34

71 8 1
                                    

Diluar hujan deras. Air yang bertubi-tubi datang dari langit mengeluarkan suara gemericik yang berisik. Namun suara itu masih kalah dengan suara tangisan gadis yang berada disamping Mark. Ya, Kayla menangis. Padahal Mark sudah bilang pada saat sebelum menonton film, bahwa Kayla tidak boleh menangis hanya karena sebuah film. Gadis itu mengiyakan, tapi lihatlah sekarang, Mark menghela nafasnya melihat sikap Kayla yang kacau sedaritadi.

"COWOKNYA TUH BEGO BANGET. KATANYA SAYANG, TAPI KOK DIA MALAH NYERAH GITU AJA SIH PAS CEWEKNYA DI JODOHIN. BEGO!"

Mark memejamkan matanya ketika lagi-lagi mendengar Kayla berteriak. Kalau tahu akan begini jadinya, lebih baik Mark diam saja saat Kayla mengajaknya menonton film horror. Mark tinggal menutup matanya disepanjang pemutaran film. Daripada kupingnya dibuat sakit karena Kayla tak henti-hentinya menangis dan berteriak kesal.

"Mungkin cowoknya ada alesan lain, dia pengen berserah diri aja sama Tuhan atas semuanya. Toh kalo jodoh gak akan kemana." Ucap Mark, berharap Kayla mau berhenti menangis dan mencaci pemeran laki-laki didalam film.

"Nggak, dia tuh bego! Harusnya dia berjuang dong, bukannya malah nyerah gitu aja..hiks."

Mark mendengus. "Lo aja belom nonton sepenuhnya. Belom tau alesan si cowok ninggalin si cewek."

"Udah ketebak, pasti tuh cowok cuma alibi aja. Dia pasti punya selingkuhan, makanya dia rela aja ceweknya dijodohin."

Mark menggelengkan kepalanya. Ternyata benar kata orang, perempuan itu suka mengira-ngira padahal belum tentu perkiraannya itu benar. Pantas saja kebanyakan perempuan sering sekali merajuk, mungkin karena yang mereka pikirkan hanyalah sisi negatif.

"Kenapa cewek suka banget ngira-ngira hal yang gak pasti?"

Kayla menghentikan tangisnya dan menatap Mark. "Maksudnya?"

"Ya kayak lo, ngira pemeran cowok di filmnya bego lah, bodoh lah, padahal lo belum selesai nonton. Lo belum tau alesan sebenernya cowok itu ninggalin ceweknya."

"Ya karena cewek tuh istimewa, kita bisa ngerasain hal-hal yang cowok gak bisa rasain"

Mark mengangkat sebelah alisnya tak mengerti. Lebih baik dia tidak membahas soal ini, karena nantinya akan jadi semakin panjang dan semakin tak bisa dimengerti.

Kayla melirik jam dinding di kamarnya. Sudah jam 5 sore. Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu.

"Mark udah makan siang belum?"

Mark menggeleng. Sepulang sekolah tadi dia langsung tidur siang. Setelah itu Mark kerumah Kayla untuk menemaninya. "Belum"

Kayla mendecakkan lidahnya. "Kenapa kalo makan harus dipaksa dulu?"

"Males, Kay..."

"Kalo gue gak bawain lo bekal disekolah pasti lo gak sarapan, mau makan di kantin kalo dipaksa sama Jaemin dan Haechan. Dan kalo gue gak paksa lo makan siang di chat, lo juga gak akan makan siang."

Kayla mendesah. "Lo kan tau, kalo lo gak makan itu bahaya, Mark"

"Iya gue tau." jawab Mark singkat dan cuek seperti biasanya. Membuat Kayla menggelengkan kepalanya. Laki-laki ini bukan hanya tidak peduli pada dunia sekitarnya, tapi juga tidak peduli pada dirinya sendiri.

"Kalo gue gak ada gimana? Kalo gue pergi ke suatu tempat dimana gue gak bisa hubungin lo sama sekali gimana? Lo gak akan makan sampe kapan? Tante Rida aja gak bisa maksa lo makan. Anak batu."

Jari Mark yang semula sedang men-scroll timeline di LINE terhenti. Mark langsung menatap Kayla yang memang sedang menatapnya juga. "Kenapa lo ngomong gitu? Lo mau pergi kemana?"

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang