18 - Games

47 9 0
                                    

"Lho, Nana kok belum tidur, sayang?"

Jaemin tersenyum pada Bundanya yang kini duduk di samping ranjangnya. "Belum ngantuk, Bun"

"Tumben.." Bunda mengelus rambut Jaemin dengan sayang. "Pasti ada yang dipikirin, iya kan?"

Jaemin menggeleng. "Ngga kok"

"Jangan bohong, Bunda tau kalau anak kesayangan Bunda ini lagi ada masalah. Cerita dong"

Jaemin menundukkan kepalanya. Bundanya memang benar. Hari ini dia memang merasa kesepian. Mark dan Haechan dispensasi mengikuti kegiatan LDK. Terlebih lagi Kayla. Hari-hari Jaemin akan terasa hampa jika tidak melihat wajah gadis yang rambutnya hampir selalu dikuncir satu itu.

"Tuh kan murung, ada apa?"

Jaemin tersenyum. "Gak apa-apa, Bun. Aku cuma kesepian aja disekolah gak ada Mark sama Haechan"

"Emang mereka kemana?"

"Ikut LDK di bogor"

"Ohhh..." Bunda menganggukkan kepalanya. "Pantes anak Bunda pulang sekolah mukanya ditekuk gitu. Taunya kangen sama dua sahabatnya"

Jaemin terkekeh. "Iya, Bun"

"Oh iya, Bun" ucap Jaemin. "Cinta itu... Gak harus memiliki, kan?"

Dahi Bunda berkerut. "Anak Bunda lagi suka sama cewek ya? Siapa tuh?"

"Jawab dulu, Bun..."

Bunda tertawa kecil. "Iya, iya. Cinta tak harus memiliki, bener. Tapi bukan berarti kita diem aja tanpa berusaha mendapatkan cinta tersebut. Kita bisa kok memiliki orang yang kita cintai, asalkan kita mau berusaha"

"Kalau usaha aku adalah dengan mendekatkan dia dengan orang yang dicintainya, gimana?"

Raut wajah Bunda berubah menjadi raut wajah khawatir ketika melihat pancaran kesedihan di mata Jaemin. Oh Tuhan, apa selama ini Jaemin mencintai seorang gadis, tapi gadis itu tidak mencintainya melainkan mencintai orang lain? Dan Jaemin berkorban dengan mendekatkan gadis itu dengan orang yang dicintainya itu?

Bunda membawa Jaemin kedalam pelukannya. "Itu artinya anak Bunda paling hebat. Nana mau berkorban perasaan demi kebahagiaan gadis yang Nana cintai. Mungkin sekarang kamu sedih, mungkin sekarang kamu sakit. Tapi kamu tau Tuhan itu adil, kan? Ada dua kemungkinan, yang pertama, Tuhan akan membuka hati gadis itu agar mau menerima kamu. Dan yang kedua, Tuhan siapkan gadis lain yang mencintai kamu dengan sepenuh hati."

Jaemin mengangguk pelan. "Aku cuma pengen dia bahagia, Bun"

Bunda mengangguk paham. "Bunda ngerti, sayang." Bunda melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Jaemin dengan kedua tangannya. "Emang cewek yang kamu sukain itu suka sama siapa?"

Jaemin tersenyum miris. "Dia suka... sama Mark"

Bunda refleks menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Mark? Sahabat Jaemin sendiri? Jadi Jaemin membantu gadis yang dicintainya untuk dekat dengan sahabatnya sendiri? Selama ini, putranya menanggung beban berat seperti itu? Bunda paham, merelakan orang yang kita cintai untuk bersama dengan orang lain itu tidak semudah yang kita kira. Butuh kesabaran yang luar biasa.

Bunda tersenyum sambil mengelus pundak Jaemin dengan lembut. "Anak Bunda pasti selama ini sedih ya? Tapi Bunda bangga, Bunda bangga punya anak kayak Nana."

Jaemin mencium tangan Bundanya. "Aku juga bangga punya Ibu kayak Bunda. Doain aku ya, Bun. Semoga apapun yang aku lakukan dalam rangka membahagiakan dia, bukanlah hal yang salah"

Bunda mengangguk cepat. "Bunda akan selalu doain Nana. Jangan sedih-sedih terus ya? Sekarang kamu tidur, oke?"

Jaemin mengangguk. "Iya, Bunda"

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang