"Kay, lo masih marah sama gue?"
Hening.
"Yaelah, Kay. Gue kan cuma becanda"
Hening.
"Ah cape gue. Lo orangnya ambekan, tambah lagi lo pinter sendiri. Lo sering ngerjain gue, giliran dijahili dikit aja ngambeknya tujuh tahun"
Cerocos Azmia tiada henti nya. Ia mencebikkan bibirnya kesal saat Kayra, sang lawan bicara tak kunjung menggubris perkataan dirinya. Bagaimana Kayra bisa marah padanya? Padahal semua yang di lakukan Azmia hanyalah candaan belaka. Entah berapa kali Azmia melontarkan kata maaf, tapi Kayra tak sedikit pun berbicara padanya.
Kayra menahan senyumnya saat melihat Azmia yang terus memajukan bibirnya. "Woii, marah lo?" Ucapnya seraya menepuk kasar bahu Azmia, rupanya ia kembali berhasil mengerjai sahabatnya itu.
Azmia meringis kesakitan. "Sakit ogeb!" Jawabnya dengan memegangi bahu yang diserang Kayra tadi.
"Habisan lo! Mau giliran ngambeknya?" Tanya Kayra dengan nada garang, kebiasaannya.
"Lo yang duluan ngambek kali!" Azmia mendelik sebal.
Aura yang menyaksikan kejadian itu menggelengkan kepalanya pelan. "Aduh, kalian ini!? Gue pusing dengerin kalian adu mulut terus" Protesnya yang merasa kupingnya sudah mulai pengap.
"Iya nih. Kita kan sahabatan, gak baik lah bersikap kayak gitu" Yasna mulai mengeluarkan kata mutiara nya.
Adeeva mengangguk setuju. "Udah, mendingan sekarang kalian salaman, tanda perdamaian" Sarannya.
"Perdamaian.. Perdamaian.." Alih-alih menganggap serius ucapan Adeeva, Kayra malah menyanyikan lagu perdamaian.
"Siapa yang cinta damaii.. Pasti hidup lebih tenang.." Dan kini Azmia yang melanjutkan lirik lagu yang dinyanyikan Kayra.
Akibat kelakuan Kayra dan Azmia mau tak mau Aura, Yasna, Adeeva dan Edlyn tertawa karena tingkah keduanya.
Ketika Azmia dengan asik bernyanyi berduet bersama Kayra, tiba-tiba Arvino ada dihadapannya. "Beb, insyaf lah sebelum terlambat" Ucapnya dengan wajah tanpa beban.
Dengan adanya adegan yang singkat itu, tapi sukses mengundang tawa para hadirin wal hadirat yang mengisi seluruh kelas Dua Belas ini.
Kemudian Aulian menghampiri kekasihnya. "Kamu jangan sampai kayak gitu ya, aku gak bakal ninggalin kamu kok" Ucapnya pada Aura.
Yang diajak bicara hanya tersenyum simpul. "Aku masih waras kok" Jawabnya setengah berbisik. Aulian hanya bernapas lega mendengar jawaban Aura.
"Deeva, pacaran kuy" Ajak Syauqi pada Adeeva.
"Pacaran aja sama tembok" Jawabnya.
Yasna merasa ada yang sedang memperhatikan, lantas ia mencari pelakunya. Tak jauh dari tempat ia duduk, Eshall tengah memandangnya dengan tatapan genit, yang membuat Yasna bergidik ngeri. "Apa lihat kesini?" Tanyanya dengan garang.
"Kamu gak ada niatan gitu kayak mereka?"
"Hidup itu gak seru kalo cuma meniru gaya orang lain" Jawab Yasna dengan pedas.
Kalvin menepuk bahu Eshall. "Sabarr boii" Ujarnya memberikan semangat.
"Eh gue keluar dulu ya" Pamit Edlyn pada sahabatnya yang sedang asik berbincang satu sama lain.
"Lo mau kemana, Lyn?" Tanya Aura yang berada paling dekat dengan Edlyn.
"Cari angin" Jawab Edlyn sekilas, lalu meninggalkan kelasnya.
Penat. Keberadaannya di kelas, membuatnya harus ekstra sabar lagi. Ia harus rajin mengusap dadanya. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari pemandangan itu selalu muncul dihadapannya. Dia sangat paham betul dengan keadaan kelima sahabatnya ini yang telah mempunyai tambatan hati masing-masing. Jadi mungkin wajar mereka kini mempunyai kesibukan yang berbeda. Tapi apa salah jika Edlyn merasa risih dengan kelima sahabatnya yang suka mengumbar kemesraan di depannya?
Berada di koridor yang berhadapan langsung dengan lapangan sedikit menghilangkan penat yang melanda otaknya. Ia menghela napas panjang, kemudian mengeluarkannya. Edlyn berpikir, ia tak boleh menyalahkan keadaan. Apalagi sampai menyalahkan kelima sahabatnya itu. Lagi pula, merekalah yang menopang Edlyn di saat ia sangat membutuhkan teman. Dan tentunya Edlyn tak akan pernah lupa jasa mereka yang pernah diberikan kepadanya.
"Haii.. Kak Edlyn" Sapa seseorang, Edlyn hanya menanggapinya dengan senyuman. "Kok Kakak cuma sendiri? Teman Kakak yang lain mana? Kan biasanya Kakak selalu kompak sama geng kalem?" Pertanyaan itu seakan menampar Edlyn.
Geng kalem itu sendiri merupakan singkatan lain untuk mereka berenam. Guru-guru serta teman seantero sekolah menyebut DIAZLYNA sebagai geng kalem. Meskipun kalo mereka sudah berkumpul, tak akan ada kalemnya sedikit pun. Mungkin itu karena DIAZLYNA tidak pernah menonjolkan sikap somplak nya didepan umum, hanya sikap kompaknya yang mereka tunjukan.
Edlyn tersenyum sekilas. "Ada, di kelas" Jawabnya singkat.
"Ohh. Kita salut deh sama pertemanan kalian, selalu kompak" Ucap teman seseorang itu. Edlyn hanya kembali tersenyum.
Diketahui bahwa dua orang itu adik kelas Edlyn yang berselang satu tahun darinya. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang Edlyn hafal namanya, mungkin karena jumlah siswa yang tidak sedikit di sekolah ini.
"Ya udah Kak, kita pergi dulu ya" Pamitnya yang dijawab hanya dengan anggukan.
Pandangan Edlyn kembali lurus ke lapangan. Tak lama setelah itu, suara derap langkah yang berhenti tepat di sampingnya membuyarkan lamunan. Edlyn melirik sekilas orang itu, kemudian mengalihkan pandangan ke tempat semula karena ia merasa tak mengenal orang itu.
"Kalian lagi berantem?" Tanya seseorang itu.
Edlyn menautkan kedua alisnya. "Kok lo sok tahu sih?" Ia malah balik bertanya.
Dia malah tertawa sekilas. "Kakak kelas yang aneh" Gumamnya.
"Heh! Yang ada tuh lo yang aneh, datang-datang malah sok tahu" Geram Edlyn. "Eh bentar, lo adik kelas gue?" Tanyanya lagi saat berhasil mencerna kata-kata orang itu.
Tanpa mempedulikan Edlyn, ia malah pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Edlyn geram bukan main, rasanya jika ia pencinta daging manusia akan ia lahap seketika orang itu. Menyebalkan. 'Adik kelas kok songong?' batin Edlyn.
***
TBC..
Jangan Lupa Voment..
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us
De Todo[1] All About Us Ini Duniaku.. Aku mempunyai lima sahabat yang senantiasa menemani. Perhatian, serta penuh kasih sayang. Memiliki sahabat seperti mereka merupakan anugrah tersendiri bagiku. Aku senang. Aku bersyukur. Seiring dengan berjalannya waktu...