29

46 10 1
                                    

"Senyam-senyum mulu lo, Kay. Obat lo abis?"

Kayla tertawa mendengar sindiran dari Voni yang duduk di sebelahnya. Hari ini Madu tidak masuk, jadi Voni memutuskan untuk duduk disebelah Kayla.

"Gue lagi seneng, Von"

"Kenapa tuh?" Tanya Voni dengan wajah penasaran, dia bahkan langsung mendekatkan tubuhnya pada Kayla.

Melihat guru didepan sana dan hampir semua murid sedang fokus memperhatikan presentasi kelompok, Kayla tersenyum lega. Dia bisa berbincang dengan Voni dengan tenang.

"Nanti gue mau jalan sama Mark ke Mall, nonton"

"Oh ya?" Voni tersenyum lebar. Ternyata laki-laki itu mau mendengarkan ucapan dia dengan Madu tempo hari. "Pulang sekolah?"

Kayla mengangguk. Pipinya merona. "Baru kali ini gue nonton sama dia. Duh, gue gak sabar deh, Von."

Voni terkekeh. "Dalam rangka apa nih dia ngajakin lo jalan? Maksud gue, kan cowok lo itu super cuek. Pasti lo sogok dia dulu ya? Pake apa hayo?"

Kayla mendecak. "Enak aja. Waktu itu pas gue sakit, dia kerumah gue. Disitu dia bilang kalau gue sembuh, gue boleh minta apa aja ke dia. Gue minta nonton berdua di Mall, dan dia mau. Astaga, gue kira dia bakal nolak."

"Pas lo sakit, dia gimana?"

Kayla memutar matanya. "Mulai deh kepo, ketularan Madu nih kayaknya"

Voni terkekeh. "Ya elah, kepo ama sahabat sendiri emang gak boleh? Kecuali kalo gue kepo sama Pak Asep, itu baru gak wajar namanya"

Kayla terkekeh mendengar Voni menyebutkan nama satpam sekolah yang selalu baik pada Kayla itu. "Iya deh, gue ceritain."

Voni mengacungkan jempolnya dan menatap Kayla dengan tatapan serius, siap mendengarkan.

"Mark kerumah gue katanya dari pulang sekolah. Gue kan kalo sakit tidur terus, eh pas bangun tau-tau gue liat tuh dedek emesh lagi tidur, kepalanya ngehadep gue, mukanya polos banget, astaga. Terus gue bangunin, dia bangun tuh. Abis itu dia jelasin kenapa dia bisa gak pulang bareng gue. Gue rada sebel sih pas dia bilang dia nganterin Mona pulang"

"Apa? Nganterin Mona pulang?"

"Tunggu dulu," Kayla menepuk bahu Voni pelan. "Gue belum selesai ngomong. Jadi dia anterin Mona pulang karena kebetulan Mona jatuh dideket dia, katanya kakinya sakit gak bisa jalan, terus dia minta tolong Mark buat nganterin kerumahnya."

"Halah, dasar cabe serebuan. Paling juga alibi doang dia mah. Gue heran sama tuh adek kelas, dia cantik, tapi ngapain sih masih ngejar cowok yang statusnya adalah pacar orang? Gue sih ogah banget kayak gitu, harga diri, sob."

Kayla mengangguk. "Sama, gue juga heran. Padahal banyak cowok yang lebih ganteng dari Mark di sekolah ini. Dia kan cantik, orang cantik mah tinggal tunjuk aja. Iya gak?"

Voni mengangguk setuju. "Betul tuh"

"Yaudahlah, gue gak bisa marah juga soalnya gue tau Mark orangnya kayak gimana. Dia gak pernah suka dideketin sama Mona. Padahal Mona lebih cantik dari gue, kenapa dia malah milih gue ya?"

Voni mendecakkan lidahnya. "Yaelah, cantik rupa doang mah apa gunanya, Kay? Mungkin cowok lo itu emang nilai seseorang dari sikapnya"

"Widih," Kayla terkekeh. "Sekarang udah mulai mikir positif tentang Mark ya, Von?"

Voni menunjukkan cengirannya. "Yah, apa gunanya juga gue berburuk sangka terus sama dia? Gue pernah nemu quotes bagus yang lewat di timeline LINE gue. Bunyinya gini 'Think positive, get positive things'"

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang