+69; begin again

510 91 22
                                    

from me to you : begin again

++

"sialan!!"

pukulan lumayan keras pada pohon besar mampu membuatnya berdarah, si pelakunya tak meringis kesakitan, yang ada malah menggeram tertahan.

"siapa yang tahu kalo sonia ada di hutan selain tania? siapa?!??"

naya tak pernah melihat nadia semarah ini. kalau pun nadia marah, paling parah dia akan diam seminggu. tapi sekarang? nadia mengeluarkan perasaan marahnya.

haruskah naya bertepuk tangan? 

tidak untuk saat ini.

naya meraih tangan nadia yang berdarah, dan merinding sendiri melihatnya.

"lo lebay, gak gini juga kali nad. btw, ini harus diobatin, nanti infeksi."

naya menggiring nadia keluar dari area pohon-pohon besar, tapi nadia tak mengindahkan naya dan menepis tangan naya dengan ketus.

"gua jalanin sesuai rencana, nad. lo mau ngamuk sama gua?"

nadia menggeleng.  "iya, gue tau,bob. thanks udah minjemin tania. tapi ya..."

"argh, kesel banget gue! untung naya punya alibi. kalo nggak? mampus gue dihukum sama ketua osis." ucap nadia diakhiri dengan desah napas panjang.

"ketua osis gak mungkin marahin lo, he loves you."

arvi mendekati naya, nadia dan bobby yang sedang berkumpul. arvi, walaupun selalu menjadi individu yang hilang-kembali-hilang terus datang di waktu yang tepat.

"bacot, kambing!" cerca nadia kepada arvi.

arvi pura-pura terkejut mendengar cercaan nadia yang dilayangkan padanya.

"percaya nggak kalo kita lagi diawasin?"

dahi nadia mengerut, naya memijat pelipisnya dan bobby berlagak seperti ingin muntah, benar-benar terlihat jengah dengan perkataan arvi yang sok tahu.

"diawasin siapa, hah? osis? mpk?!?! bacot bangsat. dah ah pusing. arvi bacot kambing mulu. gua pergi."

"dia ada di antara kita. dia tau apa yang kita lakuin, dan dia tau apa yang harus dilakuin setelahnya."

bobby tidak jadi pergi setelah arvi selesai mengatakan perkataannya.

"gua denger bunyi shutter pas kita ngumpul begini."

"gua gak pernah denger kok," jawab bobby spontan.

"lo enggak, tapi gua denger." ucap arvi penuh dengan penekanan.

"kayaknya itu cuma halusinasi lo aja deh, vi." kali ini nadia ikut bicara.

"gua nggak halu, gua serius denger, nad. serius, gua juga ngerasa ada orang lain selain kita yang mau tau urusan universe."

"vi... lo nggak lagi kambuh kan?" cicit naya pelan.

arvi menatap mata naya marah.

"kambuh? kambuh apa? lo pikir gua sakit, hah?"

naya menelan salivanya dengan susah payah. dia menyesal telah berkata seperti itu pada arvi. seharusnya naya tak membawa topik ini.

"gua nggak sakit! dan gua gak halu!!" arvi terus menekankan bahwa dia sedang tidak berhalusinasi di depan naya, nadia dan bobby. arvi yang terus-terusan menunjuk tanah dengan nada tinggi membuat naya takut.

"maaf vi, gue gak maksud bilang lo—"

"gua nggak halu! gua nggak sakit! apa yang dibilang joshua semuanya itu nggak bener! naya, kenapa lo percaya sama sodara gua yang keparat itu, hah?!?!"

[✔] from me to you; 1995Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang