anak ini!"

Plakk....

Tamparan keras mendarat sempurna di pipi Rara, seketika matanya berkaca-kaca, ia menatap ibunya tidak percaya. Ia menyentuh pipinya yang terasa panas.

"Jangan pernah punya pikiran buat gugurin bayimu itu!!! Dia sama sekali tidak berdosa! Dia tidak punya salah padamu! Bukan bayi ini yang pembawa masalah dan perusak suasana, tapi kamu! Coba kamu bayangkan, betapa hancurnya ibu saat tau kamu hamil..." Nia mengelap air asin yang jatuh di pipinya.

"Ibu merasa gagal mendidik kamu! Apa nanti kata orang kalau tau kamu hamil diluar nikah?! Gimana nasib anak kamu nanti ha?! Coba dipikir Ra! Jangan cuma mau enaknya! Saat ibu natap mata kamu, ibu selalu terbayang bagaimana Rara kecil yang masih polos, anak ibu yang sesungguhnya, tapi ibu tersadar bahwa Rara bukanlah Rara yang dulu, kamu sudah berubah!"

Nia menegakkan badannya lalu berdiri. Ia menatap anaknya yang kini sedang bersimbah air mata kemudian meninggalkannya pergi.

Selepas Nia pergi, Gaga datang dengan membawa dua cangkir teh untuk Nia dan Rara, namun langkahnya terhenti saat melihat Rara menangis tersedu-sedu.

Rara mengangkat wajahnya melihat Gaga, ia berjalan mengampiri suaminya lalu memeluk erat. Ia menumpahkan seluruh air matanya. Sungguh kata-kata Nia sangatlah menusuk ke dalam hatinya.

"Udah Ra," ucap Gaga menenangkan.

"Gue emang gak berguna Ga!" ujar Rara dengan suara parau.

"Gak boleh ngomong kayak gitu semua orang punya peran masing-masing dalam kehidupannya, udah ya. Coba untuk lebih terima keadaan, gue jamin keadaan bakalan lebih membaik setelah itu." Gaga mengelus rambut Rara dan sesekali menciumnya.

"Makasih Ga, selalu ada saat gue butuh,"

I'm not destroyer

Rara mengambil pisau yang ada di piring, ia memutar putarkan pisau itu tanpa takut terluka. Rara tersenyum tipis, apakah benda ini bisa menyembuhkan segala lukanya?.

Rara menaruh lengannya di atas meja makan. Ia menarik nafasnya lalu ia hembuskan perlahan. Ia menaruh ujung pisau itu tepat di atas lengannya.

"Kalau kena nadi gimana ya?" ucapnya pada dirinya sendiri.

Perlahan Rara menggoreskan pisau itu di kulitnya, ia menutup matanya kala lengannya terasa perih. Ia menjauhkan pisaunya tadi dan melihat darah yang keluar dari kulitnya.

Sayatan itu sembentuk sebuah satu garis lurus. Rara mendekatkan pisau itu lagi dan mulai mengukir seperti tadi.

"Rara!!!" Rara membuang pisau itu karena saking terkejutnya. Ia perlahan melihat ke empunya suara.

Terlihat wajah Gaga yang memerah, buku buku jarinya memutih karena kepalan tangannya. Ia menatap Rara seperti ingin memakannya hidup hidup.

Rara menutupi lengannya dengan kain yang ada di meja, ia tidak berani menatap suaminya. Ia menunduk kaku melihat kain penutup lengannya tadi terkena darahnya.

I'm not DestroyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang