Harta Karun Bane - paketan

285 12 1
                                    

Sesampainya Freya di Akademi, ia pun tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Roger karena telah mengantarnya. Padahal Roger sih sekalian bertemu Lolita karena ada satu hal yang membuatnya tidak tenang perihal kata 'telat' waktu itu.

"Ayah!'' Lolita berseru mendapati Roger dan Freya masuk kedalam gerbang akademi yang lebar itu.

Lolita berlari dan loncat memeluk ayahnya dari depan, seperti anak koala. Freya yang berdiri disamping Roger turut berbahagia melihat kemesraan diantara ayah dan anak itu. Ada rasa isi dihati Freya sebesar biji rambutan.

"Freya! Kau jalan bersama ayahku?''

"Hnn'' Freya menjawabnya dengan gumaman kecil seraya menaikkan kedua alisnya bersamaan.

"Tidak nak, maksudnya kami hanya berjalan, bukan berkencan,'' Roger meluruskan maksud Lolita yang memiliki tatapan lain.

"Lantas kenapa ayah kesini bersama Freya?''

"Ayah kemari untuk menghukum dirimu dan Freya kemari untuk mendidikmu.''

"Wow! Apa salah dan dosaku sayang, cinta suciku kau buang-buang...''

"Turun Lolita! Aku ingin mengantar Freya kemudian kita harus bicara berempat mata.''

"Bukan berempat mata ayah, sekarang adanya mata mizwar.''

"Ya..ya..''

Setelah Lolita turun dari pangkuan sang Ayah, Roger lantas mengantar Freya menuju ruang guru. Terlihat Freya tidak berhenti tersenyum, Roger memperhatikan Freya kemudian menghentikan langkah kakinya.

"Ada apa?''

"Kau sehat non?'' Tanya Roger.

"Sehat,'' jawba Freya.

"Kau tersenyum sepanjang waktu, itu membuatku terganggu.''

"Aku senang melihatmu bersama Lolita, mungkin aku juga harus punya anak seperti dia,'' jawab Freya mengungkapkan isi hatinya.

"Biar ku tanya sesuatu secara pribadi. Kau ingin anak, kau dan Alucard saling mencintai. Kenapa kalian tidak menikah dan punya anak? apa alasanmu putus dari Alucard? Ku lihat kau masih memiliki rasa terhadapnya ketika kalian bertemu di pengadilan,'' tanya Roger penasaran.

Dulu memang Freya menangis sejadi-jadinya paska putus dari Al, tapi ia sama sekali tidak menjelekkan Alucard pada siapapun. Semuanya disimpan sendiri.

"Freya, ketika kau sakit hati, aku ikut merasakannya. Untuk itu terbukalah kepadaku. Agar aku bisa melindungimu,'' tambah Roger lagi.

"Aku tidak bisa punya anak.''

Astaga...ini alasan si bajingan itu meninggalkna Freya. Roger terlihat geram dan mengepalkan jemarinya. Sementra Freya menggenggam jemari itu agar melunak. Wajah sendunya setelah jujur kepada Roger ia pasang lekat untuk menatap matanya. Disini jelas sekali Freya sedang menguatkan hati Roger, meskipun yang sebenarnya membutuhkan kekuatan adalah dirinya, Freya.

"Aku masuk dulu, kau bicaralah dengan Lolita. Sampaikan salamku, aku menyukainya.''

***
"Pakeeet....'' abang Gossen same day datang dengan seragam serba hijau ciri khas pihak perusahaan yang memulai karir jasa angkut penumpang hingga jasa angkut paketan yang terbagi menjadi Gossen same day dan Gossen instant.

"Miya...Miyaaa...oh Miya!'' Panggil Bane dari ruang direksi.

"Ya boss,'' jawab Miya menghadap depan pintu.

"Masuk dulu, jangan menjawab dari luar pintu, aish... kamu di Akademi ngapain aja sih, gak ada sopan santunnya.''

"Ya boss juga manggil gak keluar,'' berkilah gak mau disalahin, namamya juga cewek.

"Ini ada paket buat kamu, nama pengirimnya ditulis pake huruf kana ゆん ざお ''

Tanpa pikir panjang, Miya langsung mengambilnya dan membawanya ke kamar kemudian mengunci pintunya rapat-rapat. Bane jadi agak curiga melihat gelagat Miya yang diluar sifatnya.

"Terimakasih bos atas paketnya,'' kata Miya sambil melanjutkan pekerjaan.

***
Lolita tidak bergerak barang sesenti pun setelah melihat Ayahnya mengantar putri raja. Hingga Roger kembali ia masih disitu.

"Kenapa kau terpesona wahai anak muda?'' Tanya Roger menemui Lolita.

"Kau bersama Freya.''

"Bukankah sudah ku bilang, aku kerja di kerajaan sebagai tangan kanan,'' Roger berjalan menuju kursi rotan di taman akademi yang mulai memutih dengan salju.

"Aku ingin kerja disana juga!'' Lolita antusias. Sementara Roger menahan bokongnya yang hampir menyentuh kursi.

"Apa kau bilang? Kau harus sekolah. Itu adalah cita-citamu sejak kita tinggal bersama, nak,'' Roger naik pitam dan akhirnya duduk juga.

"Tapi aku ingin berada dideknya, ayah,'' Lolita menunduk kemudian ambil posisi untuk duduk diatas Roger.

"Duduk dikursi sebelah, aku sedang memarahimu!''

"Angkat wajahmu Lolita, tatap mataku. Apa yang kau lakukan sampai telat?''

"Hah?''

Lolita begitu terkejut. Bagaimana ayahnya bisa tahu ia telat? Bukankah itu sudah berlalu beberapa waktu?

***

TBC

Ibu Leader akhirnya Legend. Thank's to ChCs Cikarang Huts Cikarang Squad, atas kerjasamanya. I 💖 squad 😅😍

Sebenernya banyak yang mau diceritain disini. Tapi author mah sabar orangnya, gamau ngebut. Tunggu sampe 50 👀 per part baru lanjut hihihiih

Mobile Legend SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang