30

38 7 0
                                    

Mark melirik jam dinding berwarna putih susu di dinding kamarnya. Jam 8 malam.

Pandangan Mark beralih pada jendela kamarnya. Setelah meletakkan tasnya di tempat biasa, Mark menghampiri jendela kamarnya, memperhatikan jendela kamar Kayla di seberang sana. Kamar Kayla terlihat gelap, itu berarti dia sedang tidur.

Hati Mark terasa tidak tenang, dia belum meminta maaf pada Kayla.

Mark ingin meminta maaf atas batalnya acara menonton berdua dengan Kayla. Mark tidak dapat menemui Kayla di Mall, sekarang saja Mark baru pulang kerumah. Sampai adzan maghrib tiba, ternyata Johnny masih meminta Mark untuk menemaninya hunting tempat. Karena Mark pikir Kayla sudah terlalu lama menunggu, akhirnya Mark menelfon Kayla dan menyuruh gadis itu pulang kerumah saja. Setelah Mark mengucapkan itu, Kayla langsung menutup telfonnya. Mark mengerti, Kayla pasti marah. Tapi Mark harus bagaimana lagi? Tidak mungkin dia menolak permintaan Johnny, senior OSIS yang paling dihormatinya.

Ponsel Mark yang berada di nakas bergetar, laki-laki itu tersenyum. Semoga itu adalah Kayla yang membalas pesannya.

Namun senyumnya memudar ketika pengirim pesan itu bukan Kayla. Melainkan Unusual Girl.

Unusual Girl : Kamu udah tidur? Aku lagi sedih banget nih.

Mark meletakkan kembali ponselnya. Entah kenapa dia malas membalas pesan dari gadis itu. Baru kali ini Mark tidak membalas pesan darinya.

Bagimana dengan pesan dari Kayla? Sering sekali tak dia balas. Kini Mark merasakannya sendiri, Kayla tidak membalas pesannya. Ternyata jika pesan kita tidak dibalas itu cukup membuat hati ngilu juga.

Mark membanting tubuhnya pada ranjang. Menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

"Kenapa gue udah gak deg-degan lagi pas unusual girl chat gue duluan?" Gumamnya pada diri sendiri.

"Kenapa sekarang yang gue harepin adalah chat dari lo, Kay?"

"Gue..." Mark menghela nafasnya.

"Gue gak jatuh cinta beneran sama lo kan, Kay?"

***

"Lah, kok lo udah dateng? Hari ini kan bukan jadwalnya lo piket pagi"

Kayla mengabaikan ucapan Madu yang tengah menyapu bagian depan kelas. Gadis itu meletakkan tasnya pada kursi dan kemudian duduk.

Madu menatapnya heran, gadis dengan rambut dikepang dua itu menghampiri Kayla dan mengusap bahu sahabatnya itu. "Lo kenapa, Kay?"

Kayla tersenyum tipis. "Gak apa-apa"

"Fake smile," Madu mendecak. "Cerita lah"

"Gak apa-apa sih. Cuma..." Kayla menghela nafasnya. "Gue kecewa aja karena gak jadi nonton bareng sama Mark"

"Apa?" Dahi Madu mengkerut. "Kok bisa?"

Kayla mengedikkan bahunya. "Entah. Mungkin dia sibuk"

"Kemaren lo sempet bilang di grup, lo lagi di Mall. Jangan bilang, Mark suruh lo nunggu di Mall dan pada akhirnya dia batalin acara nontonnya gitu aja?"

Kayla tersenyum miris. Ucapan Madu seratus persen benar, maka dari itu Kayla menjawabnya dengan anggukan.

"Berapa lama lo nunggu dia?"

"Empat jam"

"Empat jam?!" Madu membulatkan matanya tak percaya. "Lo nunggu selama itu, dan gak taunya dia batalin gitu aja? Gila!"

"Mungkin dia ada keperluan, Du..."

"Tapi gak bisa gitu dong. Lo udah nunggu selama empat jam. Kalo emang dia jadiin lo prioritasnya, gak mungkin dia memperlakukan lo kayak gini."

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang