IT HURTS

3.4K 348 45
                                    

Pagi ini diawali dengan hujan. Mungkin langit juga tahu suasana hati Jihoon saat ini.

Jihoon memakai sweater model turtle neck hitam dengan jas abu-abu.
Kalian pasti tahu apa tujuan Jihoon menggunakan pakaian itu.

Tanda-tanda yang ditinggalkan Soonyoung masih terlalu jelas.

07.30

Jihoon duduk dengan lesu di mejanya.
Laki-laki itu melepas jaketnya dan menghidupkan komputernya.

Jihoon sangat berharap Soonyoung tidak masuk kerja hari ini. Dia pasti akan merasa mati kutu.

Jihoon memijat pelipisnya, ia masih kepikiran tentang apa yang dilakukan Soonyoung kepadanya. Bahkan laki-laki itu masih mengingat betul sentuhan Soonyoung di tubuhnya.

Suara canda tawa seorang perempuan mendekat ke arah ruangan Jihoon.

Ara muncul dari balik pintu ruangannya.

Ara tidak sendiri, melainkan dengan Soonyoung.

Sontak Jihoon berdiri, menatap sosok laki-laki yang sama sekali tidak menoleh kearahnya.

Soonyoung melilitkan tangannya posesif di pinggang Ara, dan tawa gadis itu benar-benar terdengar bahagia.

Namun, tawa itu bagaikan pisau yang mengiris hatinya dalam. Sedihnya lagi, Soonyoung hanya meliriknya sinis lalu kembali tersenyum lembut ke arah Ara.

"Ya! Apa ini?!" batin Jihoon.

Kedua sejoli itu meninggalkan Jihoon yang berdiri kaku ke ruangan Soonyoung.

Jihoon duduk terperosot ke kursinya. Tatapannya kosong, mulutnya menganga tak percaya.

Soonyoung mengabaikannya, secepat itukan laki-laki itu berubah? Semudah itukah untuk mempermainkan perasaannya?

Jihoon mencoba menahan airmatanya, mencoba menyibukkan diri dengan laporan-laporan milik laki-laki bajingan bermata sipit di sebelah ruangannya ini.

Tapi tetap saja, rasa sesak di dadanya tidak dapat hilang, seberapa keras Jihoon mencoba.

Bayangan akan cumbuan Soonyoung yang membuatnya terbang, kini bagaikan mimpi buruk yang selalu berputar di memori otaknya.

Ia menyesal, sungguh. Ingin rasanya membanting kepalanya ke tembok dan mengalami amnesia.

Mengingat Soonyoung meninggalkannya, mengingat Soonyoung menamparnya, semakin membuat Jihoon membenci sosok bossnya itu.

Kalau hati Jihoon seperti ini, ia tidak akan bisa bekerja dengan baik. Jihoon menyambar jas abunya dan keluar dari ruangannya tanpa meminta ijin pada atasannya.

Persetan dengan itu, bukankah Soonyoung melakukan hal yang sama kepadanya?

Tanpa Jihoon sadari, sepasang mata tajam nan sipit mengintainya dari tadi.

"Soonyoungiee~ apa kau mendengarkanku?"

-------------

"Soonyoungie~"

"hm?"

"eum...kau terlalu sibuk bekerja, sehingga kau melupakan satu hal"

Ara mempoutkan bibirnya menatap suaminya. Soonyoung yang tadinya menatap sosok mungil diluar ruangannya, kini menatap istrinya.

"apa itu?"

"Honeymoon kita"

Ara menepuk tangannya sambil tersenyum girang. Soonyoung hanya memasang wajah datar, tanpa ekspresi.

Sedetik kemudian, Ara memasang wajah yang sama.

"maaf, Ara. Sepertinya kita harus menunda hal itu. Aku sedang sibuk sekarang"

"sampai kapan?"

"sampai aku ada waktu"

"Aku ingin sekarang"

Soonyoung yang baru saja mulai menghidupkan komputernya menghembuskan nafasnya.

"Kenapa sangat terburu-buru, Ara? Kita masih punya banyak waktu"

"Karena aku ingin punya adik bayi"

Soonyoung terdiam. Bibirnya terkatup rapat dan matanya membelalak.

"Mwoya?!"

Ara mengangguk malu.

Soonyoung meneguk salivanya.
Demi apapun, Soonyoung tidak pernah memikirkan kalau menikah akan mempunyai kewajiban seberat ini. Menghasilkan keturunan? Apa ini wajib dilakukan?

"k-kau yakin? Jika kau punya anak, kau tidak akan punya waktu untuk berbelanja lagi, sayang"

Ara memberengut.
"Aku bisa mengajak anakku berbelanja, Soonyoungie. Lagipula menjadi teen mom tidak buruk"

Soonyoung memutar otaknya mencari alasan.

"Kau bisa memberikan pekerjaanmu pada Jihoon saat kita honeymoon nanti"

Lee Jihoon.

Dimana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja?

Soonyoung kembali mengingat senyuman Jihoon. Dan kegiatan panas mereka kemarin.

Desahan Jihoon yang memanggilnya "Daddy" terngiang kembali.

Pusing dikepalanya menyerang tiba-tiba, detak jantungnya tidak teratur dan keringat mulai membasahi dahinya.

"Soonyoung kau baik-baik saja?"

Ara bangkit dari duduknya menghampiri suaminya, memberikan satu gelas air putih.

"Kau bisa pulang sendiri, kan?"

Ara mengangguk lemah.

"Pulanglah, Ara. Aku baik-baik saja"

Ara memasang wajah khawatirnya, sedangkan Soonyoung memberikan senyuman dan menahan sakit di kepalanya.

Ara melangkah pelan kearah pintu dan menghilang.

Soonyoung meringis, seisi ruangannya terasa berputar.

"Aku harus mencarinya, sekarang"

--------------

Belum keliatan yah, siapa yang kena syndrome dan syndrome apaaa hehehe😂😂

Aku pengen isi chap NC nya lagi HAHAHAHA *otak sudah ternodai*

Mending sama Jihoon atau Ara?🌚🌚

Ah sudahlah,

See u~~~~~~~





































































































Hello, this is me Jung Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello, this is me Jung Ara



Hayoo, Ara apa Jihoon nih??

SYNDROME (SoonHoon)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang