Semilir angin menyibakkan rambut Gadis itu ke belakang, dengan tawa lebarnya ia terlihat sangat cantik. Rara mencuil gulali yang berada di tangan lalu menyuapkannya ke laki laki di sebelahnya.
"Jangan lupa diemut sebelum ditelen!" Rara tertawa cekikikan melihat Ali memasang muka sebalnya.
"Guekan gak suka sama gulali jadi..., ya wajar aja kalau langsung gue telen." bela Ali yang malah membuat tawa Rara semakin keras.
Rara mengelap air mata yang berada di ujung matanya. "Aduh lo receh banget,"
"Dari kecil gue gak mau makan gulali, dulu gigi gue pernah sakit karena makan permen maka dari itu makanan kek, Gulali, permen, atau sejenisnya gue hindarin kecuali coklat," ceritanya.
"Soalnya coklat manis kayak gue" ucap Rara asal yang disetujui oleh Ali.
"Eh tunggu...," Ali coba mengingat apa yang Rara katakan, "Gue gak setuju! Coklat itu sebelum diolah pahit, kalau lo meskipun gak diolah tetep manis,"
Rara mengulum senyum mendengar gombalan Ali yang terdengar receh itu. Ia yakin jika sekarang pipinya sudah berwarna pink. Ah memikirkannya membuat ia malu.
"Gombal dasar!" Rara menepuk bahu Ali keras lalu membuang muka.
"Lo mau tau gak kenapa gue ajak lo ke sini?" tanya Ali.
Rara menggeleng. Sebenarnya ia juga penasaran mengapa Ali mengajaknya jalan di tempat berjalannya suatu pertandingan sepakbola.
"Gue bakalan tanding di sini dan gue mau lo semangatin gue dari bangku itu," Ali menunjuk deret paling bawah yang menandakan itu adalah lokasi paling strategis agar ia bisa melihat Rara menyemangatinya.
"Siap"
I'm not destroyer
"Jangan lari nanti jatuh" peringat Ali yang tak digubris oleh Rara.
Rara mengarahkan kakinya menaiki dan menuruni tangga secara zig-zag, sembari tertawa bahagia. Sudah lama bukan ia tidak berlari sembari tertawa seperti anak kecil seperti ini?.
Rara berhenti berlari, ia memegang dengkulnya, mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Keringat dingin menetes melalui pelipisnya.
"Capek kan?" tanya Ali yang berjalan menghampiri Rara. Ia menyodorkan minuman.
Rara menegakkan badannya, ia menatap Ali lekat tanpa mengambil minuman itu. Dalam tiga detik pandangan mata mereka beradu.
Rara memeluk tubuh Ali erat "Makasih udah buat gue senyum lagi, asal lo tau, lo adalah salah satu alasan gue tetep bertahan di sini" ucapnya dengan senyuman yang tak bisa ia sembunyikan.
"Gue bahagia Li disisi elo" kali ini suara Rara seperti berbisik.
"Gue sangat bersyukur kalau lo bahagia" ucap Ali, ia mengusap rambut Rara yang tergerai panjang.
"Gue laper" Rara menutup mulutnya, selalu saja mulutnya itu tidak bisa diajak berkompromi.
Ali melepaskan pelukannya, ia menatap wajah Rara yang sekarang nampak pucat. Ia tersenyum lembut "Ayo makan!" ajaknya yang langsung disambut senyuman lebar khas Rara.
I'm not destroyer
"Ngapain sih lo?! Ganggu aja!!!" tanya Rara sewot.
"Li bisa pergi dulu gak, gue mau ngomong sama Rara sebentar!" ujar Gaga yang terkesan mengusir.
"Apa apaan lo?!" Rara menaruh kedua tangannya di pinggang tanda tak setuju. "Dasar perusak suasana" gerutunya yang entah didengar Gaga atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Destroyer
RomanceMencintai sahabat sendiri? Mungkin sudah biasa, namun siapa sangka jika mencintai sahabat sendiri membuat rasa sakit yang teramat, apalagi saat kau tau jika ia sudah mempunyai pacar. Jika sudah seperti itu, kau hanya mempunyai 2 pilihan, tetap berta...