+26; it's really him

650 134 5
                                    

from me to you : it's really him

••

sonia pov

dan setelah aku menerima surat dari XY/42/179 lagi, aku benar-benar yakin jika pengirimnya adalah joshua.

jadi aku akan bercerita tentang bagaimana aku yang terus mencurigai joshua sebagai si pengirim surat hampir satu bulan ini.

kemarin joshua mengajakku ke toko buku untuk mencari buku yang ingin dia cari. dan lagi-lagi, ia mencari sebuah buku puisi. kali ini karyanya lang leav yang berjudul memories.

"sekarang lo mau nyari buku apa?" aku bertanya kepada joshua saat kami menaiki tangga menuju lantai dua.

"yaa gua mau nyari buku puisi-puisi gitu. eh tapi liat nanti deh, kali aja nemu buku bagus lagi." aku hanya mengangguk atas responku dan kami mulai mendekati barisan buku-buku baru dan mulai berburu buku, atau sekedar menumpang baca saja.

setelah hampir satu jam berkeliling mencari buku yang akan dibeli, aku dan joshua kembali bertemu di dekat tangga saat sudah menemukan buku yang akan dibeli.

"lo beli buku apa, jo?" aku meraih buku-buku yang ada di dalam tas belanjanya.

aku menemukan buku puisi joshua yang kemarin, buku yang pernah ditunjukkannya padaku.

"bukannya lo punya buku ini? terus kenapa beli lagi?ih ngabisin duit." tanyaku iseng sambil mengejeknya. joshua hanya menunjukkan senyum manisnya, aku pun salah fokus karena matanya yang menyipit, manis sekali, aku gemas.

"bukunya ilang, ketinggalan entah dimana. gua juga pengen baca lagi aja, kata-katanya bagus aja gitu."

aku hanya ber-oh ria lalu mengajak joshua pergi ke kasir untuk membayar buku kami.

••

jika joshua benar-benar menyukaiku, tak apa. aku tak marah. tapi aku kesal saja kenapa ia tidak kunjung mengutarakannya dan malah mengerjaiku dengan kumpulan puisi-puisinya yang ada di lokerku.

joshua itu cowok yang baik, tampan dan manis juga pintar. cewek mana yang ingin menolak joshua pranegara. jika joshua memintaku untuk menjadi pacarnya kepadaku, aku pun sudi mau menerimanya. sudi sekali.

namun sayangnya, cowok di depanku ini malah bermain bodoh dan terus menyembunyikan perasaannya. padahal aku sudah tahu benar jika ia menyukaiku. dari caranya berbicara, dari caranya bersikap, dari caranya menyampaikan puisi dan kata-kata indah itu. joshua ini menyukaiku, dan aku pun sama.

tapi yang membuatku heran, kenapa bisa saudara kembarnya sendiri mengatakan jika joshua adalah orang yang berbahaya.

maksudnya berbahaya itu apa? apakah joshua orang yang jahat? memangnya ada sesuatu yang aku tidak ketahui dari joshua?

aku selalu bertanya-tanya. kenapa arvi yang notabene adalah saudara kembarnya joshua berani mengatakan jika joshua adalah orang yang berbahaya. berbanding terbalik sekali dengan pendapatku mengenai joshua-baik, tampan-tipikal cowok sempurna.

"joshua,"

joshua langsung mengalihkan pandangannya dari makanan menjadi ke arahku. aku suka cowok gentleman seperti cowok yang didepanku ini. joshua... dia menatap mata lawan bicaranya. jantungku jadi sedikit bergemuruh.

"apa lo pernah nyembunyiin sesuatu yang gak pengen orang tau? kayak... lo malu gitu kalo orang tau."

"ya pernah lah soniaaaa. semua orang juga pernah kali."

aku hanya mengucapkan oh yang panjang.

"misalnya ya, sesuatu itu tentang perasaan. terus-"

"sonia, lo lagi suka sama orang ya?"

aku terdiam sebentar. antara bingung mau mengiyakan atau tidak.

"mmm.. mungkin?"

"siapa?"

"pengen tau banget, jo?"

"gak juga sih, perasaan itu privasi. kalo ga mau cerita juga ga papa. eh tapi cewek biasanya malu cerita sama cowok." begitu kata joshua. dia seperti tahu saja jika aku memang begitu.

"ya... gitu deh! uh jadi..."

"arvi ya?"

"hah?" aku sedikit terkejut karena perkataan joshua.

"cowo yang lo suka itu, kembaran gua si arvi bukan?"

"denger kabar darimana sih, jo? ngarang!"

"gua tau dari dia sendiri lah. dia naksir lo kayaknya."

mataku melebar. arvi? cowok gombal itu sungguhan menyukaiku? oh my sedangkan aku disini sedang menyukai kakaknya.

"ah bisa aja, jo. cemburunya jangan diliatin bener."

joshua menghentikan kegiatannya yang sedang meminum colanya dan menatapku serius.

"emang keliatan banget cemburunya?"

"hah?" aku kehilangan daya tangkap untuk menanggapi pernyataan dari seseorang (lagi).

"emang lo cemburu?" tanyaku penuh tanda tanya. yang ditanya malah tidak menjawab dan sibuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

dan aku asumsikan jawabannya adalah 'ya'.

"pulang yuk? gua anter."

hm, dia malah mengalihkan pembicaraan. dan sepertinya memang iya. dia suka sama gue.



tbc

[✔] from me to you; 1995Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang