Ara berjalan ke dekat pintu yang terbuat dari besi itu dan membuka kuncinya.
Soonyoung mengernyitkan dahinya, pasti Jihoon ada dibalik pintu besi itu.
Ini kesempatan Soonyoung untuk menangkap Ara.
Gadis itu sedang menghadap membelakangi dirinya.
Dengan gerakan cepat Soonyoung melipat tangan Ara ke punggungnya dan mengarahkan pisau lipat ke lehernya.Soonyoung menendang pintu itu.
Wajah Soonyoung memerah melihat pemandangan yang menyayat hatinya.
Jihoon, laki-laki manisnya sedang digerayangi oleh laki-laki hidung bejat.
"Hentikan sekarang, atau aku akan membunuhmu" teriak Soonyoung. Tapi tidak di gubris oleh laki-laki itu dan kembali mengecup tubuh Jihoon.
"Brengsek!" Soonyoung berlari ke arah Seungcheol dan memberikannya pukulan tepat di pipi kanannya hingga Seungcheol tersungkur dan darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
Seungcheol tak menduga kedatangan Soonyoung apalagi pukulannya yang keras hingga rahangnya terasa ngilu.
Seungcheol merasakan pusing di kepalanya sehingga membuatnya sulit untuk bangkit. Tapi percuma saja ia berdiri, karena Soonyoung sekarang sudah berada diatasnya memegangi kerahnya.
Wajahnya memerah, rahangnya kaku menggambarkan kalau ia benar-benar marah sekarang.
Sebuah pukulan kembali Seungcheol dapatkan di pipi kirinya secara bertubi-tubi. Mengenai tulang pipi, rahang dan juga tulang hidungnya dengan hasil mengeluarkan cairan berbau amis yang segar.
Soonyoung seperti monster saat memukul Seungcheol. Ia marah dan kecewa dengan apa yang dia lihat.
Seungcheol sudah kalah telak dibawah Soonyoung. Darah sudah melumuri wajah Seungcheol. Nafas Soonyoung naik turun, kepalan tangannya juga dipenuhi oleh darah.
"Hentikan Soonyoung" lirih Jihoon.
Soonyoung yang hendak melayangkan pukulan terakhir untuk Seungcheol membeku. Ia membalikkan tubuhnya.
Melihat Ara yang sudah mengacungkan pisau lipatnya di leher Jihoon yang putih.
Darah Soonyoung kembali mendidih, tapi ia tak boleh bertindak gegabah karena Ara bisa kapan saja membunuh Jihoon-nya.
Jihoon tampak tersiksa, ia menutup mata dan menggigit bibir pucatnya, merasakan tajamnya pisau lipat itu di kulitnya yang tipis.
"Berhenti memukuli Seungcheol, atau aku tak akan segan-segan menggerakkan pisau ini di tubuhnya"
Soonyoung menatap kembali Seungcheol yang sudah lemah tak dapat berbuat apa-apa. Ia melemaskan cengkramannya pada kerah laki-laki itu dan berdiri merapikan pakaiannya.
Wonwoo tiba-tiba masuk dengan tergesa-gesa. Suara yang ditimbulkan Wonwoo membuat semua orang menoleh padanya.
"Tolong bawa dia, Wonwoo" perintah Soonyoung menunjuk Seungcheol dengan dagu indahnya.
Wonwoo tak berani membantah melihat Seungcheol yang menjadi korban amarah dari Soonyoung saja sudah cukup mengerikan baginya.
Kini hanya Soonyoung, Ara dan Jihoon yang ada diruangan itu. Tepatnya, di gudang itu.
Baju Jihoon yang terbuka, menampilkan tanda-tanda jijik yang ditinggalkan laki-laki brengsek itu. Soonyoung benci melihatnya.
Ia mengepalkan tangannya, menahan emosi.
"Kau tahu Jihoon, Soonyoung dan aku sudah melakukan kesepakatan bersama untuk membebaskanmu" bisik Ara di samping telinga Jihoon.
"Apa kau penasaran dengan apa isi perjanjian itu?" Ara menatap Soonyoung tajam.
Soonyoung membuka mulutnya. Mereka berdua memang ada perjanjian mengenai pembebasan Jihoon. Tapi, mereka belum menyepakati apa isi perjanjian itu.
Ara memainkan pisau lipatnya ke kanan dan ke kiri di leher Jihoon.
"Jangan lakukan itu atau aku akan membatalkan perjanjian itu" ancam Soonyoung.
"ups, maaf Soonyoungie" kata sayang dari Ara muncul lagi. Sudah ada perasaan tak enak dari Soonyoung.
Jihoon mendongak, menatap wajah Soonyoung yang sangat ia rindukan. Wajahnya masih sama, tapi raut ekspresi yang sekarang tergambar di wajahnya benar-benar menyeramkan. Bahkan Jihoon sendiri takut untuk menatapnya.
"Aku tahu, aku benar-benar paham kalau kalian berdua saling mencintai, bukan?" ucap Ara basa-basi. Ia berjalan dan berjongkok di depan wajah Jihoon.
"Tapi Jihoon sayang, apa kau lupa kalau status orang yang kau sayang masih suami orang?"
Nafas Jihoon tercekat. Rasa sesak di dadanya mulai terasa menyakitkan.
Soonyoung juga tampak kaget. Ia ingin menghentikan Ara, tapi gadis itu kembali mengacungkan pisau lipatnya di dagu Jihoon.
"Dengan begitu, ia masih mempunyai satu kewajiban sebagai seorang suami sekaligus pewaris tahta tunggal KWON GROUP"
Jihoon tahu kemana arah pembicaraan Ara. Ia hanya bisa menunduk, membiarkan airmatanya jatuh ke pahanya.
"Apa kau tahu, Apa kewajiban itu, Jihoonie?" tanya sinis Ara. Ia menaikkan dagu Jihoon dengan pisaunya.
Membuat Jihoon menatap lurus ke mata Soonyoung yang berdiri di depannya sekarang.
Soonyoung tersiksa dengan pemandangan ini. Seseorang yang sangat ia cintai harus merasakan siksaan ini hanya karena dirinya. Airmata Jihoon membuat hatinya tersayat-sayat dalam.
"Jawab aku, Jihoon"
Airmata sudah membasahi wajahnya yang terus mengalir.
"Keturunan" lirih Jihoon.
"Soonyoung harus memiliki keturunan untuk KWON GROUP" sambungnya.
Mengucapkan kalimat sederhana itu mampu membuat hatinya remuk tak berbentuk. Rasanya sangat sulit bernafas setelah mengatakan fakta pahit itu.
Soonyoung jatuh bersimpuh di depan Jihoon. Laki-laki sipit itu juga tak mampu menahan tangisnya. Isakan terdengar dari Soonyoung, ia mengepalkan tangannya.
"Anak pintar" Ara tersenyum lalu mengusap-usap puncak kepala Jihoon
"Apa kau bisa membantu Soonyoung untuk memenuhi kewajibannya, Jihoon?" tanya jahat Ara dengan suara yang dibuat-buat.
Jihoon menggeleng lemah.
Ia tak mampu, seberapa besar cintanya pada Soonyoung, itu adalah kelemahannya. Kelemahan yang sudah di takdirkan untuknya.Ara yang puas dengan jawaban Jihoon berdiri dan mendekat ke laki-laki yang masih berstatus suami sahnya.
"Jadi, kau sudah tahu kan, Apa yang harus kau lakukan, Soonyoung?"
--------------------
Udah tau kan apa yang diminta Ara sama Soonyoung?
Yaa, seputaran itu ajaa mah permintaannya Ara😂😂
Btw, cerita ini sudah mau complete.
Jangan lupa VOTE & COMMENTNYA yaaa😘
See u~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
SYNDROME (SoonHoon)✔
Fanfic25/05/18 #1 - howoo 💛 27/05/18 #217 - Fanfiction💛 YOU'RE MY HEALER AND KILLER. WHICH ONE SHOULD I CHOOSE? •Sembuh dengan cara menjauh? "Tapi dia obatku" •Sembuh dengan cara mendekat? "tapi dia adalah penyebab penyakitku" ~SYNDR...