Aku tau aku tidak akan pernah bisa memilikimu tetapi mengapa aku masih saja tetap berharap?
"Mana?" Rara mengangkat satu tangannya di udara berniat meminjam buku Ali."Nanti dulu aja Ra" ucap Ali dengan lembut sembari menulis. Cowok yang satu ini memang seperti itu sangat kalem dan lembut pada wanita tapi jangan salah dibalik kalem dan lembutnya ia mempunyai paras yang menawan.
Rara merasa tidak sabaran ia langsung merampas buku Ali yang ada di meja "Gue liat bentar! Dan gue gak nerima penolakan!"
Ali menoleh kearah Rara dengan wajah jengkelnya "Ra,"
"Apa?" Rara menatap Ali tajam. Ali menghela napasnya pelan. Seharusnya ia sudah terbiasa dengan sikap teman sekelasnya yang pemaksa ini.
"Yaudah, jangan lama-lama tapi" ucapan Ali mampu membuat Rara mengukir senyuman diwajahnya.
"Nah gitu dong" Rara kembali ke tempat duduknya yang berada di sebrang bangku Ali. Ia mengambil bulpoinnya lalu membuka lembar demi lembar buku Ali.
Tanpa menunggu waktu lama Rara sibuk menyalin buku Ali. Ia mencopas semua catatan yang kemarin belum ia tulis. Sangking fokusnya ia sampai tidak menyadari jika Sabrin meninggalkan bangkunya.
Tanpa sengaja seseorang yang menduduki bangku Sabrin menyenggol lengannya.
Rara membelak bukunya tercoret hingga membentuk sebuah garis yang rada panjang, Rara memutar tubuhnya menghadap si penyenggol "Rin! Gue tuh lagi nyalin! Bisa gak sih jangan banyak gerak!" Omelnya.
Raut muka marah Rara berubah menjadi bingung pasalnya sekarang yang ada di sebelahnya bukanlah sabrin melainkan Gaga.
"Loh? Ngapain lo kesini? Sabrin mana?" tanya Rara
Gaga mengangkat bahunya acuh kemudian ikut menyalin buku Ali. Rara mengedarkan arah pandangannya ke seluruh kelas. Ia memutar bola matanya malas saat melihat Sabrin yang sedang bercanda dengan Delpa.
"Ga?" Gaga menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menatap Rara mendalam sedangkan Rara yang ditatap seperti itu menjadi canggung.
"Ga gue mau ngomong sesuatu" ucap Rara.
"Lah itu udah ngomong" Gaga mengambil lagi bulpoinnya dan kembali menyalin.
Rara menghirup oksigen sebanyak banyaknya agar ia dapat mengucapkan kata yang mengganjal di hatinya.
"Ga kapan lo nembak gue?" tanya Rara yang membuat Gaga binggung namun sedetik kemudian Gaga berkata, "prank!!!" Gaga bertepuk tangan sembari tertawa merendahkan.
"Lo kira gue bisa lo prank!" Gaga mengambil bukunya lalu pergi dari hadapan Rara. Gaga sudah tamat dengan prank an Rara karena ia pernah terbohongi oleh Rara saat dulu.
Dulu Rara mengatakan bahwa ia menyukai Gaga tapi setelah Gaga juga mengatakan bahwa ia juga menyukai Rara, Rara malah berkata bahwa itu hanya prank, sejak saat itu Gaga kecewa dan was-was oleh sikap Rara.
Dalam hati Rara bertanya kenapa Gaga selalu menganggap perasaannya hanya sebuah lelucon atau candaan?
"Gue udah pernah bilangkan respon dia itu selalu kayak gitu, cuma nganggep perasaan lo itu sebuah candaan!" ucap Sabrin yang baru saja datang.
Rara memasang wajah lelahnya "Gue udah capek Rin gue mau move on aja. Tapi satu gue bakalan berdoa dia bakalan harapin gue kembali saat gue udah ngejauh dan dia akan ngerasain hal yang gue rasain!"
Rara berdiri lalu mengambil buku Ali, ia melangkahkan kakinya 2 langkah. Rara menaruh buku Ali dengan sedikit menimbulkan suara di meja.
"Nih gak jadi lonya gak iklas" ujar Rara yang terkesan nyolot.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Destroyer
RomanceMencintai sahabat sendiri? Mungkin sudah biasa, namun siapa sangka jika mencintai sahabat sendiri membuat rasa sakit yang teramat, apalagi saat kau tau jika ia sudah mempunyai pacar. Jika sudah seperti itu, kau hanya mempunyai 2 pilihan, tetap berta...