Wonwoo sedikit terkejut dengan kehadiran Jihoon yang ada di dapurnya. Ia belum terbiasa.
"Oh, kau sudah bangun?" tanya Jihoon, tanpa melepaskan tangannya dari roti sandwich yang sedang ia buat. Wonwoo mengangguk menjawab pertanyaan sahabatnya.
"Jihoon"
"hm?" Jihoon menjawab dengan roti yang masih penuh di mulutnya. Menggemaskan.
"Apa kau tak merasa jenuh seharian hanya berdiam diri di apartemenku?" Wonwoo meminum segelas susu milik Jihoon.
Jihoon menggeleng. Ia memang bukan tipe orang yang suka bepergian.
"Kau tak bekerja?" Jihoon menatap Wonwoo.
"Tidak, aku sengaja mengambil cuti untuk mengajakmu keluar dari kandang ini" Wonwoo tersenyum dan mengacak surai hitam Jihoon. Laki-laki mungil itu hanya memberengut kesal.
"Tidak, aku tidak mau" Jihoon kembali menggigit sandwichnya.
"Jihoon, bukankah kau suka pemandangan rooftop?"
Jihoon menghentikan kegiatan mengunyahnya.
"Dulu" jawabnya singkat.
Wonwoo menghela nafasnya.
"dengar-dengar, mall di dekat kantorku memiliki rooftop yang indah dan langsung mengarah ke pantai-"
"Benarkah?" tanya antusias Jihoon. Wonwoo belum menyelesaikan kalimatnya.
Jihoon jarang sekali pergi ke mall. Bahkan hanya 2 kali seumur hidupnya.
"Kebanyakan orang pergi ke mall untum berbelanja, sedangkan kau hanya untuk ke rooftopnya" Wonwoo menggeleng. Jihoon hanya tersenyum manis dan segera menyelesaikan sandwichnya.
"Ayo, kita siap-siap"
"Lets Go!" teriak Jihoon bersemangat.
---------------------
"Whoaa" Jihoon kagum dengan pemandangan yang disuguhkan di rooftop mall ini."Awas! Kau bisa terjatuh, Jihoon" Wonwoo berteriak karena melihat Jihoon yang naik ke pagar pembatas rooftop, ia melakukannya karena badannya yang bisa dibilang imut.
Jihoon tampak sangat senang, sinar matahari mulai meredup dan angin yang menyapu lembut kulitnya. Ia menikmatinya dengan menutup matanya.
"Wonwoo, bisa kau-" Jihoon berbalik dan mematung.
Ia melihat Wonwoo juga mengalami hal yang sama.
"Jihoon, ayo kita pu-"
"Soonyoung" lirih Jihoon. Wonwoo menarik-narik tangan Jihoon kuat, takut Soonyoung akan menyadari kehadiran mereka.
Jihoon menggeleng. Airmatanya sudah mengepul di mata indahnya.
Senang bercampur sedih. Itulah yang dirasakan Jihoon sekarang. Senang karena akhirnya ia dapat melihat Soonyoung. Sedih karena laki-laki itu tidak sendiri, melainkan bersama seorang perempuan yang Jihoon ingat masih berstatus istrinya.
"Aku tak mau, Wonwoo" Jihoon menggeleng kuat. Airmatanya sudah mulai jatuh ke pipinya, matanya masih menatap lurus ke arah Soonyoung yang sepertinya mulai menyadari ada orang yang memperhatikannya.
Akhirnya Soonyoung menangkap sebuah sosok kecil sedang menatapnya. Nafasnya tercekat, itu Jihoon.
Otaknya bertanya-tanya kenapa ia kemari. Dan dengan siapa?
Soonyoung melihat sosok tinggi berkacamata berdiri di depan Jihoon, dan melirik ke arahnya.
Soonyoung geram. Dengan mudahnya laki-laki berkacamata itu memeluk tubuh Jihoon yang menyebabkan Soonyoung tak dapat melihat Jihoon lagi.
Soonyoung berlari menghampiri Jihoon tanpa menghiraukan Ara yang masih menggenggam erat lengannya.
"Soonyoung!" pekik Ara.
-------------------
Pundak Soonyoung naik turun karena berlarian.
Kini jarak Soonyoung dan Ara dengan Jihoon dan Wonwoo hanya 5 langkah.
Soonyoung dapat mendengar isakan Jihoon dibalik tubuh Wonwoo yang sedang memeluknya. Hal itu membuat jantung Soonyoung sakit dan terasa sesak.
Ara berada di belakang Sooyoung hanya menyeringai jahat. Ia berharap kalau sekarang Jihoom melihat perutnya yang sudah membuncit akibat perlakuan Soonyoung sendiri.
Hanya suara angin yang berada diantara mereka berdua.
Wonwoo menghembuskan nafasnya dan berbalik. Menatap Soonyoung tajam. Begitu juga sebaliknya, menatap Wonwoo tajam.
Jihoon masih terisak dibelakang tubuh Wonwoo bersembunyi dan tak berani menatap Soonyoung.
"Pergilah" ucap ketus Wonwoo dengan suara beratnya.
Soonyoung tak menghiraukan ucapan Wonwoo. Tatapannya masih tertuju pada sosok laki-laki mungil yang memejamkan matanya takut.
Persis seperti pertama kali mereka bertemu di kantor. Tak ada yang berbeda.
Soonyoung masih tetap menganggap Jihoon manis.
"Minggir" perintah Soonyoung. Tapi Wonwoo tetap berdiri di depannya.
Soonyoung mengerutkan dahinya. Ini pertama kalinya Wonwoo tak menuruti perintahnya."Ini belum waktunya kau bertemu dengan Jihoon. Tunggulah sampai anakmu lahir"
Soonyoung menghela nafasnya tak percaya dengan ucapan Wonwoo.
Laki-laki sipit itu mulai berfikir, apa yang membuat Wonwoo berubah seperti ini."Apa yang kau lakukan, Wonwoo?"
Soonyoung menatap intens Wonwoo."Apa kau, menyukai Jihoon-ku?" sambung Soonyoung.
---------------------
Yassssss!! WonHoonn my ult biass❤❤❤❤
Entah kenapa ide tiba-tiba suka menguap klo udh mulai nulis part selanjutnya, dan jadilah gak jdi nulis. Begitu seterusnya😂😂
Jangan lupa Vote & Commentnya yaaa sayang2kuhhh~~
SEE U~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
SYNDROME (SoonHoon)✔
Fanfiction25/05/18 #1 - howoo 💛 27/05/18 #217 - Fanfiction💛 YOU'RE MY HEALER AND KILLER. WHICH ONE SHOULD I CHOOSE? •Sembuh dengan cara menjauh? "Tapi dia obatku" •Sembuh dengan cara mendekat? "tapi dia adalah penyebab penyakitku" ~SYNDR...