Kelas yang tadinya terdengar sangat riuh kini berubah menjadi hening ketika guru yang ada di depan mulai menuliskan soal di papan.
Rara memutar bulpoint dengan dua jarinya, ia melihat kearah depan dengan malas. Kenapa juga pagi hari yang ceria ini berubah menjadi kelabu gara-gara soal matematika itu.
"Soal apa sih ini Ra?!" tanya Ifi dengan suara agak rendah.
Rara mengangkat bahunya, "Entah, ngeliat aja udah pusing," jawab Rara, ia membuka bukunya kemudian menyalin soal yang ada di papan itu.
"Masih pagi udah ngeluh aja kalian!" ucap Sabrin yang sepertinya sangat santai.
"Lo bisa ngerjain emang?" tanya Ifi sembari melirik merendahkan kearah Sabrin.
"Enggak," jawab Sabrin lalu terkekeh. "Lagian ngapain soal itu kalian dipikirin toh, soal itu gak pernah mikirin kalian" ucap Sabrin tanpa beban sembari menggunting kukunya yang panjang.
Rara menatap Sabrin tajam, ia igit igitan melihat sabrin yang membuat kesabarannya naik. "Lo pernah keselek bulpen gak sih?"
"Gak,"
"Mau nyoba?"
Sabrin menghentikan aktivitasnya, ia menoleh kearah Rara dengan menyengir kuda, "hehehe, jangan"
"Sapa tau lo pengen, gue bisa bantuin lo cari pengalaman sekarang," ucap Rara kemudian ijin pada Bu Retno dan berlalu meninggalkan kelas.
Rara melangkahkan kakinya pelan sembari melihat segerombolan siswa bermain basket, ia tersenyum samar, ia jadi teringat masa kecilnya yang sangat suka bermain basket.
Rara berjalan melewati koridor yang nampak sepi namun, masih ada siswa yang berada di luar samar samar ia mendengar obrolan dua perempuan di depannya.
"Lo tau Ali gak?" tanya satu orang perempuan berambut lurus tergerai kebawah.
"Tau, emangnya kenapa Ran?" ucap perempuan yang rambutnya dikucir satu.
Rara mempertajam indra pendengarannya, tanpa sadar kakinya berjalan mengikuti dua perempuan.
"Gue denger denger nih ya, katanya Ali itu bukan orang biasa" jelas perempuan bernama Ranti itu.
"Maksud lo?" Tanya Maria
"Aduh Mar, masa lo gak tau sih kalau sebenernya Ali itu anak pengusaha sukses yang ada di kota ini, dan satu lagi" Ranti memenggal kalimatnya, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Maria.
"Ali pemain sepak bola dari club terkenal di kota ini,"
"Apa Ran!!! Lo beneran?!" teriak Maria heboh yang langsung di bungkam oleh tangan Ranti.
"Jangan teriak teriak bodoh!" Ranti mengeplak kepla Maria pelan.
"Oke maaf" ucap Maria, kemudian ia terdiam sebentar.
"Ohhhh, gue inget..." Maria menunjuk Ranti mengisyaratkan ia mengingat sesuatu. "Makanya kemarin Ali tuh berani ngelawan Alea! Oh jadi ini alasannya"
Rara menelan salivanya susah payah, tidak lama lagi jati diri Ali akan terbongkar dikalangan siswa. Rara mengambil langkah mendahului mereka dan berjalan menuju kelasnya untuk memberitahu Ali.
I'm not destroyer
"Aliiiiii!!!!!"
Ali terlonjak kaget dan menoleh darimana suara itu berasal, ia menutup buku yang baru saja ia kerjakan dan menetralkan detak jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Destroyer
RomanceMencintai sahabat sendiri? Mungkin sudah biasa, namun siapa sangka jika mencintai sahabat sendiri membuat rasa sakit yang teramat, apalagi saat kau tau jika ia sudah mempunyai pacar. Jika sudah seperti itu, kau hanya mempunyai 2 pilihan, tetap berta...