Jihoon mencuci wajahnya di wastafel kantor sehabis menangis.
Mungkin banyak orang akan mencelanya karena hidung dan matanya yang merah sembab karena menangis. Mengejek Jihoon karena ia adalah seorang laki-laki.
Lalu apa salahnya? Laki-laki pada umumnya tidak berperasaan, tapi beda dengan Jihoon, bahkan ia lebih peka dibandingkan teman-teman wanitanya waktu SMA dulu.
Ia menatap bayangannya di cermin. Menghembuskan nafas dan tersenyum kecut. Laki-laki mungil itu segera keluar dari kamar mandi dan tidak berniat sama sekali kembali keruangannya.
Kalian semua tahu kemana Jihoon pergi.
---------------
Langit di sore hari memang membawa ketenangan untuk Jihoon. Ia akan berterima kasih kepada siapapun arsitektur gedung kantornya ini karena sudah membuat rooftop untuknya.
Jihoon memasang headsetnya dan menghidupkan lagu.
Entah kenapa, ucapan Ara yang menjurus ke hal-hal "keturunan" membuatnya tersinggung.
Jihoon bukan seseorang dengan sifat egois, tapi kalau menyangkut Soonyoung, ia akan merasa sangat sensitif.
Jihoon menutup kedua matanya, menengadahkan kepalanya. Terdengar langkah kaki mendekatinya, tapi Jihoon mengacuhkannya.
"Aku menemukanmu"
"pergilah"
Soonyoung duduk disamping Jihoon, tapi laki-laki mungil itu malah berdiri dan berjalan ke arah pintu. Soonyoung menyusul dan memegang pergelangan tangan Jihoon.
"Diamlah disini sebentar bersamaku" ucap lembut Soonyoung, matanya lurus menatap manik-manik Jihoon.
Tatapan Soonyoung bagaikan hipnotis untuk Jihoon. Badannya lemas dan begitu mudah ditarik oleh Soonyoung untuk duduk di pangkuan Soonyoung.
Bossnya itu menuntun kepala Jihoon untuk bersandar di bahunya, dan tangan Soonyoung dengan lembut mengelus surai hitamnya.
"Jangan pergi" ucap lirih Jihoon tepat di telinga Soonyoung.
"Kau tidak mau aku pergi, hm?"
Jihoon mengangguk lemah.
"Kenapa begitu?"
"Aku tak mau mati karena merindukanmu"
Mendengar jawaban Jihoon, Soonyoung mengeratkan pelukannya. Betapa nyamannya ia merengkuh tubuh mungil Jihoon.
"Jaga dirimu baik-baik. Aku akan mengirimu pesan dan meneleponmu selama aku di Jepang nanti."
Soonyoung mengecup hidung Jihoon dan tersenyum.
"Aigo~ kenapa kau begitu manis, Jihoonie?" Soonyoung mengelus pipi Jihoon, sang empunya hanya tersipu malu dan menunduk.
"Soonyoung-ah"
"hm?"
Jihoon mengigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan kalimatnya.
"bisakah kau ijin dengan Ara untuk menginap di apartemenku malam ini?" ucap Jihoon malu-malu.
Senyum Soonyoung merekah dibibirnya. Dan memeluk Jihoon senang.
"Dengan senang hati"
------------------
Soonyoung memeluk tubuh Jihoon didepan apartemennya.
"Aish, kau sudah memelukku 15 menit, Soonyoung-ah"
Jihoon memutar bola matanya. Perkataan Jihoon malah membuat Soonyoung semakin mengeratkan pelukannya.
Hari ini adalah hari terakhir ia bisa memeluk Jihoon seperti ini sebelum ia berangkat ke Jepang untuk honeymoon.
Soonyoung melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Jihoon yang terlihat masih mengantuk.
"Apa kau lelah, hm?"
Jihoon mengangguk.
Bagaimana tidak, kemarin malam mereka bekerja ekstra keras sampai Jihoon kesulitan berjalan saat ini. *eyy ambigu🌚*
Soonyoung tersenyum geli, dan mencium wajah Jihoon bertubi-tubi.
"eumh, hentikan Soonyoung, kau bisa ketinggalan pesawat kalau begini"
Soonyoung memeluk tubuh mungil Jihoon dengan erat.
"entah kenapa begitu sulit meninggalkanmu, Jihoonie. Aku takut terjadi apa-apa denganmu"
Jihoon mengusap lembut surai hitam Soonyoung dan tersenyum.
"Aku bukan anak kecil lagi, Soonyoung. Aku akan menjaga diriku dengan baik untukmu"
"Janji?"
"Janji"
Mereka berdua menautkan kelingking merekan dan tertawa geli.
"Baiklah, kurasa aku harus menemui Ara sekarang" Soonyoung mencium lama kening Jihoon.
"Aku mencintaimu, Lee Jihoon"
Mata Jihoon membelalak kaget.
Apa? Soonyoung mencintaiku?
Soonyoung meninggalkan Jihoon yang mematung di pintu.
---------------------
Udara di musim semi ini benar-benar membuat hati Jihoon nyaman.
Ia sengaja ijin mengambil cuti dari kantor. Untuk apa dia pergi ke kantor kalau bossnya tidak ada disana?
Sudah lama sekali Jihoon tidak berjalan-jalan seperti ini. Melihat bunga sakura yang bermekaran bebas di pinggir jalan.
"Ah, pasti menyenangkan jika melihat pemandangan ini dengan Soonyoung" bisik Jihoon.
Namun, terbesit bayangan bahwa sekarang Soonyoung dan Ara sedang bermesraan memandang bunga yang sama dengannya.
Jihoon membayangkan bagaimana mereka saling membagi kasih, memeluk dan mencumbu memberi kehangatan.
Apalagi Ara benar-benar mencintai Soonyoung sepenuh hatinya, itu membuatnya bertanya-tanya akan perasaannya sendiri untuk Soonyoung.
Jihoon tak menyadari kalau ia sedang menyebrang padahal lampu penyebrangan sedang menunjukkan warna merah.
Semua orang menghampiri tubuh Jihoon yang terkulai lemas di jalan raya.
-------------
Kemana perginya niatku untuk melanjutkan ff ini:')
Saking lamanya gak update jadi lupa mau nulis apaan huhu.
AKU RINDU KALIAN SEMUA:***
Jangan lupa Vote and Commentnya yaaa
See uu~~~~
Oh ya, kalo aku buat NC straight di ff ini macem mana?🌚 tapi masih ada kaitannya sama Jihoon kok hehehe.....
KAMU SEDANG MEMBACA
SYNDROME (SoonHoon)✔
Fanfiction25/05/18 #1 - howoo 💛 27/05/18 #217 - Fanfiction💛 YOU'RE MY HEALER AND KILLER. WHICH ONE SHOULD I CHOOSE? •Sembuh dengan cara menjauh? "Tapi dia obatku" •Sembuh dengan cara mendekat? "tapi dia adalah penyebab penyakitku" ~SYNDR...