Angin di rooftop menyapa kulit Jihoon.
Ia memilih rooftop sebagai tempat menenangkan diri. Memasang headset dan mendengar lagu yang dibuatnya sendiri namun tidak dipublish.Dadanya masih sesak, mengingat bagaimana manisnya Soonyoung memperlakukan istrinya.
Ia membuka kamera dan menurunkan kaos turtle necknya menampilkan jejak merah keunguan hasil Soonyoung.
Jihoon menengadahkan kepalanya melihat langit. Sentuhan Soonyoung terlalu susah untuk dilupakan.
Sudah puluhan kali Jihoon menarik dan menghembuskan nafas.
Tiba-tiba tangannya ditarik keras sehingga hampir terjatuh.
"Disini kau rupanya"
Soonyoung mengatur nafasnya dan masih menatap Jihoon. Wajah Jihoon datar. Berusaha mengabaikan Soonyoung dan membuang muka.
Walaupun Jihoon mengabaikannya, Soonyoung bahagia, laki-laki itu mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Tatap aku"
Jihoon masih membuang mukanya, tak sudi menatap wajah Soonyoung.
"Tatap aku, Jihoonie" ucap Soonyoung lembut.
Jihoon malah pergi meninggalkan Soonyoung berjalan ke arah pintu.
Soonyoung menarik tangan Jihoon dan langsung mencium bibir ranum Jihoon. Mengecap rasa manis dari bibir laki-laki mungil itu bagaikan obat baginya.
Jihoon terkejut dan memukul dada Soonyoung. Sungguh, Soonyoung menciumnya dengan sangat kasar.
Akhirnya, ciuman sepihak Soonyoung harus terhenti karena pasokan oksigen yang makin berkurang.
"Kau gila, Soonyoung!"
Teriak Jihoon, airmatanya sudah mengalir. Perlakuan Soonyoung benar-benar membuatnya merasa di campakkan.Soonyoung yang terlihat bingung, memegang kepalanya. Laki-laki itu menjambak dan memukul kepalanya keras.
Berteriak tak jelas. Jihoon membekap mulutnya. Ia tak percaya apa yang ia lihat.
Seorang Kwon Soonyoung, CEO perusahaan terkaya di Korea Selatan, sedang berteriak tak jelas dan memukul kepalanya sendiri.
Tanpa Jihoon sadari, airmatanya menetes, hatinya terasa teriris melihat pemandangan Soonyoung.
"Soonyoung hentikan!" Jihoon menarik tangan Soonyoung agar berhenti menyakiti dirinya.
"Menjauh dariku, Jihoon! Pergilah!" teriak Soonyoung, namun Jihoon tetap menahan tangan Soonyoung, walaupun bisa saja tangan Soonyoung memukulnya, tapi ia tak peduli.
Bossnya terlihat sangat kacau, airmata sudah membasahi pipi gembulnya.
Jihoon tiba-tiba memeluk Soonyoung, seperti menjadi selimut penghangat.
Pukulan dari Soonyoung sudah beberapa kali jatuh ditubuh mungilnya, menyuruhnya untuk menjauh.
Tapi Jihoon tidak mau. Ia malah mengeratkan pelukannya, membekap tubuh Soonyoung yang masih menangis meraung-raung.
"Pergi Jihoon! Kau sialan! Aku membencimu!"
"Tapi tidak denganku, Soonyoung" bisik Jihoon di telinga Soonyoung, sedetik kemudian, Soonyoung terdiam.
Tidak ada lagi pemberontakan darinya. Tangisan masih terdengar jelas.
Jihoon menaruh kepala Soonyoung di dadanya, dan sesekali mengusap lembut surai hitam Soonyoung.
Mereka terdiam dengan posisi Jihoon ada dipangkuan Soonyoung. Tapi tangan Soonyoung tidak membalas pelukan Jihoon.
Mereka saling terdiam, entah karena apa.
Karena bingung atau karena nyaman.
Tapi yang jelas, Soonyoung terdiam karena pilihan yang kedua.
Tangisan Soonyoung sudah hilang, ia bisa mendengar dengan jelas detak jantung Jihoon, dan itu bagaikan lagu penenang untuknya.
Dengan gerakan perlahan, tangannya melingkar di pinggang Jihoon dan mengeratkan pelukannya.
"Kenapa kau melakukannya?"
"hm?"
"Kenapa kau malah memelukku saat aku bisa saja memukulmu?"
Jihoon mendongakkan kepalanya, melihat wajah Soonyoung, namun sang empu malah membuang muka.
"jangan melihatku saat selesai menangis, jelek"
Jihoon terkekeh pelan mendengar jawaban Soonyoung dan kembali memeluk Soonyoung.
"Tidak tahu, coba tanya pada hatiku. Hatiku yang menyuruhku untuk melakukannya" jawab enteng Jihoon.
Soonyoung bangun dari senderannya dan menatap dada datar(?) Jihoon.
"Ya! Hati Jihoon, kenapa kau biarkan Jihoon melakukan hal itu? Dia bisa terluka karena pukulanku" canda Soonyoung seolah-olah sedang berbicara dengan hatinya.
Soonyoung dan Jihoon sama-sama tersenyum, tatapan mereka bertemu.
"Kau indah, Lee Jihoon"
"hm?"
"Apa aku harus mengulangnya?"
Jihoon sebenarnya sudah mendengar apa yang diucapkan Soonyoung, tapi ia ingin mendengarnya lagi.
"Ya"
"Kau indah, Lee Jihoon. Sangat indah dibandingkan dengan matahari yang terbenam saat ini"
Ia menahan senyum malu-malunya. Pipi dan telinganya sudah memerah. Soonyoung tersenyum lebar melihat reaksi tubuh Jihoon. Menggemaskan.
Soonyoung memegang tengkuk Jihoon, mendekatkan wajah mereka dan menyatukan benda kenyal milik mereka berdua.
Menyesap rasa manis dan lembut dari keduanya. Yang mampu menjadi candu.
Ciuman itu lama-lama berubah menjadi lumatan kecil. Soonyoung mengeratkan pelukannya, membuat tubuh Jihoon semakin menempel dengan tubuhnya.
Soonyoung menggigit bibir Jihoon, meminta ijin pada sang empunya untuk mengakses lebih.
"eumh.."
Satu desahan lolos dari kerongkongan Jihoon.
"Oh shit, kenapa harus mendesah, Jihoon?" batin Soonyoung.
Suara sialan Jihoon mampu membuat sang "Junior Soonyoung" bangun dari tidurnya.
---------------
Wahh....
Mianhae tidak bisa update cepet2:((Fyi, aku sekarang kelas 3SMA dan kalian pasti tau, april ini udh UN Ohmygadeeuuuu
Banyak tes dan juga simulasi huhuhu.
Maafkan ini part rada maksa, karena ngetiknya pun nahan ngantuk hahahaha
Buat para readersku yang kelas 3SMA jugaaa
Fighting buat kitaa!! Jangan nyerah! Belajar yuk yang bener!❤❤❤See u~~~~
Part selanjutnya keknya jadi NC deh🌚 *sempet2nya yah akutuh ckckck*
KAMU SEDANG MEMBACA
SYNDROME (SoonHoon)✔
Fanfiction25/05/18 #1 - howoo 💛 27/05/18 #217 - Fanfiction💛 YOU'RE MY HEALER AND KILLER. WHICH ONE SHOULD I CHOOSE? •Sembuh dengan cara menjauh? "Tapi dia obatku" •Sembuh dengan cara mendekat? "tapi dia adalah penyebab penyakitku" ~SYNDR...