Bunga yang indah,
Kian merambah,
Tak sangka kini berubah,
Hanya karena batu yang terbongkah.»••«
Hari pertama menjadi seorang siswa di Sekolah Menengah Atas. Tak meruntuhkan kebiasaannya untuk bangun siang.
Bangun pagi - pagi bukanlah salah satu kebiasaan bagi Ashadiya Edlyn Clarinta, atau yang akrab dipanggil Edlyn. Seperti sekarang ini, waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 tapi Edlyn baru saja selesai membersihkan tubuhnya.
Tak lama kemudian ia bergegas untuk ke sekolah tanpa berniat mengisi perutnya. Mungkin karena terlalu biasa. Tak lupa ia berpamitan pada Sang Bunda agar selamat di dunia sampai di akherat kelak.
Ia menghentikan mobilnya sejenak di depan rumah Riza, yang bernama Fariza Ardelia Belvania. Untuk menjemputnya seperti kebiasaan dulu sewaktu SMP, karena keduanya telah berteman sejak kecil.
“Sorry, lama ya?” ucap Riza seraya duduk di sebelah Edlyn yang menanggapinya dengan senyuman tipis.
»••«
“Lyn, lo punya bulpoin gak? Punya gue abis nih” tanya Aura, Shirly Aura Zareen. Yang berada di belakang kursi Edlyn.
Edlyn pun membalikkan badannya. “nih ada, lo pake aja dulu” ucapnya seraya memberikan bulpoin miliknya.
“Lyn, Alvin gitu sama gue” sahut Riza yang baru saja memasuki ruang kelasnya dengan mimik muka yang sedih.
Edlyn mengerutkan keningnya. “Gitu gimana?” tanyanya.
“Masa dia mau putusin gue, terus mau nembak orang lain”.
“Kok bisa? Lo ada ngelakuin kesalahan?” Edlyn kembali bertanya.
Riza menggeleng dan menghapus air matanya. “Nggak, gue juga gak ngerti gue salah apa Lyn”.
“Makanya Za, kalo lo punya pacar, gak usah gatel sana sini” timpal Kayra, Azkayra Yumna Annasya.
“Diam lo!! Lo gak tau apa - apa!!” bentak Riza.
Azmia, Azmia Saila Arasely. Merasa tak terima temannya yang tak bersalah terkena imbasnya. “Gak usah bentak juga kali” ucapnya dengan nada tak suka.
“Lo lagi! Ikut campur aja!” bantah Riza.
Edlyn menghela napasnya. “Za, udah deh. Ini masalah lo sama Alvin, jangan sampai lo melampiaskan ke mereka juga kali” ujarnya.
“Tapi gue kesel Lyn, mereka tuh nyaut aja”.
“Lo gak akan kesel kalo lo gak merasa diri lo kayak gitu Za”.
Mendengar itu, Riza bangun dari pelukan Edlyn. “Oh, jadi gitu ya lo sekarang? Lebih milih mereka daripada persahabatan kita?”.
Edlyn menarik napas panjang. “gue gak ngomong gitu Za..”.
Dengan cepat Riza memotong pembicaraan Edlyn. “Alah, udah deh. Lo tadi juga nyalahin gue kan? Sama aja kayak mereka”.
“Za,..”.
“Tau ahh gue bete sama lo” ucapnya seraya meninggalkan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us
Random[1] All About Us Ini Duniaku.. Aku mempunyai lima sahabat yang senantiasa menemani. Perhatian, serta penuh kasih sayang. Memiliki sahabat seperti mereka merupakan anugrah tersendiri bagiku. Aku senang. Aku bersyukur. Seiring dengan berjalannya waktu...