Pisah?

75 3 0
                                    

Bola mata yang indah memandang rembulan yang sedang menyinari bumi. Gadis itu tidak peduli meskipun tubuhnya sedikit menggigil akibat angin, ia hanya melampiaskan kekesalannya di rooftop rumahnya.

Suara dering ponsel dihiraukannya. "Gue emang harus akhiri ini semua disini," .

"Tapi gue gak rela ngelepasin dia!"

"Apa break aja ya?" putus Rara, mau bagaimana lagi, jika ia teruskan ia tak akan bisa fokus pelajaran jika terus seperti ini.

Rara beralih menoleh kearah ponselnya yang dari tadi berbunyi, ia mengambilnya, dan melihat riwayat telepon. Ali me-Miss call nya 75 kali sejak kejadian tadi.

Dering telepon kembali berbunyi, tanpa pikir panjang Rara menggeser layar hijau lalu menaruh poselnya di telinganya.

"Halo Ra,"

"Ra dengerin aku, ini gak seperti yang kamu liat tadi. Aku gak ada apa-apa sama Alea"

"Cukup Li! Gue gak mau dengerin alasan kamu lagi, kita break aja dulu, gue juga mau fokus ujian dulu. Maaf"

"Kamu gak bisa putusin ini secara sepihak! Ini hubungan kita berdua bukan cuma aku atau kamu!"

"Kita bicarain ini besok," Rara mengkhiri sambungan telepon itu secara sepihak. Ia menghembuskan nafas pelan, sembari memegang dahinya.

I'm not destroyer

Ali mengacak rambutnya frustasi, ia menatap kekasihnya tak percaya. Ia meraih tangan Rara yang ada di meja dan menggenggamnya, "Ra aku mohon," pintanya.

Rara tersenyum tipis "Kita gak putus kok, kita cuma break sampe ujian selesai" ucapnya.

"Setelah ujian kita balikan lagi kan?" Ali kini menatap Rara lekat membuat Rara menunduk, ia hanya takut jika Ali lah yang akan meninggalkannya.

"Ra, kok diem?" Ali mengangkat dagu Rara agar menatapnya juga.

"Iya Li" jawab Rara pelan.

Ali tersenyum manis lalu merentangkan kedua tangannya. "Gak mau peluk dulu? Buat mengawali ldr tak jauh ini hehe" ucapnya sembari tertawa garing.

Rara melengkungkan sudut bibirnya, ia beranjak dari tempat duduknya kemudian memeluk Ali. Ia menenggelamkan wajahnya di leher Ali, merasakan aroma parfum yang selalu mengingatkannya pada Ali.

Semoga ini bukan akhir

I'm not destroyer

"Jadi gimana rasanya tercampakkan? Enak gak? Gak enak kan! Makanya gak usah berani berurusan sama gue! Dasar cupu!!!" Teriak seseorang dari belakang.

Rara menghentikan langkahnya, tangannya mengepal erat di bawah. Ia berbalik melihat Alea, ia menatapnya tajam, tak peduli banyak siswa yang berada di koridor.

"Apa gak terima?!" tantang Alea. Ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gue gak mau cari masalah sama orang tukang pansos kek lo!" ujar Rara sinis.

"Dih! Mending gue tukang pansos daripada elo, matre! Pho lagi, gak malu?" balas Alea tak kalah sinis.

Rara berdehem pelan, ia tersenyum manis membuat semua yang melihatnya bingung, "Gue matre darimananya sayang? Tanya sama Ali gue pernah minta sesuatu gak ke dia! Oiya bukannya elo ya yang deketin Ali gara gara harta sama ketenarannya dia? Lo kan tau dia udah punya gue, berarti lonya dong yang pho, ups" Rara berpura-pura menutup mulutnya. Ucapan Rara barusan berhasil menyentil hati Alea.

Plak...
Alea melayangkan tangannya menampar pipi Rara dengan keras.

"Alea!!!" Bentak Gaga yang tiba-tiba datang.

"Lo apa apaan sih?! Lo kira lo pantes kayak gini?! Gue jadi benci tau gak sama lo!!!" ujar Gaga memaki Alea.

Gaga beralih melihat Rara yang pipinya nampak merah sebelah, "Lo gak papa?" tanya Gaga.

"Gue gak papa kok," jawab Rara memegangi pipinya yang terasa sedikit sakit.

"Alea! Lo gak punya perasaan ya emang! Kalau lo gini terus, gue gak akan mau berhubungan sama lo lagi!"  ucap Gaga.

"Lo gak tau apa yang gue rasain Ga! Lo gak tau gimana sakitnya hati gue saat gue tau lo sayang sama Dia!..." Alea memutus perkataannya matanya mulai berkaca-kaca.

"Disaat gue udah tulus sayang sama seseorang, tiba tiba aja ada yang ngehancurin itu semua, lo kira gue bakal diem aja dan ngelupain rasa sakit yang teramat sangat itu? Gak segampang itu Ga!" Air mata terus mengalir di pipi Alea, ia menatap Gaga senduh,

"Gue tulus Ga sama lo! Gue gak pernah setulus ini sama seseorang, bahkan gue rela ngelakuin apapun yang lo mau, cuma lo yang bisa ngertiin gue, gue gak tau lagi harus berkata apa, tapi gue bener bener sayang sama lo, gue bahagia banget sama lo, gue gak yakin ada orang yang kayak lo. Gue..." Alea tidak kuat melanjutkan kata-katanya lagi. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi koridor.

Alea tak sanggup lagi menahan rasa yang ada di dalam hatinya, air mata yang terus bercucuran menandakan bahwa ia benar-benar tulus pada Gaga.

Rara menunduk, ia menjadi merasa bersalah saat ini. Ia tau bagaimana rasanya berada di posisi Alea.

Gaga terdiam kaku, tak ada yang bisa ia katakan. Ia hanya menatap iba Alea. Ia menelan salivanya kemudian duduk disamping Alea.

"Maafin gue Le,"ucap Gaga, ia merengkuh tubuh Alea dan mendekapnya erat.

"Tapi ini semua bukan salah Rara, dia ga tau apa apa tentang ini, jadi stop salahin dia ya, kita mulai ini semua dari awal," ucap  Gaga sembari menelus rambut lurus tergerai milik Alea.

Alea mengangguk dalam dekapan Gaga, yang ia mau sekarang hayalah, tak ingin kehilangan Gaga untuk kesekian kalinya.

Zhafirahila

Yey akhirnya update, makasih buat yang mau baca. Gimana nih hari-hari kalian menyenangkan gak? Oiya jan lupa vote dan komentar ya, bye.

I'm not DestroyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang