+48; i'll save you from him

533 105 21
                                    

from me to you : i'll save you from him

••

sonia mengembalikan surat beramplop biru ke lokernya dengan cepat. setelah itu, ia langsung berlari menuju toilet.
setelah masuk ke bilik toilet, sonia memegangi wajahnya yang memanas. gara-gara membaca surat itu, sonia jadi demam seketika. kenapa bisa begitu ya?

"gue sakit kalo begini terus-terusan. huft."

sonia mengambil ponsel di sakunya, membuka kamera dari ponselnya untuk berkaca.

"memangnya senyum gue manis?" gumam sonia sambil menarik senyum berkali-kali.

••

"sonia,"

jika tidak ada dinding, mungkin sonia sudah jatuh terduduk karena suara bariton yang memanggilnya secara tiba-tiba. beruntungnya sonia masih bisa bertumpu dengan dinding sehingga tidak terjadi hal yang memalukan,  seperti jatuh terduduk, misalnya.

"astaga!"

sonia hampir mengumpat tepat di depan arvi saat laki-laki itu tiba-tiba muncul di depan toilet perempuan.

"kaget ya?"

jelas sonia langsung menahan napasnya yang memburu dan menggantikannya dengan senyum manis.

"mau kemana?" tanya arvi. tangan sonia menunjuk ke arah paling ujung, kelasnya.

"ke kelas."

"oh oke."

"duluan ya?"

"iya..."

baru lima langkah sonia berjalan, arvi memanggilnya dan mensejajarkan langkahnya.

"mmm, kaki kamu sakit ga son?"

"nggak. emang kenapa?"

"bisa jalan kan?"

"bisa."

"oke, pulang sekolah aku jemput ke kelas ya. dadah!"

"hah?"

sonia menatap punggung lebar arvi dari jauh, sonia baru sadar, ia baru saja dikerjai oleh arvi.

harusnya sonia marah karena telah dikerjai, tapi nyatanya ia malah tersenyum lebar.

cowok itu, bisa saja membuatnya bahagia.

••

bel pulang sekolah berbunyi, arvi bergegas menuju kelas sonia untuk menjemput cewek berbadan proporsional itu. timingnya pas sekali, saat arvi sampai disana, sonia baru saja selangkah keluar dari kelasnya. tanpa babibu lagi, arvi langsung mendekati sonia, tanpa canggung, arvi melingkarkan tangannya di pundak sonia.

sonia berjengit saat merasakan berat di bahunya.

"hari ini jadi kan jalannya? bisa jalan kan?"

sonia terkekeh kecil, "bisa bisa."

saat di perjalanan menuju parkiran motor,  arvi dan sonia  tak sengaja bertemu joshua di depan kelasnya. sonia dan arvi hanya masa bodoh, terus berjalan seolah tidak melihat joshua yang sedang berjalan ke arahnya. joshua masih ingin menjelaskan semuanya kepada sonia agar tidak terjadi kesalahpahaman yang terus menghantui sonia.

grep

sonia otomatis berhenti saat joshua menahan tangannya.

"sonia, gua mau ngomong."

arvi hampir tidak sadar jika sonia sedang ditahan oleh joshua jika ia tidak mendengar suara sonia yang meninggi.

"gak! gak perlu! tolong lepasin tangan gue, joshua!"

"sonia, please. dengerin penjelasan gua dulu. lo belum denger semuanya!"

"gue udah lupain semuanya please jangan suruh gue inget lagi semuanya. please joshua, lepasin gue sekarang."

"gua gak akan lepasin lo sebelum-"

"jo, lepasin sonia. dia ga butuh dengerin penjelasan lo."

"arvi, lo jangan ikut campur. ini urusan gua sama sonia."

"urusan sonia urusan gua juga!" arvi menghempaskan tangan joshua yang masih memegang tangan sonia. joshua menatap saudara kembarnya dengan tatapan membunuh.

"dasar munafik lo, jo." arvi mendecih. "ayo sonia, kita pergi."

joshua tak punya perasaan lain selain ingin menghilangkan arvi dari sisi sonia.

"i'll never let you go, arvi.  you must pay for everything you have done. dan gua bakal reveal semuanya."

••

setelah merasa jauh dari jangkauan joshua, arvi langsung menarik sonia untuk duduk di bawah pohon rindang dan memeriksa kondisi tangan sonia yang sedikit memerah karena genggaman joshua tadi di depan kelas.

"maafin kakak gua ya, son. maaf ya." ucapnya sambil mengusap-usap tangan sonia. rasa bersalah sungguh terlihat di raut wajah arvi dan sonia bisa membaca itu. sekarang sonia juga merasa aneh telah membawa arvi ke dalam masalahnya.

"i-iya gapapa kok... arvi."

"sonia, jangan sedih lagi, ya. ada gua disini. gua bakal jagain lo dari siapapun yang gangguin lo. dari kakak gua sekali pun."

"iya...makasih ya, vi."

sejujurnya sonia agak grogi karena perlakuan heroik arvi yang telah 'menyelamatkan' kecanggungannya dan joshua. sonia sangat beruntung ada arvi di sisinya saat joshua, orang yang seharusnya tidak ingin sonia lihat lagi datang kepadanya dan memohon untuk didengarkan penjelasannya. padahal dengan melihat joshua pun detak jantung sonia berdebar sangat kencang karena rasanya ingin memukul rahang tegas itu kuat-kuat.

"kamu sekarang baik-baik aja kan? apa perlu aku gendong?"

sonia otomatis memukul bahu arvi dengan kuat, walaupun nyatanya ia hanya bercanda.

"yang sakit tuh tangan, arvi. bukan kaki!"

arvi tertawa terbahak melihat ekspresi sonia yang malu-malu. makin suka saja arvi dengan gadis berkuncir kuda di depannya ini.

"iya iya... yaudah kita jadi kan jalannya?"

"iyaa jadi. kuy."

"kuy. kita seneng-seneng hari ini."

tanpa izin lagi, arvi merangkul bahu sonia dan berjalan diselingi senyum yang berarti.























"akhirnya tuh anak udah bisa ketawa juga. lega gua."







tbc.







a.n

hayooo tebak siapa yang terakhir ngomong???wkwkkwkwk

makasi bgt buat teman-teman yg sudah baca dan vote+komen ceritaku yg kurang diperhatikan ini!! semoga bisa sampe tamat ya!<3

[✔] from me to you; 1995Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang