REVENGE

2.1K 288 30
                                    

"Hati-hati, Jihoonie"

Soonyoung memegangi lengan Jihoon lembut. Jihoon hanya memandang Soonyoung malas, yang cedera adalah kepalanya bukan kaki atau tangannya.

Soonyoung mengarahkan Jihoon duduk di sofa apartemen Jihoon.

Laki-laki mungil itu sedikit meringis karena pusing, Soonyoung dengan kalap langsung bertanya apa Jihoon baik-baik saja.

Dengan ekspresi yang khawatir seperti ini, wajah Soonyoung semakin lucu dan menggemaskan, tapi tentunya Jihoon tak mau menampakkan perasaannya.

"Aku akan mengambil segelas air" Soonyoung beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur.

Drrtdrtt...

Ponsel Soonyoung bergetar yang berada diatas meja ruang tamu. Jihoon menangkap nama Jung Ara di layar ponselnya.

Entah kenapa, ada perasaan tak suka dari Jihoon. Tangannya bergerak mengambil ponsel itu lalu menekan tombol merah lalu mengubah notifikasinya dan menaruh ponsel Soonyoung kembali ke tempatnya semula.

"Terima kasih"

Jihoon berusaha berlagak biasa saja di hadapan Soonyoung, ia berharap kalau Soonyoung tidak mengecek ponselnya sekarang.

"Soonyoungie"

Soonyoung hampir tersedak minumnya mendengar Jihoon memanggil namanya dengan seperti itu.

Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang dan pipinya merona. Jihoon yang melihat reaksi tubuh Soonyoung tersenyum geli.

"Apa aku boleh memanggilmu seperti itu?" sambung Jihoon.

Soonyoung menaruh gelasnya dan langsung menyambar bibir manis Jihoon. Mengecupnya beberapa kali sehingga posisi Soonyoung sekarang berada diatas Jihoon.

"Kau tahu seberapa bahagianya aku saat kau memanggilku seperti itu, Jihoonie?"

Sebenarnya ada rasa geli saat memanggil Soonyoung dengan sebutan seperti itu. Kalau bukan karena rasa egoisnya ingin memiliki Soonyoung seutuhnya, mungkin Jihoon tidak akan melakukan itu.

"Kau bilang kau ingin melakukannya'kan?" Jihoon melingkarkan tangannya di leher Soonyoung. Laki-laki sipit itu menyeringai paham perkataan Jihoon dan langsung membawa Jihoon dalam dunia kenikmatan sementara.



---------------

Ara menghentakkan kakinya ke lantai, ingin sekali rasanya gadis itu melemparkan ponselnya yang seharga belasan juta itu.

"Bagaimana? Apa diangkat?"

Ara menggeleng lemah. Seorang perempuan paruh baya tersenyum remeh.

"Sudah kupastikan ia dengan laki-laki brengsek itu"

Ekspresi wajah Ara tampak khawatir, menyangkal segala sesuatu pikiran negatif.

"Mereka hanya sebatas rekan kerja, aku yakin Soonyoungie tidak seperti itu" nada bicara Ara tampak ragu, tapi ia berusaha berfikir positif.

"Rekan kerja? Kau yakin?" wanita itu menatap Ara dengan tak paham.

Ara menunduk memainkan jarinya, ia takut menerima fakta sebenarnya dari Soonyoung.

"Kau bodoh Ara, bodoh! Cinta sudah membuatmu buta!" pekik wanita itu menghidupkan satu batang rokok dan menyesapnya.

"Aku melakukan ini semua untuk kebaikanmu, Ara. Aku sudah berhutang budi padamu karena sudah mau menjaga Soonyoung."

Ara mendongakkan kepalanya, wanita itu menatapnya lalu mengelus pipinya pelan.

"Cobalah percaya padaku kali ini, Kwon Ara" wanita itu mengelus puncak kepala Ara namun ditepisnya.

"K-kau bukan wanita baik-baik. Maaf, tapi aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja"

"Kau perlu bukti?"

Ara mengangguk. Wanita itu berjalan ke arah laci dan mengeluarkan map lalu melemparnya ke arah Ara.

"Bukalah"

Tangan Ara bergetar memegang map itu, tangisannya sudah ingin pecah namun di tahannya. Ia sungguh takut kalau semua ragunya menjadi kenyataan.

Map itu berisi foto-foto suaminya sendiri bermesraan dengan teman SMAnya yang juga seorang laki-laki.

Dada ara terasa sesak, bulir-bulir bening turun dari matanya. Bibirnya bergetar. Apalagi saat melihat foto Soonyoung sedang mencium mesra kening Jihoon.

Bahkan Soonyoung sendiri sangat jarang melakukan hal itu pada dirinya. Semakin Ara membuka foto-foto itu, rasa benci pada laki-laki mungil bernama Jihoon itu semakin besar.

Ini salah Jihoon, bukan salahnya. Jihoon merebut apa hak Ara yang seharusnya didapatkannya. Jihoon merebut segala hal yang Ara impikan selama ini dari Soonyoung. Jihoon merebut Soonyoung dari genggamannya yang bahkan tidak pernah ia lepaskan.

Ara benci Jihoon.

Dada gadis itu naik turun, menandakan emosinya memuncak. Ia berdiri dan melempar foto itu ke sembarang arah.

Wanita itu tersenyum menang lalu menunjukkan ekspresi lembutnya.

"Tenanglah, sayang. Kita berdua memiliki perasaan yang sama pada laki-laki brengsek itu sekarang."

"Aku bisa membantumu, tapi aku ingin kau berusaha bersikap biasa pada Soonyoung, bagaimana?"

Sambung wanita itu mengarahkan tubuh Ara untuk duduk.

"Sebenarnya rencananya mudah sekali, kau hanya perlu merahasiakan hubungan terlarang Soonyoung ini dari keluargamu dan keluarganya"

Ara mengerutkan dahinya tak paham.

"Kau ikuti saja instruksiku, aku yakin rencanaku akan membawa Soonyoung kembali ke pelukanmu. Bagaimana?"

Kalau sudah masalah Soonyoung, nyawanya pun ia rela pertaruhkan asal Soonyoung tetap menjadi miliknya.

Dan laki-laki brengsek itu harus pergi dari kehidupan Soonyoung.


-----------------

Kenapa aku ngerasa cerita ini makin gak seru ya😭😭 huhu bagaimana ini

Maafkan sekali aku harus ngambil hiatus untuk seminggu kedepan😭

Aku pasti bakal kangen notif vote dan komen kaliannn huhuhu😭

⬆⬆⬆
(sedih mulu emotnya)

Jangan lupa Vote and Commentnya ya sayang2kuu❤

Emoon will miss u💕😭

(panggilnya Emoon aja gak ush pke author2 q g like)



~~~~~~~See u when i see u~~~~~~~~~







SYNDROME (SoonHoon)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang