25. Naik

28 6 0
                                    

Semua terasa begitu cepat,
Rasanya baru kemarin berjumpa,
Kini tinggal menghitung hari yang tersisa.

***

Hari ini adalah hari pertama bagi DIAZLYNA dan JESIX menginjakkan kakinya menjadi siswa kelas tiga. Meskipun begitu, tak banyak ada perubahan. Salah satunya teman sekelas mereka masih tetap sama seperti waktu kelas dua. Mungkin perubahannya mereka tak lama lagi akan berpisah. Karena tentunya mereka akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

"Horaiii kelas baruu" Sorak Azmia senang begitu mereka sampai di ruang kelas yang tertera 'dua belas satu'.

"Girang banget, Mi" Sahut Adeeva.

"Jelas dong, Deev. Kelas baru, suasana baru, semangat baru" Jawabnya sumringah.

"Cuma ada satu yang gak baru" Ujar Azkayra.

"Apa?" Tanya Yasna.

"Muka lo tuh" Canda Edlyn yang diiringi gelak tawa sahabatnya.

"Dasar Edlyn kamprett" Gerutu Aura di pertengahan tawanya.

Ketika JESIX memasuki kelas. "Pagi beb" Kalvin menyapa pacarnya.

Azkayra tersenyum. "Pagi" Balasnya menanggapi.

"Wiihh ada yang kelas tiga nih" Sahut Arvino seraya duduk di atas meja Azmia.

"Rencana kuliah pada dimana?" Tanya Kalvin saat mereka tengah berkumpul bersama.

"Di kampus" Jawab Azkayra asal.

"Ya, iya lah sayang. Masa kuliah di sawah" Kalvin terkekeh mendengar jawaban Azkayra.

"Lagian, kuliah tuh dimana aja yag penting.." Ucapan Azkayra terhenti karena sengaja di potong oleh Edlyn.

"Bahagia"

"Ngaco lo, Lyn" Cibir Arvino.

"Tahu tuh, padahal ya kalo waktu itu dia nerima Abyan gak bakal kayak gini" Canda Aulian dengan cengiran khasnya.

"Mulut lemes lo" Edlyn menanggapinya hanya sekilas. Kemudian ia keluar dari kelas untuk mencari udara segar.

"Ngambek kan, kamu sih" Sahut Aura pada Aulian yang dengan seenaknya berbicara kepada sahabatnya itu.

"Kali-kali lah, lagian suruh siapa belaga nolak sahabat kita" Arvino berbicara masih dengan nada bercandanya.

"Vin, jaga bicara lo" Azkayra mengingatkan.

"Bagaimana pun Edlyn itu tetap sahabat kita" Kali ini Aura yang menambahkan juga diangguki yang lainnya.

***

Kriingg.. Kriingg.. Kriiinggg...

Waktu pulang telah tiba. Semua siswa berhamburan keluar dari ruang kelas sesaat setelah guru yang mengajar kembali ke ruang guru.

"Girls gue duluan ya, ada janji sama Kalvin" Azkayra berpamitan pada sahabatnya yang sedang membereskan peralatan yang dibawa.

Aura mengangguk. "Hati-hati, Kay" Suaranya itu bisa jadi mewakili dari suara hati para sahabatnya, Azkayra hanya mengangguk.

"Mi, ayo" Arvino menghampiri Azmia yang mengajaknya pulang bersama.

Azmia tersenyum singkat. "Gue duluan ya" Pamitnya.

"Deeva, kamu tunggu di parkiran ya" Ujar Syauqi seraya berjalan terdahulu dengan tergesa-gesa. Tak butuh waktu lama, Adeeva menyusulnya.

"Udah beres?" Eshall menghampiri Yasna yang sudah selesai dengan keperluannya.

Yasna mengangguk. "Udah" Jawabnya singkat. "Hmm.. Gue duluan ya" Ia sekalian berpamitan.

"Ra, kok masih diam? Gak pulang?" Kini giliran Aulian yang menanti Aura.

Yang diajak bicara pun menoleh. "Ya pulanglah masa nginap" Jawabnya seraya tersenyum. "Lyn, ayo pulang bareng gue ya" Pandangannya beralih pada Edlyn yang siap meluncur.

Edlyn tersenyum. "Makasih, tapi lo pulang sama Lian aja" Jawabnya.

"Iya, sama lo juga"

"Gak usah, Ra"

"Tapi kan lo gak bawa mobil, Lyn" Aura terus menahan Edlyn.

Edlyn terkekeh kecil. "Taksi masih banyak kali, Ra"

"Iya gue tahu, lagian kita gak masalah kok kalo lo ikut, iya kan Lian?" Aura memastikan agar Edlyn mau ikut dengannya.

"Iya, mumpung gue juga bawa mobil, Lyn" Balas Aulian.

"Ya iyalah gue tahu. Ya kali lo bawa motor ajak-ajak gue"

"Kali aja lo mau sukarela duduk di pentil" Canda Aulian.

Edlyn dan Aura tertawa. "Udah ah, kalo gini caranya kapan pulangnya? Ayo ah" Ajak Edlyn pada sepasang kekasih itu.

"Iya tapi lo sama kita" Kekeh Aura.

"Aura batu, wle" Secepat mungkin Edlyn berlari agar Aura tidak mengejarnya dengan sebelumnya memeletkan lidah pada Aura.

Sebisa mungkin Aura dan Aulian mengejar Edlyn. Tapi hasilnya nihil, mereka tidak menemukannya. Edlyn sangat menghargai Aura yang dengan senang hati memberikannya tumpangan untuk pulang. Tapi Edlyn tak mau menjadi nyamuk. Ia pikir, keberadaannya nanti hanya akan menganggu keduanya, dan Edlyn tak mau itu terjadi.

Alhasil ia kembali berlari agar sampai di gerbang sekolah terlebih dahulu. Lalu tangannya menyetop taksi yang lewat. Untung saja masih ada taksi yang tersisa untuknya. Taksi itu berjalan agak pelan karena waktu bubar anak sekolah jadinya ada sedikit macet.

Setelah berjalan cukup lama bersama taksi, Edlyn sengaja memberhentikan nya di depan taman komplek rumahnya. Ia ingin mengambil napas yang akan melegakan pikirannya.

Begitu taksi pergi, Edlyn melihat ke sekelilingnya. Taman yang cukup ramai, baik oleh remaja sepertinya maupun anak kecil yang sedang bermain. Beberapa sepasang kekasih yang sedang menghabiskan waktu bersama pun ada.

Edlyn menghembuskan napasnya panjang. Kemudian ia duduk dibangku taman yang masih kosong. Ia teringat pada Rinta yang mungkin kini tengah mengkhawatirkannya karena belum pulang. Edlyn segera merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponsel. Memberitahu akan keberadaannya sekarang. Setelah selesai, pandangan Edlyn beralih pada foto yang sengaja ia jadikan wallpaper. Foto yang diambil beberapa waktu lalu, bersama para sahabatnya.

Ia tersenyum ketir mengingat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ia tersenyum ketir mengingat itu. Tak tahu pastinya kapan ia akan berkumpul seperti ini lagi mengingat kini masing-masing dari mereka mulai mempunyai kesibukan yang berbeda.

Edlyn di kagetkan dengan kedatangan beberapa orang cowok yang menghampirinya. "Sendirian aja" Salah satu dari mereka memulai percakapan. 

"Yasa?"










***
TBC..
Jgn lupa voment..
Terimakasih..

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang