Dimas mengambil bekal itu lalu memasukkannya ke dalam tas, "tapi Bunda belum jawab pertanyaan Dimas tadi, ayo Bunda jawab,"
"Dia temen bunda dulu waktu SMA," jawab Rara dengan santai meskipun jantungnya berdegup tak karuan.
"Berarti temennya Ayah juga dong?" tanya Dimas beralih memandang Ayahnya, "Dimas boleh yah ketemu sama om Ali lagi,"
Gaga mengangkat jari telunjuknya ke dagu, seolah sedang berpikir, "Ehm boleh gak ya?" ucapnya.
"Boleh dong yah," rengek Dimas sembari mengayunkan lengan Gaga.
"Ayo kita berangkat dulu," Gaga lalu meraih tangan Dimas dan Alysa.
"Bunda kita berangkat!" Pamit mereka secara bersamaan.
"Bentar, Bunda belum cium," ucap Rara, ia mencium pipi kedua anaknya kemudian mengecup bibir suaminya.
"Ati-ati yaaa sayang," Rara melambaikan tangannya dibarengi dengan kepergian mereka.
I'm not Destroyer
Rara mengaduk-aduk cappucino nya menggunakan sedotan, ia menatap lekat laki-laki dihadapannya itu. "Mau apa lagi si?" tanya Rara tanpa basa-basi.
"Aku mau jelasin semuanya Ra," Ali mencoba meraih tangan Rara namun Rara segera menepisnya.
"Gak perlu! Kalau lo disini cuma buat bahas masa lalu gue bakalan pergi!" ancam Rara.
"Maaf, kalau gitu kita bahas Dimas aja gimana?...," Ali meneguk menyeruput kopinya sedikit lalu ia menatap Rara dengan wajah yang serius "Dimas itu anak kita kan?" tanyanya.
Rara menghela napasnya, ia mengangguk lemas, tidak ada gunanya juga menyembunyikan identitas Dimas toh nanti akan terbongkar.
Ali menyilang kan tangannya diatas meja dan memajukan sedikit wajahnya, "Mari buat pilihan, kamu mau balik sama aku atau lepasin Dimas?"
Rara melotot, "Gila ya lo!!!" bentaknya sambil menggebrak meja. Bisa-bisa Ali akan merebut anak yang ia tinggalkan.
"Kamu masih sayangkan Ra sama aku? Aku nungguin kamu selama ini, aku udah nyari kamu kemana aja selama ini tapi gak ketemu. Seperti janji aku dulu, aku akan bertanggung jawab setelah aku sukses, ayo kita menikah," ajak Ali yang sukses membuat Rara tak habis pikir.
Rara tersenyum meremehkan, ia benar-benar tidak bisa menahan emosinya lagi, ia melayangkan sebuah tamparan yang sangat keras di pipi Ali, ia tak peduli jika sekarang tangannya terasa panas. "Bisa ya kamu ngomong gitu, aku gak akan milih kedua-duanya. Asal kamu tau ya Li, AKU MENCINTAI SUAMIKU, jadi kamu tidak usah mengganggu aku maupun Dimas lagi!" ujar Rara dengan emosi menggebu-gebu.
"Gak bisa gitu dong Ra! Dimas anakku aku punya hak tentang dia," tolak Ali yang ikut tersulut emosi.
Rara memejamkan matanya dan mengatur nafasnya agar dirinya bisa sedikit tenang, ia membuka matanya melihat kembali wajah lelaki yang dulu ia dambakan tapi sekarang malah membuatnya sesak napas setiap melihatnya, "Maaf Li, tentang Dimas, kamu harus berjuang buat dapetin hatinya dia, aku gak mau buat hatinya hancur dengan mengatakan bahwa dia bukan anak kandung Gaga. Dimas sangat dekat dan menyayangi ayahnya, aku gak mau merusak kebahagiaan dia."
Rara meraih tangan Ali, ia menatap Ali lekat, "Aku mohon, jangan rusak kebahagiaan anak aku. Atau mungkin kamu bisa dekati dia dulu baru kamu mengaku bahwa kamu adalah ayahnya agar dia bisa menerima kenyataannya. Aku mohon Li," ucap Rara dengan suara lirih yang mampu membuat Ali terdiam.
Ali bergelut dengan pikirannya, apakah ini jalan terbaik. Setelah Ali berpikir cukup lama, ia akhirnya memutuskan, "Oke aku setuju,"
Rara tersenyum lega, ia melepaskan genggaman tangannya, "Terimakasih,"
Ali memandang senyum Rara yang tak berubah, senyum yang selalu bisa menghipnotis dirinya, senyum yang selalu ia rindukan. "Apa ada harapan Ra?" tanya Ali dengan nada tulus.
Rara menautkan alisnya bingung, "Untuk?"
"Kamu jadi milikku lagi?" tanya Ali, Rara menelan salivanya susah payah, jujur hatinya masih berdetak kencang saat bersama dengan Ali sekarang.
"Enggak Li1,"
I'm not Destroyer
"Sayang kalau makan pelan-pelan," peringat Gaga pada Alysa yang makan begitu lahap.
"Gak bisa ayah, ini masakan Bunda enak banget soalnya," ucap Alysa yang mampu membuat Rara tersipu.
"Iya Bunda ini enak bangettttttt," tambah Ali dengan nada lebay yang membuat Rara tertawa.
"Jadi cuma bunda nih yang dipuji?" tanya Gaga sembari memasang wajah cemberut.
"Ini Es Dalgona bikinan Ayah mantep banget, Dimas suka, besok-besok buatin lagi ya Ayahkuuu," puji Dimas.
"Iya Yah, Dalgonanya enak polll," Alsya mengacungkan jempolnya kearah Gaga.
Rara tersenyum tipis, "Bunda bahagia punya kalian," ucapnya, tanpa sadar air matanya menetes.
"Bunda kenapa?" tanya Dimas, ia langsung menaruh sendoknya dan menghampiri ibundanya, begitu juga dengan Alysa.
"Kenapa sayang," tanya Gaga sedikit cemas pasalnya terlihat dari raut wajah Rara sepertinya ia sedang menyembunyikan sesuatu.
Rara menggeleng ia tersenyum lembut sembari berkata, " Engga kok sayang,"
Rara beralih melihat kedua buah hatinya, "Bunda ke kamar dulu ya udah ngantuk," pamitnya lalu berjalan menuju kamarnya.
I'm not Destroyer
"Kamu kenapa?" tanya Gaga sekali lagi, tiba-tiba Rara menarik tubuh Gaga dan mendekapnya erat, ia menangis dalam pelukan suaminya.
"Makasih selalu ada buat aku, aku bersyukur banget ada kamu disamping aku selama ini, aku gak akan ngebiarin masalalu aku ngehancurin hubungan kita, aku sayang kamu Ga," ucapnya.
Gaga mengusap punggung istrinya pelan, "Aku juga sayang kamu Ra, kita pertahanin keluarga kita bersama ya, aku, kamu, Dimas dan Alysa,"
Rara melepaskan pelukannya, "Aku beruntung banget karena kamu," ucap Rara dengan senyum tulus. Rara harap masalalunya tak akan menggangu keluarganya.
Rara bahagia bahkan sangat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang,
"Ayo kita makan lagi!" ajak Gaga,
~~~Selesai~~~
Dan ini endingnya terimakasih yang udah mau baca sampe sekarang, love youuuu wkwkkw, btw maap kalo endingnya tidak sesuai harapan kalian, see u next time xixixi
Zhafirahfa
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Destroyer
RomanceMencintai sahabat sendiri? Mungkin sudah biasa, namun siapa sangka jika mencintai sahabat sendiri membuat rasa sakit yang teramat, apalagi saat kau tau jika ia sudah mempunyai pacar. Jika sudah seperti itu, kau hanya mempunyai 2 pilihan, tetap berta...