Itu siapa sih, jelek tapi genit banget" gerutu Mark saat sedang makan bersama Jaemin dan Haechan di koridor kelasnya. X IPS 1.
"Parah lo" Jaemin menggelengkan kepalanya.
"Tau, padahal dia kalo diliat-liat imut juga" ucap Haechan yang sedari tadi larut pada ponselnya. Biasa, modus sana-sini, namanya juga playboy dari lahir.
Mark menelan siomaynya yang telah hancur terkunyah, lalu kembali berbicara. "Aneh. Dia naksir kali ya sama gue?"
"Mungkin" Jaemin meneguk air mineral yang dia beli di kantin. "Lo jangan bersikap kayak gitu, Mark. Lo kan belom kenal dia" lanjutnya setelah menutup kembali botol tersebut.
"Emang lo kenal dia?" tanya Mark dengan alis terangkat.
"Kenal. Dia yang nolongin gue pas ke serempet motor tadi pagi" jawab Jaemin sembari menggulungkan celananya untuk menunjukkan luka di lututnya yang telah terbalut plester pada Mark dan Haechan.
Mark melebarkan matanya. "Lo keserempet? Gue baru tau"
"Iya, gue juga baru tau"
Kalimat yang Haechan ucapkan itu membuat Mark mendecih. "Gimana lo mau tau? Orang daritadi lo sibuk sama hape lo. Modusin cewek mulu sih lo!"
"Gue lupa cerita" jawab Jaemin sambil menunjukkan cengirannya.
"Dia yang nolongin?—Ah, bukan urusan gue juga sih" ucap Mark dengan acuh.
Jaemin menghela nafasnya.
Mark Rafanantha, salah satu sahabat yang dia miliki ini adalah orang yang cuek. Kecuali pada keluarganya, Haechan, dan Jaemin sendiri. Meskipun cuek seperti itu, Mark mempunyai kelebihan pada wajah dan sikapnya. Wajahnya tampan, dan dia juga termasuk anak yang aktif. Maka dari itu Mark meminta Jaemin dan Haechan mengantarnya untuk mengambil formulir OSIS tadi—setelah Mark meninggalkan Kayla yang mengajaknya berkenalan. Mark memang tertarik dengan organisasi itu semenjak SMP. Jaemin? Lebih memilih ekskul Fotografi. Kalau Haechan ikut OSIS juga, bukan karena ada Mark, tapi buat ajang modus. Katanya kalo jadi anak OSIS, fans dia bakalan makin banyak.
Omong-omong soal Kayla, Jaemin tidak bodoh, sebagai laki-laki dengan kepekaan tinggi, dia cukup sadar bahwa Kayla naksir dengan Mark. Jaemin bisa menebak seperti itu karena Jaemin dapat melihat pancaran mata bahagia Kayla saat bertemu Mark tadi. Tapi andaikan Jaemin boleh memberikan saran pada Kayla, Jaemin akan mengingatkan Kayla untuk tidak berharap banyak, karena Mark bisa dibilang tidak mungkin menerima Kayla. Yang cantik aja di tolak, apalagi yang biasa saja seperti Kayla?
"Banyak yang ngejar lo, Mark. Gue sampe lupa berapa cewek yang nitip salam ke gue buat di sampein ke lo. Gue jadi ngerasa gak laku banget" ucap Jaemin dengan wajah melasnya.
Mark menoleh padanya, lalu terkekeh. "Makanya cari cewek"
Haechan melirik Jaemin sekilas, lalu tersenyum miring. "Lo tuh ganteng juga kok, lo mau ambil salah satu dari modusan gue? Ambil aja, gue masih ada stock banyak"
Jaemin mengangkat bahunya. "Buat saat ini belum ada yang nyangkut di hati gue"
Mark kembali terkekeh. "Ciyailah, layangan kali nyangkut. Nanti juga ada, Na, tenang aja. Apa mau gue cariin? Apa lo mau sama si Kayla itu? Ambil aja"
"Boleh, deh"
Mark sontak melebarkan matanya. Dia melepas kacamata yang dipakainya, mengucek matanya, dan memakai kacamatanya lagi. "Lo ngomong apa tadi? Lo mau sama kakak kelas genit itu?"
Jaemin tersenyum miring. "Emang dia kenapa? Dia manis kok"
"Setuju deh sama Nana" timpal Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Younger // Mark Lee
FanfictionBagaimana rasanya, jika orang yang kalian sayangi menyatakan cintanya kepada kalian? Menyenangkan, bukan? Namun bagaimana jika itu hanyalah sebuah taruhan konyol? . . . . . 13-03-2018