+80; the perks of being a wallflower

370 89 13
                                    

from me to you : the perks of being a wallflower

••

sonia pov

aku tak menjawab suratnya, melainkan hanya tersenyum malu sampai ke telinga. dari berpuluh surat yang telah kuterima, surat ini adalah yang paling membuatku bahagia.

tapi kebahagiaannya tak berlangsung lama, karena—

"senyum-senyum kenapa sih lo???"

bam!

aku langsung menutup loker dan menyembunyikan suratnya di dalam kepalan tanganku.

"lo ngagetin tau!"

"lo yang ngagetin gua. apa sih senyum-senyum sendiri?"

"ya biarin! suka-suka gue!"

"dih."

lalu satya pergi dengan desisan menyebalkannya. ada sekali rasanya aku ingin memukul kepalanya dari belakang, tapi aku sadar jika satyalah yang menyelamatkan nyawaku, walaupun aku tidak meminta.

tapi kalau kembali diingat-ingat lagi...

satya menciumku lagi untuk yang kedua kali... ah tidak. satya hanya membantuku bernapas. cium apanya, memangnya ini drama korea?!????

tapi, cara membantu satya itu yang jadi masalah. kenapa....

sialan, aku otomatis membenturkan kepalaku ke pintu loker.

pikiran macam apa yang ada di otakku... tapi sialnya semakin aku ingin melupakannya, semakin berputar pula kejadian itu di otakku seperti rol film. benci sekali.

disini aku uring-uringan, sementara satya masih memasang wajah garangnya dan tidak mengingat apa-apa.

seharusnya aku juga seperti itu, tapi tetap saja setiap kali mengingatnya suhu tubuhku meningkat dengan cepat.

dasar bego, son.

••

"satya!"

"satya!"

"woi, bangsat!"

"eh, kenapa sih kalo dipanggil bangsat langsung noleh?!?!?" ucapku sarkas.

aku mencoba untuk bersikap biasa saja dan menganggap tidak terjadi apa-apa dengan satya walaupun sebenarnya ada apa-apa.

"apa?" jawabnya dengan tatapan malas yang menyebalkan.

"lo keluar kelas aja, gak belajar apa?" tanyaku iseng, ya memang iseng.

"sejak kapan coba gua belajar?" katanya sambil menautkan kedua alisnya. aku mencerca dalam hati, sok ganteng.

"ya makanya ayo coba belajar dari sekarang, kan mau lulus-lulusan?"

satya mendecih. "gua kalo ke kelas tidur. daripada dilempar spidol mending gua keluyuran di kantin."

aku juga tidak menyangka akan berkata seperti ini, dengan santainya aku menjawab, "ya udah mau ikut."

satya tak sengaja menganga karena kaget. tidak biasanya aku nakal begini. aku ingin tertawa melihat ekspresinya. pasti dia sedang terheran-heran dengan sikapku yang tak biasanya. entahlah, aku pun. heran dengan tingkahku yang tak biasanya ini.

"lah ngapain? belajar sana katanya mau lulus-lulusan?" kata satya balik bertanya.

"lah ga ngaca, emangnya lo ga mau lulus?" ucapku mengembalikan pertanyaannya.

[✔] from me to you; 1995Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang